Kajian Genetika, Fisiologi dan Metabolomik Daya Adaptasi Bawang Merah (Allium cepa L.) di Lahan Pasang Surut Kalimantan Tengah.
View/Open
Date
2018Author
Galingging, Ronny Yuniar
Sobir
Aisyah, Syarifah Iis
Maharijaya, Awang
Metadata
Show full item recordAbstract
Alih fungsi lahan yang intensif membuat pemerintah mengambil kebijakan
baru dalam mengoptimalkan fungsi lahan sub-optimal yang ada di luar Pulau
Jawa. Lahan pasang surut sebagai sebagai salah satu lahan marginal merupakan
lahan alternatif pertanian baru dengan luas 20,1 juta hektar. Lahan yang
berpotensi untuk pengembangan lahan pertanian sebesar 9,53 juta hektar yang
tersebar di tiga pulau. Lahan pasang surut terluas ada di Sumatera sekitar 3,9 juta
hektar, di Papua 2,8 juta hektar dan di Kalimantan 2,7 juta hektar. Total lahan
pasang surut yang telah diusahakan baik direklamasi oleh penduduk lokal maupun
oleh pemerintah melalui program transmigrasi kurang lebih baru 4,1 juta hektar.
Total potensi lahan pasang surut yang yang telah di usahakan baru sekitar 44
persen saja dan sisanya sekitar 56 persen atau 5,4 juta hektar belum diusahakan
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber produksi pertanian., jika terjadi kemarau
panjang yang mengakibatkan kekeringan.
Kegiatan pemuliaan bawang merah di lahan pasang surut tentunya belum
banyak dilakukan karena masalah lahan yang kurang sesuai dengan pertumbuhan
bawang merah. Penggunaan genotipe toleran hasil pemuliaan di lahan pasang
surut diharapkan dapat meningkatkan produksi bawang merah, walaupun ada
cekaman Al dan Fe di lahan pasang surut. Senyawa volatil yang di hasilkan oleh
15 genotipe bawang merah karena adanya cekaman biotik dan abiotik tersebut
merupakan informasi penting karena berkaitan dengan proporsi kandungan kimia
yang sesuai dengan lingkungan tumbuh. Senyawa tersebut dianalisis untuk
melihat kandungan kimia yang berpengaruh terhadap cekaman Al dan Fe,
informasi inilah yang menjadi informasi dalam merakit genotipe baru yang tahan
di lahan pasang surut..
Penelitian ini berjudul “Kajian Genetika, Fisiologi dan Metabolomik
Daya Adapasi Bawang Merah (Allium cepa L.) di Lahan Pasang Surut
Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan lingkungan
seleksi, potensi hasil 15 genotipe bawang merah, aspek fisiologis, metabolomik,
dan seleksi berdasarkan karakter seleksi yang sesuai dengan analisis metabolomik
dan lapangan, sehingga menghasilkan genotipe yang toleran dilahan pasang surut
dan berdaya hasil tinggi yang stabil.
Penelitian dilaksanakan dalam 3 kegiatan. Percobaan di lapangan
menggunakan rancangan acak lengkap yang diulang tiga kali. Penelitian
dilakukan di lahan pasang surut tipe B/C dan lahan kering. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produktivitas 15 genotipe bawang merah di lahan pasang
surut menunjukkan hasil yang cukup baik berada antara 7.11 ton/ha sampai 18.22
ton/ha dalam beberapa musim tanam di lahan pasang surut. Genotipe yang hasil
rata-rata produktivitasnya tinggi di lahan kering adalah G3 (Bima Brebes), G5
(Bauji), G6 (Kramat 1) dan G11 (Biru Lancor).
Empat metode indek toleransi menggunakan SSI, MP, HM dan YSI
menunjukkan bahwa G1 (Pikatan), G2 (Tajuk), G3 Bima Brebes, G6 (Kramat 1),
G10 (Pancasona), G13 (Manjung) dan G11 (Biru Lancur) merupakan genotipe
yang sangat toleran, toleran dan moderate di lahan pasang surut.
