dc.description.abstract | Indonesia kehilangan hutan primer lebih dari 6.02 juta ha atau rata-rata 47
600 ha/tahun dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012. Hal ini berdampak pada
perubahan iklim dan hilangnya biodiversitas. REDD+ adalah salah satu
pendekatan mitigasi dalam mengatasi isu perubahan iklim dan hilangnya
biodiversitas tersebut. Kabupaten Berau, Kalimantan Timur memiliki potensi
yang tinggi dalam pelaksanaan program REDD+, namun terdapat banyak
tantangan terutama terkait dengan ketersediaan pangkalan data, kemampuan
masyarakat dan penggunaan teknologi sebagai upaya peningkatan partisipasi
masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Birang dan Kampung
Merabu, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengkarakterisasi aspek biodiversitas dan etnobotani, serta keterkaitan fungsi
ekosistem pada praktik agroforestri berdasarkan pengukuran partisipatif, ii)
membangun korelasi antara biodiversitas dengan stok karbon pada praktik
agroforestri, iii) membandingkan antara metode konvensional dengan FCD
mapper sebagai pendukung dalam pengukuran stok karbon pada praktik
agroforestri. Total plot yang dibangun adalah 60 plot (ukuran 50x50m). Plot
dipilih berdasarkan analisis software FCD. Masyarakat lokal dilatih dalam hal
pembangunan plot, pengukuran diameter dan pelabelan pohon, pengumpulan
herbarium dan sampel tanah, serta pengukuran profil tajuk.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa Kampung Birang memiliki
indeks keragaman (H’) menengah, sedangkan di Kampung Merabu memiliki H’
tinggi. Rekomendasi pengayaan tanaman menggunakan spesies bernilai ekonomi
tinggi dan sesuai dengan tempat tumbuh diperlukan di Kampung Birang,
sedangkan rekomendasi pengelolaan agroforest untuk meningkatkan distribusi dan
heterogenitas spesies diperlukan di Kampung Merabu. Hasil penelitian kedua
menunjukkan bahwa Kampung Birang memiliki rata-rata biomasa (205.25 Mg
biomasa/ha) dan stok karbon (96.25 Mg C/ha) yang lebih tinggi daripada di
Kampung Merabu (biomasa = 178.63 Mg biomasa/ha, karbon = 82.17 Mg C/ha).
Total individu pohon per ha berpengaruh nyata terhadap stok karbon (p-val<0.1)
dan memiliki korelasi yang rendah (r= 27.3%). Total spesies per ha berpengaruh
sangat nyata terhadap stok karbon (p-val<0.05) dan memiliki korelasi yang rendah
(r=28%). Basal area (m2/ha) berpengaruh sangat nyata terhadap stok karbon (pval<
0.05) dan memiliki korelasi yang sangat kuat (r=96.5%). Hasil penelitian
ketiga menunjukkan bahwa FCD dapat digunakan sebagai metode baru dalam
memprediksi kerapatan pohon dan stok karbon dengan lebih murah, efisien, dan
akurat sebagai pendukung dalam pengukuran stok karbon pada praktik-praktik
agroforest. Model regresi FCD dalam menduga kerapatan pohon adalah kerapatan
pohon (N/ha) = 26.6 + 3.72 FCD. Model regresi FCD dalam menduga stok karbon
adalah stok karbon (Mg C/ha) = 13.005 + 0.826 FCD. Tutupan tajuk berkorelasi
positif dengan stok karbon (r=40.4%). Pengukuran dan pemantauan stok karbon
dapat dilakukan dengan menggunakan FCD mapper dan pengukuran profil tajuk. | id |