Keragaman dan Struktur Genetik Plasma Nutfah Kelapa Sawit Koleksi Taman Buah Mekarsari Berdasarkan Karakter Agronomi dan Marka Mikrosatelit
View/Open
Date
2018Author
Natawijaya, Azis
Sudarsono
Alex, Hertana
Muhamad, Syukur
Sintho, Ardie Wahyuning
Ismail, Maskromo
Metadata
Show full item recordAbstract
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi
penting sebagai sumber penghasil minyak nabati utama di dunia dan memiliki
produktivitas tertinggi dibandingkan dengan tanaman-tanaman penghasil minyak
nabati lain. Di Indonesia, kelapa sawit termasuk ke dalam salah satu komoditas
perkebunan strategis karena menjadi sumber penghasil devisa utama dan mampu
menghidupi jutaan masyarakat yang bergerak pada sektor perkebunan.
Keberlanjutan produksi tanaman kelapa sawit di Indonesia pada saat ini
dihadapkan pada permasalahan utama yaitu ketersediaan lahan untuk perluasan
perkebunan kelapa sawit semakin terbatas. Diperlukan upaya intensifikasi melalui
peningkatan potensi genetik tanaman agar produktivitas per hektar dapat
meningkat.
Karakter laju pertambahan tinggi yang lambat dan karakter arsitektur tajuk
kompak merupakan dua karakter penting yang menjadi target seleksi untuk
mendukung upaya intensifikasi perkebunan. Makin lambat tanaman bertambah
tinggi, makin panjang umur produktif tanaman karena makin mudah tandantandannya
untuk dipanen. Pada saat ini, rata-rata laju pertambahan tinggi tanaman
dari 37 varietas komersial yang telah dilepas di Indonesia berkisar antara 50-70
cm per tahun yang berarti bahwa pada umur 20 tahun tinggi tanamannya sudah
mencapai 10 – 14 meter sehingga tandan-tandannya sudah relatif sulit untuk
dipanen. Oleh karena itu masih diperlukan program pemuliaan untuk
menghasilkan varietas unggul kelapa sawit yang memiliki karakter laju
pertambahan tinggi yang lambat. Karakter tersebut dapat diintegrasikan ke
genotipe yang sudah memiliki karakter produksi minyak tinggi.
Ketersediaan sumber genetik dan variabilitas genetik yang luas merupakan
faktor penentu keberhasilan program pemuliaan tanaman. Populasi kelapa sawit
yang umum dibudidayakan di Indonesia merupakan populasi F1 (DxP) hasil
persilangan genotipe-genotipe dura sebagai tetua betina dengan genotipe-genotipe
pisifera sebagai tetua jantan pada spesies Elaeis guineensis. Upaya untuk merakit
varietas DxP yang memiliki kombinasi daya hasil tinggi dan laju pertambahan
tinggi yang lambat dimulai dengan merakit dan memperbaiki potensi genetik
tetuanya secara bersamaan baik dari populasi dura maupun populasi pisifera.
Salah satu plasma nutfah yang dapat digunakan untuk pemuliaan kelapa
sawit super pendek yaitu dura Elmina 206 (E206). Populasi dura E206 merupakan
populasi yang dikembangkan dari satu tanaman deli dura yang mengalami mutasi
spontan. Mutan ini ditemukan di perkebunan kelapa sawit Elmina, Malaysia.
Mutan E206 memiliki postur pendek yang berbeda jauh dengan deli dura sehingga
dikenal sebagai dura dumpy. Plasma nutfah kelapa sawit lain yang dapat
digunakan sebagai sumber untuk karakter pendek yaitu plasma nutfah E. oleifera.
Hampir semua genotipe E. oleifera memiliki laju pertambahan tinggi yang super
lambat yaitu sekitar 10-12 cm per tahun atau tingginya hanya sekitar 2 – 2.4 m
pada usia 20 tahun.