Stabilitas dan adaptabilitas suatu tanaman dapat di evaluasi dengan
penanaman tanaman bawang merah di berbagai kondisi iklim dan lahan
pertanaman. Fluktuasi produktivitas yang ditanam pada dua musim dan dua lokasi
yang berbeda menunjukkan bahwa ada pengaruh lingkungan tumbuh. Adaptasi
bawang merah di dua lokasi dan 2 musim menunjukkan bahwa adaptasinya
bersifat dinamis dan agronomis yang menyatakan keragaan rata rata suatu
genotipe pada semua lingkungan. Genotipe paling stabil dan berdaya hasil tinggi
menggunakan metode non parametrik adalah Bima Brebes, Bauji dan Manjung.
Senyawa metabolomik yang dianalisis dalam 15 genotipe bawang merah
ditemukan 64 senyawa volatile, dimana senyawa cycloartenol merupakan
senyawa penting dari triterpenoid yang dapat memberikan khasiat diantaranya
sebagai anti-fertilitas, antiinflammasi, antitumor, antioksidan, dan menanggulangi
penyakit Alzheimer's. Aroma bawang merah tentunya sangat dipengaruhi oleh
senyawa metabolomik yang dalam hal ini ditemukan senyawa yang mengandung
sulfur yakni 1-((dicyclohexylphosphorothioyl) methyl) piperidine, thiophene-2-
acetamide,N-(4-chlorophenyl), 3,3'-hexamethylenedithiophene, dan pyrrolidine-
2,5-dione, 1-(4-fluorophenyl)-3-(2-thyenylmethylamino)-. Senyawa ini sangat
penting karena dapat menentukan flavor dan aroma bawang merah.
Beberapa senyawa volatil yang memiliki penciri pada beberapa genotipe
yakni GH2 dengan penanda 23S-ethylcholest-5-en-3-β-ol, Tajuk dan Mentes obtu
sifoliol pentacosane dan furfural, Bauji cholesterol dan 23 S/R-methylcholesterol,
Maja dan Majung 9, 17-octadecadienaldan 1-nonadecene, Biru Lancor, 14-
methylergost-8-en-3-ol, Katumi14α-methyl-δ8-ergostenol dan Bima Brebes
ergost-5-en-3-ol, dan octacosane dan docosane.
Pengelompokan bawang merah berdasarkan hasil analisis senyawa
metabolomik ada 4 kelompok yakni kelompok 1 ada 3 genotipe (Tajuk, Bauji dan
Mentes), kelompok 2 ada 1 genotipe (Manjung), Kelompok 3 ada 7 genotipe
(Kramat 1 Biru Lancor, Pikatan Pancasona, Ketamonca, Maja, Rubaru dan
kelompok 4 ada 4 genotipe (GH2, Super Philip, Katumi dan Bima Brebes).
Genotipe Manjung ternyata memiliki keistimewaan karena memiliki kandungan
senyawa volatile yang berbeda dengan ke 14 genotipe lainnya yakni
1-((dicyclohexylphosphorothioyl) methyl) piperidine. Kandungan ini merupakan
turunan dari senyawa Alkaloid yang di duga berhubungan dengan senyawa
senyawa asam organik yang berguna untuk mengkelat Al dan Fe yang ingin
masuk melalui jaringan akar tanaman dan genotipe ini juga memiliki genotipe
yang sangat toleran dan paling adaptif di lahan pasang surut.
Pengembangan idiotipe tanaman bawang merah yang akan dikembangkan
harus memperhatikan fisiologi dan morfologi dan kandungan senyawa volatil.
Seleksi pemuliaan yang berpengaruh langsung terhadap produktivitas adalah
karakter bobot per umbi (0,438) dan metabolit hexadecanoic acid, octadeca-9,12-
dienoic acid, dan cycloartenol dan seleksi secara negatif pada panjang akar
(-0,034) dan metabolit pentacosane. Informasi tersebut sangat penting karena
karakter tersebut dapat digunakan dalam merakit genotipe bawang merah yang
yang toleran di lahan pasang surut.
Collections
- DT - Agriculture [756]