Pemanfaatan Residu Fosfor dan Kalium Tanah Pertanian Intensif Brebes.
View/Open
Date
2018Author
Muliana
Anwar, Syaiful
Sabiham, Supiandi
Hartono, Arief
Susila, Anas D
Metadata
Show full item recordAbstract
Pertanian intensif merupakan sistem pertanian yang menggunakan berbagai
teknologi dalam rangka meningkatkan produksi. Kabupaten Brebes merupakan
salah satu wilayah sentra produksi bawang merah yang menerapkan sistem
pertanian intensif. Petani secara rutin memberi pupuk anorganik dengan dosis dan
intensitas yang tinggi dalam praktek pertaniannya, sehingga tanah area
pertanaman bawang merah di Brebes telah mengalami akumulasi fosfor (P) dan
kalium (K). Unsur P dan K yang terakumulasi sebagian besar dalam bentuk tidak
tersedia, sehingga perlu pemanfaatan (pemanenan) kembali P dan K yang
terakumulasi tersebut untuk meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan.
Penelitian ini dirancang dalam lima kegiatan. Tujuan penelitian secara
umum adalah mengkaji teknologi untuk meningkatkan ketersediaan P dan K
dalam rangka pengelolaan residu P dan K tanah pertanian intensif Brebes. Tujuan
khusus adalah: (1) mengkaji pengelolaan tanaman, tanah dan pupuk dalam
pertanian intensif di Brebes, (2) mengkaji kadar P dan K tanah secara horizontal
dan secara vertikal, (3) mengkaji efektivitas pupuk hayati, pupuk organik dan
pupuk anorganik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah dan serapan P
dan K dalam rhizobox (4) mengkaji pengaruh pupuk hayati dan senyawa humat
terhadap dinamika fraksi P dan K tanah dalam rhizobox (5) mengekstrak asam
humat dari bahan organik in situ Brebes.
Penelitian pertama melakukan observasi melalui survei, wawancara dengan
14 petani (responden) dan pengisian kuisioner mengenai pelaksanaan pertanian
praktis yang dilakukan petani dalam pengelolaan tanaman, tanah dan pupuk.
Penelitian pertama dilaksanakan pada empat desa dalam tiga kecamatan di
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian kedua adalah melakukan karakterisasi tanah secara horizontal
(kedalaman 0–20 cm) dan secara vertikal (kedalaman 0–20, 0–40, 0–60, 0–80 cm).
Sampel tanah horizontal berasal dari dua lokasi (Desa Siasem dan Desa Kersana)
dengan analisis terhadap P Bray 1, P-Olsen, P- dan K-HCl 25%. Sampel tanah
vertikal diambil 14 profil dari masing-masing tanah garapan petani (responden).
Sampel tanah vertikal digunakan untuk karakterisasi P-Olsen, P dan K-HCl 25%.
Penelitian ketiga dan keempat merupakan percobaan penanaman bawang
merah dalam rhizobox selama 26 hari, ditempatkan di rumah plastik. Rhizobox
terdiri dari kompartemen dalam (rooting area/R) dan kompartemen luar (nonrooting
area/NR). Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap non
faktorial dengan delapan perlakuan dalam tiga ulangan. Percobaan yang dilakukan
adalah: tanpa perlakuan (kontrol), senyawa humat (3 kg ha-1), pupuk hayati
komersial (7 L ha-1), bakteri pelarut fosfat (5 ml kg-1) dan fungi pelarut fosfat (5
ml kg-1). Perlakuan pembanding adalah pupuk kandang bebek (10 ton ha-1), pupuk
anorganik (urea 250; ZA180; SP-36 150; KCl 150 kg ha-1) dan kombinasi pupuk
kandang bebek dengan pupuk anorganik (10 ton ha-1 + urea 125; ZA 60; SP-36
75; KCl 75 kg ha-1). Pertumbuhan tanaman diamati pada 10, 20 dan 26 hari
setelah tanah (HST). Bobot kering, serapan hara tanaman dan analisis tanah
ditetapkan pada umur 26 HST.
