Kontribusi Asupan Zat Gizi terhadap Status Anemia Gizi Besi pada Balita Indonesia
View/ Open
Date
2018Author
Herawati, Ade Nugraheni
Palupi, Nurheni Sri
Andarwulan, Nuri
Metadata
Show full item recordAbstract
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar sel darah merah di dalam
darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin di bawah ambang batas yang
ditentukan. Anemia yang disebabkan oleh cadangan besi tubuh berkurang disebut
anemia gizi besi (AGB). Anak umur di bawah lima tahun (balita) merupakan salah
satu kelompok umur yang rawan mengalami AGB. Pada umur balita, anak sering
bermasalah dengan pola makan seperti perilaku menolak makan, memilih-milih
makanan, dan perilaku jajan yang kurang sehat, sehingga menurunkan asupan zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi
asupan zat gizi terhadap status AGB pada balita Indonesia yang diukur dengan
biomarker hemoglobin, soluble transferin receptor (sTfR), serum feritin, dan
serum C-reactive protein (CRP).
Penelitian ini menggunakan 185 anak balita dengan kisaran umur 12-59
bulan yang memiliki data asupan dan data biokimia darah. Umur anak balita
dikelompokkan menjadi empat yaitu 12-23 bulan, 24-35 bulan, 36-47 bulan, dan
48-59 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data primer yaitu hasil
analisis serum darah balita Indonesia dari sampel penelitian Riskesdas 2013,
berupa kadar sTfR, feritin, serta CRP, dan data sekunder yaitu kadar hemoglobin
yang diperoleh dari hasil Riskesdas 2013 dan data asupan makanan dari SKMI
2014 (Balitbangkes, Kemenkes RI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan tingkat kecukupan energi dan
karbohidrat dalam kategori kurang, yaitu 87,0±3,0% AKE dan 94,2±3,7% AKG,
sedangkan tingkat kecukupan lemak dalam kategori defisit yaitu sebesar
69,3±3,2% AKG. Tingkat kecukupan protein sudah melebihi anjuran dengan
rataan tingkat kecukupan sebesar 128,5±5,8% AKP. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecukupan zat besi dan vitamin
C pada tiap kelompok umur (P>0,05). Tingkat kecukupan protein dan zat besi
dalam kategori normal berkorelasi positif dengan status anemia yang
diindikasikan oleh meningkatnya kadar hemoglobin (P<0,05). Tingkat kecukupan
energi dan karbohidrat dengan kategori kurang berkorelasi positif dengan status
gizi (P<0,05). Status besi yang diindikasikan oleh kadar feritin dan sTfR
dipengaruhi oleh kecukupan protein, zat besi, dan vitamin C (P<0,05). Tingkat
kecukupan protein, zat besi, dan vitamin C dalam kategori kurang memiliki
korelasi positif dengan konsentrasi feritin dan transferin (P<0,05).
Penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 10,8% balita Indonesia
menderita AGB, termasuk AGB yang disertai infeksi. Balita pada umur 12-35
bulan (1-2 tahun) berisiko terkena AGB lebih besar dibandingkan balita dengan
umur 36-59 bulan (3-5 tahun). Balita yang mengalami defisit protein berisiko 2,5
kali lebih besar terkena AGB, dan berisiko 3 kali lebih besar pada balita yang
mengalami defisit zat besi. Dengan dimikian, dapat disimpulkan bahwa kelompok
umur, serta tingkat kecukupan protein dan zat besi merupakan variabel penting
yang mempengaruhi kejadian AGB pada balita di Indonesia.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2274]