Show simple item record

dc.contributor.advisorWinandi, Ratna
dc.contributor.advisorTinaprilla, Netti
dc.contributor.authorDarmayanti, Ni Wayan Surya
dc.date.accessioned2018-10-05T03:46:42Z
dc.date.available2018-10-05T03:46:42Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/94009
dc.description.abstractJagung merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki posisi yang sangat strategis di Indonesia. Permintaan jagung paling tinggi datang dari industri pakan. Indonesia memiliki kontribusi yang relatif tinggi terhadap produksi jagung dunia. Hal tersebut didukung oleh kepemilikan luasan panen jagung yang cukup besar dan tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Sentra utama produksi jagung di Indonesia ada di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat. Tingginya permintaan jagung menjadikan Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan akan jagungnya secara mandiri. Oleh karena itu pemerintah harus terus melakukan impor jagung untuk memenuhi permintaan jagung di dalam negeri, impor jagung khususnya dilakukan oleh industri pakan, dimana industri pakan melakukan impor jagung untuk memenuhi kontinyuitas dari produksi pakan yang dilakukan. Berlandaskan latar belakang permasalahan tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing jagung di wilayah sentra produksi di Indonesia, yang diwakili oleh Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing usahatani jagung di Indonesia, adalah Metode Policy Analysis Matrix (PAM). Metode PAM digunakan untuk mengetahui dampak dari kebijakan – kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, terhadap daya saing jagung yang dilihat dari keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani jagung di beberapa wilayah sentra yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder dari hasil Panel Petani Nasional (PATANAS) 2017. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 90 sampel yang tersebar pada empat wilayah sentra produksi jagung di Indonesia. Berdasarkan analisis yang dilakukan usahatani jagung pada keempat wilayah sentra produksi memberikan keuntungan baik secara finansial (pada harga privat) dan juga keuntungan secara ekonomi (dari harga sosial atau bayangan). Namun, keuntungan ekonomi (sosial) yang diperoleh rata – rata masih lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan finansial (privat) yang diperoleh. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Jawa Timur yang juga sebagai sentra produksi jagung di Indonesia memperoleh keuntungan privat yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah – wilayah lainnya. Keuntungan privat Jawa Timur mencapai Rp 7.1 Juta per Hektar. Keuntungan sosial tertinggi diperoleh oleh Sulawesi Selatan. Keutungan privat yang diterima petani lebih besar dibandikan keuntungan sosialnya mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku saat ini mampu memberikan insentif bagi petani jagung pada keempat wilayah produksi. Hasil analisis daya saing usahatani jagung pada keempat sentra produksi menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan memiliki daya saing. Rata-rata nilai PCR usahatani jagung pada keempat wilayah produksi sebesar 0.67, dengan nilai PCR paling rendah (daya saing paling tinggi) dimiliki oleh Jawa Timur. Nilai PCR Jawa Timur sebesar 0.56, hal ini menunjukkan bahwa jika jagung diproduksi di dalam negeri khususnya di Jawa Timur, biaya produksi yang dibutuhkan hanya sebesar 0.56 satuan. Sementara itu berdasarkan nilai DRCR atau keunggulan secara komparatifnya, rata –rata usahatani jagung memiliki nilai DRCR sebesar 0.88, dengan nilai DRCR paling rendah dimiliki oleh Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil analisis dampak kebijakan pemeritah terhadap output diketahui bahwa pemerintah memberikan proteksi terhadap harga jagung dalam negeri melalui peraturan penetapan tariff impor sebesar 5 persen dan adanya harga jual refrensi jagung pipilan. Adanya kebijakan tersebut menyebabkan harga jagung di dalam negeri lebih tinggi daripada harga internasional. Hasil analisis terhadap kebijakan pemerintah terhadap input juga sudah memberikan insentif positif terhadap petani, sehingga petani secara akual dapat membeli input – input pertanian dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga dunia. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya subsidi pupuk yang diberikan pemerintah untuk petani tanaman pangan dan adanya subsidi bunga kredit untuk petani tanaman pangan. Berdasarkan analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap harga input, output, dan inputoutput secara simultan menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku di Indonesia, sudah mendukung kegiatan usahatani jagung khususnya di wilayah pulau Jawa, dan kondisi tersebut menyebabkan usahatani jagung di wilayah sentra tersebut berdaya saing.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.subject.ddcMaize Productionid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleAnalisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Jagung di Wilayah Sentra Produksi di Indonesia.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddaya saingid
dc.subject.keywordkeunggulan kompetitifid
dc.subject.keywordkeunggulan komparatifid
dc.subject.keywordpolicy analysis matrixid
dc.subject.keywordusahatani jagungid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record