Show simple item record

dc.contributor.advisorPalupi, Nurheni Sri
dc.contributor.advisorAndarwulan, Nuri
dc.contributor.authorHerawati, Ade Nugraheni
dc.date.accessioned2018-10-04T01:34:20Z
dc.date.available2018-10-04T01:34:20Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93944
dc.description.abstractAnemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar sel darah merah di dalam darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin di bawah ambang batas yang ditentukan. Anemia yang disebabkan oleh cadangan besi tubuh berkurang disebut anemia gizi besi (AGB). Anak umur di bawah lima tahun (balita) merupakan salah satu kelompok umur yang rawan mengalami AGB. Pada umur balita, anak sering bermasalah dengan pola makan seperti perilaku menolak makan, memilih-milih makanan, dan perilaku jajan yang kurang sehat, sehingga menurunkan asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi asupan zat gizi terhadap status AGB pada balita Indonesia yang diukur dengan biomarker hemoglobin, soluble transferin receptor (sTfR), serum feritin, dan serum C-reactive protein (CRP). Penelitian ini menggunakan 185 anak balita dengan kisaran umur 12-59 bulan yang memiliki data asupan dan data biokimia darah. Umur anak balita dikelompokkan menjadi empat yaitu 12-23 bulan, 24-35 bulan, 36-47 bulan, dan 48-59 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data primer yaitu hasil analisis serum darah balita Indonesia dari sampel penelitian Riskesdas 2013, berupa kadar sTfR, feritin, serta CRP, dan data sekunder yaitu kadar hemoglobin yang diperoleh dari hasil Riskesdas 2013 dan data asupan makanan dari SKMI 2014 (Balitbangkes, Kemenkes RI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan tingkat kecukupan energi dan karbohidrat dalam kategori kurang, yaitu 87,0±3,0% AKE dan 94,2±3,7% AKG, sedangkan tingkat kecukupan lemak dalam kategori defisit yaitu sebesar 69,3±3,2% AKG. Tingkat kecukupan protein sudah melebihi anjuran dengan rataan tingkat kecukupan sebesar 128,5±5,8% AKP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecukupan zat besi dan vitamin C pada tiap kelompok umur (P>0,05). Tingkat kecukupan protein dan zat besi dalam kategori normal berkorelasi positif dengan status anemia yang diindikasikan oleh meningkatnya kadar hemoglobin (P<0,05). Tingkat kecukupan energi dan karbohidrat dengan kategori kurang berkorelasi positif dengan status gizi (P<0,05). Status besi yang diindikasikan oleh kadar feritin dan sTfR dipengaruhi oleh kecukupan protein, zat besi, dan vitamin C (P<0,05). Tingkat kecukupan protein, zat besi, dan vitamin C dalam kategori kurang memiliki korelasi positif dengan konsentrasi feritin dan transferin (P<0,05). Penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 10,8% balita Indonesia menderita AGB, termasuk AGB yang disertai infeksi. Balita pada umur 12-35 bulan (1-2 tahun) berisiko terkena AGB lebih besar dibandingkan balita dengan umur 36-59 bulan (3-5 tahun). Balita yang mengalami defisit protein berisiko 2,5 kali lebih besar terkena AGB, dan berisiko 3 kali lebih besar pada balita yang mengalami defisit zat besi. Dengan dimikian, dapat disimpulkan bahwa kelompok umur, serta tingkat kecukupan protein dan zat besi merupakan variabel penting yang mempengaruhi kejadian AGB pada balita di Indonesia.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFood Technologyid
dc.subject.ddcNutrientid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleKontribusi Asupan Zat Gizi terhadap Status Anemia Gizi Besi pada Balita Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordanemia gizi besiid
dc.subject.keywordbalitaid
dc.subject.keywordzat besiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record