Penelitian ini mengkaji keragaman genetik karakter laju pertambahan tinggi
tanaman dan karakter-karakter agronomi lain dari plasma nutfah kelapa sawit
koleksi Taman Buah Mekarsari. Selain itu, marka mikrosatelit sebagai marka
yang bersifat kodominan dan multialelik digunakan pada penelitian ini untuk
mengestimasi struktur genetik yang bermanfaat untuk menentukan strategi
pemuliaan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2014 sampai Maret 2017
di Kebun Percobaan PT. Sasaran Ehsan Mekarsari, Cileungsi, Bogor dan di
Laboratorium Biologi Molekuler Tanaman (PMB Lab), Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi lima bagian yang terdiri atas (1)
analisis keragaman karakter agronomi pada 18 populasi dura elit, (2) analisis
struktur genetik pada 26 populasi dura elit dan evaluasi heterozigositas genetiknya
berdasarkan mikrosatelit, (3) analisis keragaman populasi pisifera berdasarkan
karakter morfologi tandan dan molekuler, (4) komparasi genetik populasi intra
dan inter spesies kelapa sawit, (5) identifikasi marka-marka SSR yang berasosiasi
dengan beberapa karakter agronomi penting.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa karakter kecepatan
pertambahan tinggi tanaman pada populasi dura bervariasi baik dalam populasi
maupun antar populasi. Genotipe-genotipe dura yang memiliki laju pertambahan
tinggi tanaman kurang dari 30 cm per tahun berhasil diidentifikasi. Berdasarkan
kombinasi informasi fenotipe dan genotipe yang dihasilkan pada bagian penelitian
pertama dan kedua pada populasi dura dapat dirancang strategi persilangan untuk
menghasilkan genotipe dura yang memiliki karakter unggulan.
Karakerisasi morfologi dan molekuler pada populasi pisifera menunjukkan
bahwa terdapat variasi yang luas pada populasi pisifera koleksi Mekarsari.
Menggunakan kombinasi karakter morfologi dan informasi molekuler telah
terpilih genotipe-genotipe pisifera yang memiliki karakter jumlah floret dan
jumlah spikelet per tandan yang tinggi, bersosok pendek sehingga memiliki umur
produktif yang lebih panjang, dan memiliki arstitektur tajuk yang relatif kompak
dengan dugaan konstitusi genetiknya sudah hampir homozigot untuk banyak lokus
sehingga turunannya diduga akan seragam.
Analisis perbandingan genetik antara spesies E. guineensis dan E. oleifera
menunjukkan bahwa populasi kelapa sawit E. oleifera koleksi Mekarsari memiliki
keragaman genetik yang lebih luas dibanding populasi kelapa sawit E. guineensis.
Berdasarkan analisis filogenetiknya diketahui bahwa secara umum jarak genetik
populasi dura dengan E. oleifera lebih jauh dibanding jarak genetik populasi
pisifera dengan E. oleifera. Hal ini memberikan petunjuk bahwa plasma nutfah E.
oleifera akan lebih efektif jika dimanfaatkan untuk perbaikan populasi pisifera.
Program perbaikan populasi pisifera menggunakan pendekatan introgresi dari
spesies E. oleifera dapat dipercepat dengan bantuan marka-marka yang berfungsi
sebagai marker assisted backcrossing (MAB). Pada penelitian ini berhasil
diidentifikasi 10 lokus SSR yang membawa alel-alel spesifik untuk E. oleifera
yang dapat digunakan lebih lanjut untuk pengembangan MAB yang berbasis
foreground dan background selection.
Selain marka spesifik spesies, pada penelitian ini berhasil diperoleh markamarka
yang berasosiasi dengan beberapa karakter agronomi yang dapat digunakan
untuk marker assisted selection. Lokus mEgCIR3691, mEgCIR3376 dan
mEgCIR0801 berasosiasi dengan karakter super dumpy. Lokus mEgCIR3376
berasosiasi dengan karakter panjang daun. Lokus mEgCIR3350, mEgCIR2813,
dan mEgCIR0878 berasosiasi dengan karakter bobot tandan. Lokus mEgCIR3428
dan mEgCIR0783 berasosiasi dengan karakter jumlah tandan. Lokus-lokus
tersebut dapat diuji pada populasi pemetaan yang berbeda.
Secara menyeluruh dapat disimpulkan bahwa populasi kelapa sawit koleksi
Taman Buah Mekarsari memiliki keragaman genetik yang luas baik intra maupun
inter spesies. Diperlukan pendekatan pemuliaan konvergen untuk menghimpun
sifat-sifat baik ke dalam satu populasi atau memfiksasi gen-gen yang tersebar
diantara genotipe ke dalam satu populasi. Pendekatan pemuliaan tersebut dapat
diakselerasi menggunakan bantuan penanda genetik yang berasosiasi dengan
beberapa karakter penting. Genotipe-genotipe yang sudah dalam kondisi
homozigot dapat digunakan untuk beberapa tujuan (1) memproduksi benih
komersial yang lebih homogen dan unggul, (2) bahan untuk membentuk populasi
pemetaan (mapping population), (3) untuk studi genetik mempelajari pola
segregasi karakter-karakter yang belum diketahui regulasi genetiknya.
Collections
- DT - Agriculture [756]