dc.description.abstract | Provinsi Kalimantan Tengah memiliki sumberdaya lahan yang luas termasuk lahan gambut yang potensial untuk pengembangan peternakan sapi potong. Pengembangan sapi potong di wilayah gambut yang memiliki karakteristik spesifik dengan kondisi basah, kering dan lembap membutuhkan teknologi budidaya yang spesifik sesuai kondisi wilayah pemeliharaannya. Produktivitas yang tinggi dari ternak sapi dapat terwujud jika ternak yang dipelihara berada dalam kondisi yang nyaman dan tidak mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi mikroklimat lingkungan tempat pemeliharaan sapi bali di lahan gambut basah dan lahan gambut kering, dan menganalisis pengaruh kondisi mikroklimat lokasi lahan gambut terhadap respon fisiologis, tingkah laku, konsumsi pakan, ukuran-ukuran tubuh, dan diferensial leukosit sapi bali.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2017 sampai Februari 2018 di Kabupaten Pulang pisau, Provinsi Kalimantan Tengah. Pemilihan lokasi berdasarkan lahan gambut basah yang di wakili oleh Desa Tanjung Taruna dekat dengan sungai dan lokasi gambut kering yang diwakili Desa Kanamit Jaya jauh dari sungai. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan analisis laboratorium. Peubah yang diamati meliputi; kondisi iklim mikro, respon fisiologis, tingkah laku, diferensial leukosit, konsumsi pakan dan ukuran-ukuran tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan iklim mikro pagi hari di lahan gambut basah menunjukkan perbedaan (P<0.05) pada kelembapan, THI, dan kecepatan angin dibandingkan dengan lahan gambut kering. Perbedaaan iklim mikro di antara kedua lokasi pada sore hari hanya terjadi pada kecepatan angin. Perbedaan iklim mikro pada lahan gambut basah dan lahan gambut kering memberikan respon fisiologis yang berbeda pada frekuensi pernapasan pagi hari, denyut nadi siang hari, suhu rektal sore hari pada sapi bali induk, sedangkan pada sapi bali pedet hanya berbeda pada frekuensi pernapasan siang hari dan suhu rektal pagi hari. Pengamatan tingkah laku sapi bali yang dipelihara berdasarkan karakteristik lahan gambut yang berbeda ditemukan pola tingkah laku yang bervariasi, tingkah laku ingestive paling banyak dilakukan pada sapi bali yang dipelihara di gambut basah, sementara tingkah laku ruminasi, tingkah laku resting, tingkah laku sleeping, tingkah laku vokalisasi, dan tingkah laku merawat diri lebih banyak dilakukan sapi bali yang dipelihara di gambut kering. Perbedaan iklim mikro pada kedua lokasi penelitian menunjukkan perbedaan pada diferensial leukosit, konsumsi pakan, dan lingkar dada.
Respon fisiologis, tingkah laku, dan diferensial leukosit sapi bali pada penelitian ini masih berada dalam kisaran yang normal, hal ini mengindikasikan bahwa sapi bali memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang baik meskipun berada pada angka THI 86. | id |