dc.description.abstract | Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan
daging sapi dalam negeri dengan produksi lokal di Indonesia, adalah sentra
produksi ternak sapi potong dan sentra konsumsi daging sapi utama yang
terpisahkan dengan jarak yang jauh. Wilayah sentra konsumsi daging sapi utama
yakni Provinsi DKI Jakarta hampir seluruh kebutuhan konsumsi daging sapinya
dipasok dari luar wilayah bahkan berbeda pulau.
Distribusi ternak sapi antar pulau di Indonesia selama ini menggunakan
kapal barang karena belum ada kapal khusus angkutan ternak. Berdasarkan hal itu
pemerintah melakukan investasi kapal khusus angkutan ternak. Investasi kapal
khusus angkutan ternak pertama investasi pemerintah yakni KM Camara
Nusantara I (KM CN I), selanjutnya pemerintah melakukan penambahan investasi
pengadaan kapal khusus angkutan ternak yang baru. Investasi kapal tersebut selain
memerlukan biaya yang tinggi, operasionalnya juga masih disubsidi oleh
pemerintah.
Oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan
investasi kapal khusus angkutan ternak dari analisis aspek nonfinansial, analisis
finansial dan ekonomi, serta melakukan analisis sensitivitas pada 4 skenario rute
kapal khusus angkutan ternak dari investasi KM Camara Nusantara I dan 3
pengadaan kapal khusus angkutan ternak yang baru. Analisis aspek nonfinansial
menggunakan metode deskriptif dengan melihat aspek pasar, teknis, manajemen
dan hukum, sosial ekonomi dan budaya, serta lingkungan. Analisis finansial dan
ekonomi menggunakan metode Cost and Benefit Analysis (CBA) dengan kriteria
kelayakan Net Present Value (NPV), Gross Benefit and Cost Ratio (Gross B/C
Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Pay back Periode (PP), namun pada
analisis ekonomi menggunakan harga bayangan (shadow price). Analisis
sensitivitas menggunakan metode nilai pengganti (switching value).
Analisis aspek nonfinansial menunjukkan investasi kapal khusus angkutan
ternak untuk 4 skenario rute layak. Analisis finansial menunjukkan bahwa semua
skenario rute tidak layak dilakukan baik kapal balik tanpa muatan pakan maupun
membawa muatan pakan. Analisis ekonomi menunjukkan 4 skenario rute pada
saat kapal balik tanpa muatan tidak layak. Namun pada skenario kapal balik
membawa muatan pakan secara ekonomi layak dilakukan karena NPV>0, Gross
B/C>1, IRR>discount rate. Payback period KM CN I sebesar 10.72 tahun pada
simulasi skenario mengangkut ternak dari 1 pelabuhan di wilayah sentra produksi
sapi potong (S1.1) dan 13.11 tahun pada simulasi skenario singgah di 2 pelabuhan
wilayah produksi sapi potong (S1.2), sedangkan pengadaan kapal khusus
angkutan ternak yang baru pay back period berkisar antara 8.02 tahun hingga
13.84 tahun tergantung skenario rute kapal. Setiap penambahan biaya pada
simulasi setiap skenario rute kapal S1, S2, dan S3 yang menyinggahi 2 pelabuhan
wilayah produksi sapi potong (S1.2; S2.2 dan S3.2) memberikan tambahan
manfaat lebih rendah dibandingkan pada simulasi skenario rute kapal yang
menyinggahi 1 pelabuhan saja di wilayah produksi sapi potong
Analisis sensitivitas menunjukkan perubahan minimal kenaikan harga tiket
ternak sapi agar pengusahaan kapal khusus angkutan ternak layak jika balik tanpa
muatan berkisar antara 382.34%-534.56%, sedangkan jika balik membawa
muatan pakan minimal kenaikan harga tiket ternak sapi dan pakan berkisar antara
286.50%-410.12% tergantung skenario rute kapal. Investasi kapal khusus
angkutan ternak yang balik membawa muatan pakan pada skenario rute S4 dengan
maksimal penurunan muatan 9.31% paling sensitif terhadap penurunan jumlah
muatan pakan per voyage menyusul simulasi skenario rute S2.2 (9.83%),
dibandingkan dengan simulasi skenario rute kapal lainnya dengan maksimal
penurunan muatan antara 10.58% hingga 88.59% tergantung simulasi skenario
rute kapal.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi kapal khusus angkutan ternak
pada penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan bagi pemerintah adalah
untuk mempertimbangkan pemanfaatan kapal khusus angkutan ternak saat balik
menuju wilayah sentra produksi ternak secara optimal, dengan mengangkut
barang keperluan wilayah sentra produksi ternak terutama pakan olahan, yang
dapat dipasok dari wilayah sentra konsumsi. Pemerintah juga perlu
mempertimbangkan untuk penghitungan kembali penetapan tarif angkut kapal
agar mengurangi beban finansial pengoperasian kapal. Berdasarkan analisis
sensitivitas minimal kenaikan harga tiket ternak berkisar antara Rp 1 040 648 per
ekor sampai Rp 2 249 338 per ekor, sedangkan harga tiket pakan berkisar antara
Rp 938 623 per ton M3 hingga Rp 1 621 663 per ton M3. | id |