dc.description.abstract | Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki posisi yang
sangat strategis di Indonesia. Permintaan jagung paling tinggi datang dari industri
pakan. Indonesia memiliki kontribusi yang relatif tinggi terhadap produksi jagung
dunia. Hal tersebut didukung oleh kepemilikan luasan panen jagung yang cukup
besar dan tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Sentra utama produksi jagung
di Indonesia ada di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara,
Sulawesi Selatan, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat. Tingginya permintaan
jagung menjadikan Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan akan jagungnya
secara mandiri. Oleh karena itu pemerintah harus terus melakukan impor jagung
untuk memenuhi permintaan jagung di dalam negeri, impor jagung khususnya
dilakukan oleh industri pakan, dimana industri pakan melakukan impor jagung
untuk memenuhi kontinyuitas dari produksi pakan yang dilakukan.
Berlandaskan latar belakang permasalahan tersebut, tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing jagung
di wilayah sentra produksi di Indonesia, yang diwakili oleh Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif yang
digunakan untuk mengetahui dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing
usahatani jagung di Indonesia, adalah Metode Policy Analysis Matrix (PAM).
Metode PAM digunakan untuk mengetahui dampak dari kebijakan – kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah, terhadap daya saing jagung yang dilihat dari
keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani jagung di beberapa wilayah sentra
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data yang digunakan pada penelitian
ini merupakan data sekunder dari hasil Panel Petani Nasional (PATANAS) 2017.
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 90 sampel yang tersebar pada empat
wilayah sentra produksi jagung di Indonesia.
Berdasarkan analisis yang dilakukan usahatani jagung pada keempat
wilayah sentra produksi memberikan keuntungan baik secara finansial (pada harga
privat) dan juga keuntungan secara ekonomi (dari harga sosial atau bayangan).
Namun, keuntungan ekonomi (sosial) yang diperoleh rata – rata masih lebih rendah
dibandingkan dengan keuntungan finansial (privat) yang diperoleh. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa Jawa Timur yang juga sebagai sentra produksi
jagung di Indonesia memperoleh keuntungan privat yang paling tinggi
dibandingkan dengan wilayah – wilayah lainnya. Keuntungan privat Jawa Timur
mencapai Rp 7.1 Juta per Hektar. Keuntungan sosial tertinggi diperoleh oleh
Sulawesi Selatan. Keutungan privat yang diterima petani lebih besar dibandikan
keuntungan sosialnya mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku
saat ini mampu memberikan insentif bagi petani jagung pada keempat wilayah
produksi.
Hasil analisis daya saing usahatani jagung pada keempat sentra produksi
menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan memiliki daya saing. Rata-rata nilai
PCR usahatani jagung pada keempat wilayah produksi sebesar 0.67, dengan nilai
PCR paling rendah (daya saing paling tinggi) dimiliki oleh Jawa Timur. Nilai PCR
Jawa Timur sebesar 0.56, hal ini menunjukkan bahwa jika jagung diproduksi di
dalam negeri khususnya di Jawa Timur, biaya produksi yang dibutuhkan hanya
sebesar 0.56 satuan. Sementara itu berdasarkan nilai DRCR atau keunggulan secara
komparatifnya, rata –rata usahatani jagung memiliki nilai DRCR sebesar 0.88,
dengan nilai DRCR paling rendah dimiliki oleh Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil analisis dampak kebijakan pemeritah terhadap output
diketahui bahwa pemerintah memberikan proteksi terhadap harga jagung dalam
negeri melalui peraturan penetapan tariff impor sebesar 5 persen dan adanya harga
jual refrensi jagung pipilan. Adanya kebijakan tersebut menyebabkan harga jagung
di dalam negeri lebih tinggi daripada harga internasional. Hasil analisis terhadap
kebijakan pemerintah terhadap input juga sudah memberikan insentif positif
terhadap petani, sehingga petani secara akual dapat membeli input – input pertanian
dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga dunia. Hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya subsidi pupuk yang diberikan pemerintah untuk petani tanaman
pangan dan adanya subsidi bunga kredit untuk petani tanaman pangan. Berdasarkan
analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap harga input, output, dan inputoutput
secara simultan menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku di
Indonesia, sudah mendukung kegiatan usahatani jagung khususnya di wilayah
pulau Jawa, dan kondisi tersebut menyebabkan usahatani jagung di wilayah sentra
tersebut berdaya saing. | id |