Analisis Kerentanan Banjir di Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung.
View/Open
Date
2018Author
Hanidya, Farah Satira
Tjahjono, Budi
Yudarwati, Rani
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia adalah salah satu negara yang sering mengalami bencana banjir.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam
kurun waktu tahun 2000 – 2016 tercatat ada 7.106 kejadian banjir di seluruh
provinsi di Indonesia. Salah satu provinsi yang sering mengalami kejadian banjir
adalah Provinsi Jawa Barat, yaitu di Kabupaten Bandung. Kejadian banjir
disebabkan oleh meluapnya aliran sungai Citarum yang terjadi di setiap tahun
terutama di musim penghujan, sehingga kondisi tersebut selalu membuat tiga
wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni Bojongsoang, Baleendah, dan
Dayeuhkolot sering terendam oleh banjir. Kejadian banjir ini banyak
menimbulkan dampak bagi masyarakat Kabupaten Bandung, baik yang berbentuk
fisik, ekonomi, maupun sosial. Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada
analisis kerentanan banjir di Kecamatan Bojongsoang melalui analisis spasial
dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan pemetaan penggunaan lahan, melakukan penilaian bobot dan skor
faktor-faktor kerentanan banjir, serta melakukan analisis kerentanan banjir.
Metode yang digunakan yaitu interpretasi visual citra satelit untuk pemetaan
penggunaan lahan, metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk
memberikan penilaian bobot dan skor dari tiap faktor kerentanan yang digunakan,
serta metode MCDA (Multi Criteria Decision Analysis) untuk menduga tingkat
kerentanan banjir dengan menggabungkan kerentanan fisik, sosial, dan ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian memiliki 12 jenis
penggunaan lahan yang didominasi oleh penggunaan lahan sawah seluas 1.762,96
ha atau 62,96%. Berdasarkan hasil analisis AHP dan MCDA, lokasi penelitian
didominasi oleh kerentanan banjir kelas sedang seluas 1883,37 ha atau 67,14%,
tersebar pada penggunaan lahan sawah dan pabrik, diikuti oleh kelas kerentanan
banjir tinggi yang tersebar pada penggunaan lahan permukiman dan kelas
kerentanan banjir rendah tersebar pada penggunaan lahan badan air, lahan
terbuka, kebun campuran, dan tegalan. Hal ini disebabkan wilayah permukiman
memiliki nilai kerentanan fisik, sosial, dan ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai kerentanan penggunaan lahan yang lain. Secara
administratif Desa Cipagalo memiliki sebaran permukiman yang paling luas di
Kecamatan Bojongsoang, sehingga wilayah yang paling rentan terhadap banjir
adalah Desa Cipagalo. Untuk itu, daerah permukiman khususnya di area yang
sering tergenang banjir perlu mendapat perhatian yang lebih pada saat terjadinya
banjir di musim penghujan.