Hemogram dan Respon Jaringan Hernia Insisional Babi Menggunakan Mesh Komposit dan Polipropilen dengan atau Tanpa Asam Hyaluronat.
Abstract
Hernia merupakan organ abdomen yang keluar melalui suatu pembukaan seperti cincin yang mengakibatkan penyembulan pada abdomen. Penyakit ini dapat diterapi dengan metode penjahitan atau dengan bantuan mesh. Metode penjahitan memiliki resiko hernia berulang akibat peningkatan tekanan organ dalam pada dinding abdomen atau iskemia jaringan, sehingga mesh digunakan sebagai pilihan terapi. Penggunaan mesh memiliki efek samping seperti inflamasi, infeksi, dan komplikasi seperti perlekatan dengan organ abdomen, rasa sakit, pembentukan fistula dan peritonitis. Mesh merupakan benda asing yang diimplantasikan ke dalam tubuh sehingga tubuh akan bereaksi terhadap benda asing tersebut. Reaksi tubuh didasarkan pada bahan implan, kerapatan pori, berat mesh dan bahan yang ditambahkan pada mesh. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari gambaran darah dan respon jaringan hernia insisional babi yang diterapi dengan mesh komposit dan polipropilen dengan atau tanpa asam hyaluronat secara histopatologi.
Sebanyak 11 ekor babi jantan dan betina Landrace umur 3-4 bulan dengan berat badan 20-30 kg dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang menggunakan mesh komposit (Physiomesh®), mesh polipropilen (Ultrapro®), dan mesh polipropilen (Ultrapro®) yang ditambahkan asam hyaluronat (Guardic®). Induksi hernia dilakukan dan ditunggu selama 10 hari, kemudian dilakukan pemasangan mesh. Setelah 8 hari pasca implantasi mesh, dilakukan pemanenan jaringan persembuhan insisional bersama mesh tersebut. Pemasangan dan pemanenan mesh dilakukan dengan metoda endolaparoskopi. Pengambilan darah dilakukan pada saat pemasangan dan panen mesh untuk analisis darah rutin
lengkap (CBC). Sampel jaringan yang mengandung mesh kemudian dibuat preparat histopatologi dan diwarnai Hematoksilin Eosin (HE) dan Masson- Trichrome untuk mengetahui jumlah sel radang neutrophil, limfosit, makrofag dan sel raksasa, dan ketebalan kolagen jaringan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistika menggunakan One-Way Annova dan Paired T-Test dengan software SPSS versi 16.
Secara umum nilai hemogram babi saat panen cenderung lebih rendah dibandingkan sebelum panen, namun nilai hemogram keseluruhan masih berada pada kisaran normal. Hasil Paired T-Test nilai hemogram memperlihatkan perbedaan nyata (p<0.05) sebelum panen dibandingkan saat panen pada nilai WBC, limfosit, Hb, dan MCV pada perlakukan mesh komposit, nilai WBC dan limfosit pada perlakuan mesh polipropilen, dan hanya nilai MCV pada kelompok mesh polipropilen yang ditambahkan asam hyaluronat. Penurunan nilai hemogram WBC dan diferensial leukosit mengindikasikan sel-sel darah putih tersebut telah berpindah dari sirkulasi perifer menuju ke jaringan sebagai bentuk respon tubuh terhadap inflamasi.
Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan hernia yang diimplantasi mesh bedah menunjukkan persembuhan luka pada tahap proliferasi. Hasil analisis Paired T-Test jumlah sel radang di jaringan memperlihatkan tidak ada perbedaan
nyata (p>0.05) terhadap jumlah neutrophil, limfosit, dan sel raksasa pada semua kelompok mesh, namun berbeda nyata (p<0.05) pada jumlah makrofag kelompok mesh polipropilen. Hal ini memperlihatkan bahwa mesh dapat menginduksi makrofag yang lebih banyak akibat respon benda asing. Ketebalan jaringan antar kelompok tidak memperlihatkan perbedaan nyata (p>0.05), namun penggunaan mesh polipropilen yang ditambahkan asam hyaluronat cenderung lebih tebal dibandingkan kedua mesh lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan asam hyaluronat dapat meningkatkan produksi kolagen yang lebih baik dengan waktu yang sama. Dengan demikian penambahan asam hyaluronat tidak memberikan efek negatif terhadap nilai hemogram namun menginduksi pembentukan jaringan kolagen yang lebih baik dibandingkan dengan kedua mesh lainnya.
Collections
- MT - Veterinary Science [931]