Desain Reaktor dan Simulasi Pirolisis untuk Produksi Bio-oil dari Cangkang Kelapa Sawit dengan Sistem Self-Pyrolysis
View/Open
Date
2018Author
Rahimah, Fika
Nelwan, Leopold Oscar
Yulianto, Muhamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Peningkatan produksi crude palm oil (CPO) di Indonesia berimbas pada
peningkatan produksi limbah, yang salah satu diantaranya adalah cangkang kelapa
sawit. Cangkang kelapa sawit diyakini potensial untuk menjadi salah satu sumber
energi terbarukan karena karakteristiknya yang memiliki unsur karbon cukup
tinggi, sama halnya dengan tempurung kelapa. Cangkang kelapa sawit sendiri
memiliki porsi kurang lebih 6 % dari tiap tandan buah segar (TBS) yang diolah.
Proses pirolisis merupakan salah satu langkah yang dapat digunakan dalam
meningkatkan kualitas biomassa sebagai bahan bakar. Proses pirolisis merupakan
dekomposisi suatu biomassa menggunakan panas (termal) menjadi gas, cairan
(pyrolysis liquid atau bio-oil), dan juga padatan (arang). Proses pirolisis cepat pada
umumnya masih menggunakan susunan peralatan yang rumit, sehingga cukup sulit
jika akan diaplikasikan pada masyarakat.
Melalui penelitian ini dirancang sebuah reaktor pirolisis untuk produksi biooil
dari cangkang kelapa sawit, dengan system self-pyrolysis yang tidak
menggunakan pemanas eksternal guna menyederhanakan komponen peralatan
dalam aplikasinya. Reaktor ini dirancang dengan target dapat dimanfaatkan oleh
warga sekitar pabrik kelapa sawit (PKS) sebagai salah satu bentuk industri rumah
tangga. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, fabrikasi, sampai dengan
menguji kinerja reaktor dalam produksi bio-oil dari cangkang kelapa sawit. Hasil
pengujian kinerja reaktor kemudian disimulasikan dan divalidasikan dalam hal suhu
serta jumlah produk yang dihasilkan dengan menggunakan model pengembangan
Sharma et al. (2016), untuk mengevaluasi performa dari reaktor dalam prosesnya
memproduksi bio-oil.
Reaktor hasil perancangan memiliki dimensi tinggi 0.75 m dan diameter
0.15 m, dimana kondensor yang digunakan dalam mengondensasikan gas-gas hasil
pirolisis menjadi bio-oil merupakan pipa tembaga berdiameter 0.0127 m dengan
panjang total 7 m. Hasil uji kinerja reaktor menunjukkan bahwa kapasitas optimum
dari reaktor ialah 3 – 3.5 kg. Tiga pengujian menghasilkan produk bio-oil sebanyak
10.23, 9.82, dan 8.41 % (% b.k.) dengan waktu proses 110, 115, dan 125 menit.
Waktu proses yang cukup lama menunjukkan pola pirolisis lambat, yang juga
didukung dengan suhu tertinggi yang tercapai masing-masing yaitu 425, 428, dan
432 ℃. Suhu tertinggi ini belum mencapai suhu optimum bagi produksi bio-oil dari
cangkang kelapa sawit yaitu pada rentang suhu 500 – 550 ℃.
Kondensor yang digunakan dalam mengondensasikan gas-gas hasil pirolisis
berhasil menurunkan suhu sampai dengan sebesar 99 ℃, sehingga suhu bio-oil
yang keluar dari outlet kondensor hampir sama dengan besar suhu lingkungan
sekitar. Efektivitas dari kondensor yang dihitung melalui NTU-effectiveness
menghasilkan nilai 0.61, 0.75, dan 0.76 untuk ketiga pengujian secara berturutturut.
Suhu pada sumber panas (combustion zone) disimulasikan untuk menduga
apakah proses pirolisis yang terjadi sudah cukup optimum pada reator dengan suhu
v
proses yang dihasilkan dari combustion zone. Simulasi sebanyak tiga kali dilakukan
dan kemudian divalidasikan dengan suhu proses pengujian pada titik pengukuran
30 cm dari dasar reaktor. Korelasi linear antara suhu pengujian dan suhu simulasi
menunjukkan nilai yang cukup baik.
Suhu simulasi pada ruang pirolisis kemudian digunakan untuk menduga
jumlah rendemen bio-oil pada kondisi optimum dengan modifikasi model Sharma
et al. (2016). Simulasi ini didasarkan pada kadar volatil yang dihasilkan pada tiap
tingkatan suhu simulasi, dimana volatil dikelompokkan menjadi CO, CO2, H2, H2O,
ME, dan juga tar. Rendemen bio-oil simulasi yang dihasilkan merupakan gabungan
antara tar dan juga H2O, dan kemudian dibandingkan dengan jumlah produk biooil
yang dihasilkan pada pengujian.
Simulasi menunjukkan rendemen yang lebih tinggi yaitu sebanyak 22.34,
16.53, dan 22.07 % (% b.k.). Sharma et al. (2016) menyatakan bahwa fraksi arang
dapat diketahui hanya melalui kadar selulosa, hemiselulosa, dan lignin, dan
didapatkan rendemen arang sebesar 30.7 % (% b.k.), sedangkan rendemen arang
hasil pengujian menunjukkan hasil sebesar 39.22, 43.14, dan 40.34 % (% b.k.).
Pengaruh dari kondisi proses serta jenis reaktor tidak menjadi faktor yang
dipertimbangkan pada model simulasi, dimana pada kondisi riil, jumlah rendemen
produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jenis reaktor (bentuk, ukuran serta
kapasitas optimum), waktu dan suhu yang terjadi selama proses.
Melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, reaktor dengan sistem selfpyrolysis
ini masih memerlukan modifikasi lanjutan guna menciptakan kondisi
yang optimum dalam menghasilkan produk bio-oil. Penelitian lanjutan dibutuhkan
dalam mengevaluasi perlakuan pada reaktor, maupun kondensor yang dapat
menghasilkan jumlah rendemen bio-oil cukup tinggi.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2336]