Penelitian kelima dilakukan ekstraksi asam humat dari pupuk kandang
bebek, kompos pupuk kadang bebek, kompos biomassa tanaman bawang merah
dan kompos kombinasi pupuk kandang bebek dengan biomassa tanaman bawang
merah.
Hasil penelitian pertama mendapatkan informasi bahwa budidaya bawang
merah mencapai tiga sampai empat kali dan sekali budidaya padi dalam setahun
sehingga indeks pertanaman (IP) mencapai 400–500%. Tanah diolah secara
intensif dan dilakukan pembolak-balikan tanah dua kali dalam setahun saat
penggantian tanaman bawang merah ke padi dan sebaliknya. Pemupukan P dan K
sangat bervariasi antar petani berkisar 22–171 kg P2O5 kg ha-1 tetapi tidak
berkorelasi nyata dengan produksi. Pemupukan K2O sekitar 22–213 kg ha-1 yang
berkorelasi positif nyata hanya dengan produksi pada musim hujan, sedangkan
produksi pada musim kemarau tidak berkorelasi nyata.
Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa status unsur hara P pada tanah
pertanian intensif di Brebes sangat tinggi dan status unsur K sedang sampai tinggi
secara horizontal dan secara vertikal hingga kedalaman 80 cm.
Hasil penelitian ketiga dan keempat menunjukkan bahwa pupuk hayati
efektif meningkatkan pertumbuhan, berat kering, kadar dan serapan hara tanaman;
meningkatkan P tersedia tanah walaupun tidak berbeda nyata seluruhnya dan
menurunkan P residual tanah. Teknologi alternatif (fungi pelarut fosfat) paling
tinggi memberi pengaruh dalam peningkatan pertumbuhan jumlah anakan, jumlah
daun, berat kering tajuk dan berat kering umbi tanaman bawang merah. Fungi
pelarut fosfat dan pupuk hayati komersial juga paling tinggi meningkatkan kadar
dan serapan K. Dinamika fraksi P pada area perakaran (rooting area) memberi
informasi lebih baik tentang fenomena pemanenan P karena perubahan residu P
menjadi P tersedia lebih besar di area perakaran dibandingkan dengan area luar
perakaran (non-rooting area). Diantara perlakuan alternatif, pupuk hayati
komersial paling tinggi meningkatkan P labil; sedangkan bakteri pelarut fosfat
paling tinggi menurunkan P residual. Rata-rata nilai P agak labil pada rooting
area meningkat 1.27% dan P residual menurun 1.27%, sedangkan pada nonrooting
area menurun 0.27 % dan P residual meningkat 0.27% dibanding kontrol.
Fraksi P labil secara keseluruhan sekitar 11–12%, sedangkan P residual 88–89%
baik pada rooting area maupun non-rooting area. Fraksi K labil semuanya
menurun dengan meningkatnya serapan K oleh tanaman, namun K residual
mengalami peningkatan, selain pada perlakuan pupuk hayati komersial yang
mengalami penurunan. Rata-rata K labil pada rooting area menurun 2.13% dan
pada non-rooting area menurun 0.52%. Residu K pada rooting area lebih tinggi
dari pada non-rooting area. Fraksi K labil pada rooting area antara 6–7% dan K
residual 93–94%; pada non-rooting area, K labil 11–14% dan K residual 86–89%.
Dinamika perubahan fraksi P dan K secara keseluruhan menunjukkan bahwa P
residual dapat dipanen dengan senyawa humat dan pupuk hayati, sedangkan K
residual hanya dapat dipanen oleh pupuk hayati komersial.
Hasil penelitian kelima menunjukkan bahwa bahan organik in situ Brebes
(pupuk kandang bebek dan biomassa tanaman bawang merah) memiliki potensi
untuk diproduksi menjadi senyawa humat.
Collections
- DT - Agriculture [756]