Analisis Kadar Total Protein Plasma Puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang Diberi Deksametason dan Angkak dengan Pencitraan Digital.
View/Open
Date
2018Author
Wardani, Ayu Setya
Santoso, Koekoeh
Karja, Ni Wayan Kurniani
Metadata
Show full item recordAbstract
Puyuh rentan mengalami stres oksidatif. Stres oksidatif diinduksi dengan
pemberian glukokortikoid eksogen deksametason. Protein plasma merupakan
indikator stres oksidatif. Pengukuran kadar total protein plasma memerlukan biaya
yang mahal dan sulit diterapkan di daerah berkembang. Penelitian bertujuan
mengetahui potensi angkak sebagai antioksidan serta mengetahui potensi
pengolahan citra digital menggunakan scanner dan kamera telepon seluler
(ponsel). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 6
kelompok perlakuan dan 4 ulangan. Kelompok K0 merupakan kontrol. Kelompok
(D) diberi deksametason 1.25 mg/g BB per oral selama 7 hari. Kelompok D + VC
diberi deksametason 1.25 mg/g BB per oral selama 7 hari, kemudian diberi
vitamin C 20 mg per oral selama 14 hari. Kelompok D + K1, D + K2, dan D + K3
masing-masing diberi deksametason 1.25 mg/g BB per oral selama 7 hari,
kemudian diberi angkak 18 mg, 24 mg, dan 30 mg secara per oral selama 14 hari.
Kadar total protein plasma diukur berdasarkan prinsip kolorimetri menggunakan
spektrofotometer dan pencitraan digital. Gambar hasil citra digital diolah
menggunakan perangkat lunak ImageJ. Hasil penelitian menunjukkan pemberian
angkak tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kadar total protein plasma
(P>0.05), tetapi waktu pemberian serta interaksi antara waktu dan pemberian
angkak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar total protein plasma
(P<0.05). Analisis korelasi regresi antara kadar total protein plasma yang diukur
menggunakan spektrofotometer dan scanner, serta spektrofotometer dan kamera
ponsel menunjukkan adanya hubungan linier, sehingga scanner dan kamera
ponsel dapat membaca perubahan konsentrasi protein plasma. Analisis pairedsamples
t test menghasilkan perbedaan nilai yang signifikan antara kadar total
protein plasma yang diukur menggunakan spektrofotometer dan pengolahan citra
digital, sehingga diperlukan faktor koreksi agar nilai yang dihasilkan oleh
pengolahan citra digital sama dengan nilai yang dihasilkan oleh spektrofotometer.