dc.description.abstract | Hidrogel dari polimer alam memiliki sifat biokompatibel dan biodegradabel
sehingga lebih ramah lingkungan. Penelitian ini, selulosa limbah tongkol jagung
diolah menjadi nanohidrogel dengan metode ikat silang kimia, yaitu epiklorohidrin
(Ech) dan iradiasi sinar gamma. Pengecilan ukuran selulosa dilakukan dengan
proses wet milling. Selulosa dilarutkan dalam pelarut NaOH/PEG pada suhu 55 ºC.
Jumlah pelarut dan konsentrasi Ech divariasikan dengan perbandingan
selulosa:pelarut sebesar 1:2 dan 1:4 serta konsentrasi Ech sebesar 4%, 16% dan
28%. Parameter yang diamati meliputi rasio swelling, fraksi gel, tekstur dan
morfologi. Hasil yang optimum diperoleh dari nanohidrogel dengan perbandingan
selulosa:pelarut sebesar 1:4 dan konsentrasi Ech sebesar 28% yang memiliki
parameter rasio swelling 366%, fraksi gel 52% dan hardness 0.37 mJ. Nanohidrogel
dengan metode iradiasi sinar gamma, dimana selulosa setelah proses wet milling
diiradiasi dengan dosis 20 kGy dan laju dosis 5.4 kGy/jammemiliki rasio swelling
204%, fraksi gel 99% dan hardness 0.33 mJ. Rendahnya rasio swelling
nanohidrogel dengan metode iradiasi sinar gamma dikarenakan dosis yang
digunakan terlalu tinggi untuk polimer alam. Hidrogel mempunyai potensi yang
luas sebagai bahan penyerap air di daerah pertanian sebagai agen pembawa pupuk. | id |