dc.description.abstract | Pada sektor peternakan, perubahan iklim mempengaruhi pasokan asupan
pakan, terutama jenis pakan berupa hijauan makanan ternak. Perubahan iklim
memunculkan dampak negatif, diantaranya kekeringan, kelebihan curah hujan dan
kelimpahan konsentrasi CO2 di udara. Langkah antisipasi yang perlu dilakukan
adalah mengeksplorasi jenis legum yang tahan terhadap cekaman panas, pada
umumnya jenis legum yang dimaksud adalah legum pohon. Jenis tanaman legum
pohon memilki kemampuan untuk tumbuh pada lahan yang miskin unsur hara dan
tanah kering sampai beberapa bulan, berakibat pada ketersediannya yang tidak
bergantung pada musim. Selain legum pohon, jenis legum lainnya adalah legum
merambat yang dapat berfungsi sebagai cover crop (tanaman yang bermanfaat
untuk mengurangi risiko butiran tanah akibat hujan).
Legum digunakan sebagai sumber protein bagi ternak ruminansia, tetapi
persentase penggunaannya harus dikontrol karena legum mengandung senyawa
anti nutrisi yang disebut tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat
melindungi protein dari degradasi mikroba rumen oleh enzim protease. Tanin pun
menjadi faktor pembatas bagi penyerapan protein karena kemampuannya dalam
mengikat tanin membentuk ikatan protein-tanin. Tanaman legum mengandung zat
nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak, diantaranya gula dan pati. Keduanya
termasuk ke dalam jenis karbohidrat non-struktural yang bersifat lebih mudah
dicerna oleh ternak daripada jenis karbohidrat struktural (selulosa dan
hemiselulosa). Sistem pencernaan ternak ruminansia memiliki sebuah keunikan,
yakni adanya pencernaan fermentatif yang sebagian besar berada di dalam rumen.
Salah satu keberhasilan pemberian pakan adalah peningkatan efisiensi nilai nutrisi
yang diberikan melalui pakan terhadap parameter-parameter fermentasi in vitro.
Oleh sebab itu, perlu diadakan pengamatan terkait hubungan nilai nutrisi dalam
pakan terhadap parameter fermentasi in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan hubungan antara informasi nilai nutrisi terhadap analisis parameter
fermentasi pada ternak ruminansia secara in vitro.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pati memiliki korelasi positif terhadap
beberapa parameter, diantaranya kecernaan, produksi ammonia dan gas total serta
laju produksi gas (P<0.05). Sebaliknya, gula tidak memiliki korelasi secara
signifikan (P>0.05) dengan seluruh parameter in vitro yang diamati. Hal ini
disebabkan oleh sifat gula yang lebih cepat terdegradasi oleh enzim-enzim
pencernaan dibandingkan dengan pati, sehingga ketersediaan gula untuk mikroba
rumen menurun. Tanin berkorelasi negatif (P<0.05) terhadap produksi VFA
(Volatile Fatty Acid), namun berkorelasi positif terhadap produksi ammonia
(P<0.05). | id |