dc.description.abstract | Daging itik memiliki off odor yang khas yaitu bau amis dan tengik. Bau
amis pada beberapa jaringan tubuh unggas dikontrol oleh trimethylamine (TMA)
(Wang et al. 2013). Gen flavin containing monooxygenase 3 (FMO3) mampu
merubah TMA menjadi TMA N-oxide. TMA yang tinggi menyebabkan deposit
bau amis pada produk ternak seperti daging, susu, telur akan meningkat (Wang et
al. 2013; Lunden et al. 2013).
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap I dilakukan pengambilan
sampel darah pada 100 ekor itik cihateup dan 100 ekor itik alabio untuk
identifikasi keragaman gen FMO3. Penelitian tahap II dilakukan uji ekspresi
mRNA FMO3 melalui analisis qRT-PCR. Sampel yang digunakan pada tahap II
adalah sampel polimorfik yang diperoleh dari hasil tahap I. Penelitian tahap III
melakukan identifikasi profil karkas dan daging pada itik cihateup dan alabio.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan gen FMO3 sebagai
kandidat gen yang berperan terhadap bau amis pada daging itik cihateup dan
Alabio.
Hasil pengamatan sifat fisik menunjukkan bahwa itik cihateup jantan
memiliki bobot paha dan bobot kepala lebih besar daripada itik cihateup betina.
Itik Alabio jantan memiliki bobot potong, bobot dan persentase karkas, dada, paha,
lebih besar dari itik Alabio betina. Perbedaan antar rumpun meliputi bobot potong,
kepala dan leher. Itik cihateup jantan memiliki bobot potong yang lebih kecil
(P<0.05) daripada itik Alabio jantan.
Hasil pengamatan sifat kimia menunjukkan daging itik cihateup jantan
mengandung asam palmitat, linoleat, oleat dan ALTJT lebih rendah daripada itik
cihateup betina. Daging cihateup jantan mengandung nilai TBARS dan TMA
lebih rendah daripada cihateup betina. Daging itik cihateup jantan memiliki
intensitas warna kecerahan L*, kemerahan a* dan kekuningan b* lebih rendah
daripada daging itik cihateup betina.
Daging itik Alabio jantan mengandung ALJ dan ALTJT lebih rendah
daripada daging itik Alabio betina. Daging itik Alabio jantan memiliki nilai
TBARS dan TMA lebih rendah daripada daging itik Alabio betina. Daging itik
Alabio jantan memiliki intensitas kecerahan L* dan kekuningan b* lebih tinggi
daripada daging Alabio betina.
Kandungan ALJ dan ALTJT daging itik cihateup jantan lebih tinggi
daripada daging itik Alabio jantan. Daging cihateup jantan memiliki TBARS dan
TMA lebih tinggi daripada Alabio jantan. Daging itik cihateup betina
mengandung ALJ dan ALTJT nyata lebih tinggi daripada daging itik Alabio
betina. Nilai TBARS dan TMA pada daging Cihatep betina lebih tinggi daripada
daging itik Alabio betina. Hasil uji sensoris menunjukkan daging itik cihateup
betina memiliki bau amis dan tengik lebih tinggi daripada daging itik Alabio
betina.
Keragaman gen FMO3 pada itik cihateup bersifat polimorfik namun pada
itik Alabio bersifat monomorfik. Identifikasi gen FMO3 dilakukan lebih lanjut
pada itik cihateup. Identifikasi kergaman gen FMO3 ini berlokasi pada exon 6
dengan titik mutasi pada g849.A>G dengan tipe mutasi nonsynonimous yang
menyebabkan perubahan basa arginin ke glisin (A>G). Hasil identifikasi
keragaman pada itik cihateup dengan menggunakan enzim restriksi Alwin1
menghasilkan dua tipe genotipe yaitu genotipe AG dan GG. Frekuensi genotipe
GG memperlihatkan frekuensi genotipe yang terbesar pada populasi itik cihateup.
Hasil analisis asosiasi gen FMO3 menunjukkan bahwa kandungan ALTJT
dan ALTJG pada genotipe AG nyata lebih besar dibandingkan daging
genotipe GG. Kandungan ALJ pada genotipe AG lebih kecil daripada di
genotipe GG. Genotip AG mengandung ALTJT lebih tinggi daripada genotip
GG. Hasil analisis asosiasi gen FMO3 menunjukkan bahwa bobot hidup, bobot
karkas, bobot dada, persentase karkas, bobot dada, bobot daging dada, persentase
dada, pH, susut masak, TBARS, TMA serta intensitas warna kemerahan (a*) pada
genotipe AG secara nyata lebih besar (P<0.05) daripada di genotip GG. Namun
genotip AG memiliki daya mengikat air dan tingkat kecerahan (L*) daging lebih
rendah (P<0.05) dibandingkan di genotip GG. Perbedaan antara genotipe ini,
dapat dijelaskan oleh perbedaan komposisi otot itik atau struktur yang
mempengaruhi bias cahaya, difusi oksigen dan perubahan mioglobin. Hasil
analisis lebih lanjut pada tingkat mRNA di jaringan hati memperlihatkan
ekspresi gen FMO3 pada genotipe AG lebih besar daripada di genotipe GG.
Hasil uji sensori menunjukkan bahwa daging itik cihateup genotipe AG
lebih amis dan lebih tengik (P<0.05) daripada daging genotipe GG. Hasil uji
sensori juga memperlihatkan bahwa daging itik cihateup betina memiliki bau amis
dan tengik lebih tinggi (P<0.05) daripada daging itik Alabio betina betina.
Hasil kajian ini dapat menunjukkan bahwa gen FMO3 dapat dijadikan
sebagai kandidat gen potensial dalam mengurangi bau amis dan tengik pada
daging itik cihateup. | id |