Kemandirian Petani dalam Meningkatkan Produktivitas Usahatani Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah.
View/ Open
Date
2018Author
Managanta, Andri Amaliel
Sumardjo
Sadono, Dwi
Tjitropranoto, Prabowo
Metadata
Show full item recordAbstract
Kakao merupakan komoditas unggulan di Provinsi Sulawesi Tengah.
Usahatani kakao belum banyak mengalami peningkatan produktivitas diakibatkan
kurang didukung upaya perbaikan teknologi, terbatasnya kemitraan menyebabkan
rendahnya akses petani terhadap lembaga permodalan, tata niaga yang didominasi
oleh tengkulak dan pemilik modal serta lemahnya dukungan peran penyuluhan
dalam meningkatkan kompetensi, kapasitas dan kemandirian petani kakao untuk
peningkatan produktivitas dan pendapatan. Hal ini menunjukkan rendahnya
kompetensi dan kapasitas petani kakao dan perlunya penelitian tentang
kompetensi, kapasitas petani kakao menuju kemandirian petani yang berdaya
saring, berdaya saing dan berdaya sanding serta peningkatan produkvitas petani
melalui peningkatan kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengidentifikasi tingkat kompetensi, kapasitas, dan kemandirian petani kakao, (2)
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi, kapasitas dan
kemandirian petani kakao untuk menghasilkan kakao yang berkualitas, (3)
menganalisis pengaruh kemandirian terhadap produktivitas petani kakao, (4)
menentukan strategi penyuluhan dalam meningkatkan kompetensi, kapasitas dan
kemandirian petani kakao.
Penelitian ini menggunakan rancangan survey, dilaksanakan di Provinsi
Sulawesi Tengah sebagai sentra utama produksi kakao di Indonesia. Lokasi
penelitian secara geografis mewakili empat kabupatan, zona wilayah Utara
Kabupaten Donggala, wilayah Barat Kabupaten Sigi, wilayah Tengah Kabupaten
Poso dan wilayah Tenggara Kabupaten Morowali Utara. Sampel penelitian
sebanyak 380 dengan memenuhi aturan uji statistik Structural Equation Modelling
(SEM). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel secara bertahap (multi-step random sampling).
Penentuan lokasi dan sampel dilakukan sebagai berikut: (1) ditetapkan dua (2) desa
di setiap kabupaten terpilih berdasarkan beberapa kriteria: desa yang berkembang
dan secara geografis memiliki lokasi dekat dengan ibu kota kabupaten serta
desa yang jauh dari ibu kota kabupaten, dan (2) penentuan sampel di setiap desa
secara acak proporsional (proportional random sampling).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pertama, kompetensi petani lemah
disebabkan lemahnya peran penyuluh, kurangnya inovasi yang diterima petani dan
rendahnya pendidikan formal. Kapasitas petani lemah dalam berorganisasi dan
dalam beradaptasi terhadap lingkungan disebabkan rendahnya kompetensi petani.
Kemandirian petani kakao pada kategori rendah baik daya saring (47,7%), daya
saing (31,3%), dan daya sanding (38,8%). Hal ini disebabkan kapasitas dan
dukungan kelembagaan rendah, sehingga memengaruhi kemandirian petani rendah
dalam berdaya saring, saing dan daya sanding. Kedua, tingkat kompetensi petani
kakao lemah dipengaruhi oleh lemahnya (1) faktor intensitas mengikuti pendidikan
nonformal, (2) motivasi pengembangan usahatani, (3) peran penyuluh pertanian dan
(4) dukungan kelembagaan. Faktor yang dominan memengaruhi lemahnya tingkat
kapasitas petani kakao adalah lemahnya (1) motivasi pengembangan usahatani, (2)
keterikatan tradisi, (3) peran penyuluh pertanian, (4) dan ketersediaan inovasi.
Lemahnya tingkat kemandirian petani dipengaruhi oleh lemahnya (1) tingkat
pendidikan formal, (2) intensitas mengikuti pendidikan nonformal, (3) peran
penyuluh pertanian, (4) ketersediaan inovasi, (5) dukungan kelembagaan, (6)
tingkat kompetensi petani dan (7) tingkat kapasitas petani.
Ketiga, peningkatan kemandirian petani merupakan faktor penentu
peningkatan produktivitas usahatani kakao di Provinsi Sulawesi Tengah.
Penurunan produksi dan kualitas biji kering kakao dapat diatasi dengan
meningkatkan kemandirian petani kakao. Kemandirian petani yang rendah
berpengaruh pada rendahnya produktivitas (0,8 ton per hektar per tahun) di bawah
potensi hasil 2 ton per hektar per tahun dan pendapatan rata-rata Rp. 1.325.070,
berada di bawah upah minimum Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp 1.807.775
per bulan. Keempat, berdasarkan hasil dari model kemandirian petani dalam
meningkatkan produktivitas usahatani kakao, perumusan strategi dalam
meningkatkan kemandirian adalah: (1) strategi peningkatan kemandirian petani
melalui peningkatan kapasitas petani dan (2) strategi peningkatan kemandirian
petani melalui dukungan kelembagaan. Strategi yang dilakukan adalah: (a)
menyusun rencana kelompok tani yang terintegrasi dengan programa penyuluhan;
(b) melaksanaan kegiatan rembuk, pertemuan teknis, lokakarya lapangan serta temu
lapang antara petani, industri dan swasta; (c) meningkatkan penggunaan pupuk
kompos dan pestisida nabati oleh petani, serta pelatihan oleh penyuluh bagaimana
menggunaan pestisida nabati dan pupuk organik, serta melakukan pendampingan
yang intensif secara terus menerus dalam rangka meningkatkan pemanfaatan
teknologi yang ramah lingkungan; (d) meningkatkan peran kelompok tani sebagai
pengumpul biji kering kakao milik petani; (e) melakukan kerjasama dengan
lembaga-lembaga industri maupun swasta dalam penyediaan sarana produksi,
pemasaran dan pengolahan yang memadai untuk petani; (f) mengembangkan
kelembagaan pelaku utama sebagai wujud nyata dari Undang-Undang No 16
Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sesuai Pasal 19
ayat (2, 3 dan 4) yaitu kelembagaan pelaku utama mempunyai fungsi sebagai
wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan
prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa
penunjang; (g) kapasitas dan jumlah penyuluh yang kompeten pada tanaman kakao;
(h) melakukan kerjasama dengan penjamin kredit bagi petani. Kerjasama yang
dilakukan dalam rangka memberikan kemudahan bagi petani dalam mengakses
modal sehingga petani mampu menyediakan kebutuhan sarana produksi untuk
peningkatan kualitas biji kering kakao; (i) merancang peraturan-peraturan yang
mendukung pengembangan kemandirian petani kakao; (j) melakukan
pendampingan pengolahan biji kering kakao menjadi produk siap konsumsi.
Collections
- DT - Human Ecology [567]