Agroforestri Tanaman Sayuran Berbasis Eucalyptus sp. di Dataran Tinggi (Kasus Di Hulu DAS Cimanuk, Kabupaten Garut).
Abstract
Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan kebutuhan
pangan, papan, dan energi. Hal tersebut akan memicu terjadinya alih fungsi lahan.
Konversi hutan di dataran tinggi akan menyebabkan kerusakan fungsi hutan
sehingga terjadi bencana alam (erosi, banjir, tanah longsor). Penanganan bencana
tersebut melalui program rehabilitasi lahan. Bentuk rehabilitasi yang dapat
mengakomodasi kepentingan ekonomi masyarakat dan kepentingan konservasi
lahan adalah pembangunan hutan rakyat agroforestri. Pemilihan jenis merupakan
kunci keberhasilan agroforestri. Jenis tanaman kehutanan yang digunakan adalah
eucalyptus, sedangkan jenis tanaman sayuran merupakan jenis paling banyak
dibudidayakan di dataran tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pertumbuhan tanaman eucalyptus, menganalisis produktivitas tanaman sayuran,
dan menganalisis kesuburan tanah pada pola agroforestri tanaman sayuran berbasis
eucalyptus.
Penelitian dilaksanakan di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten
Garut. Ada dua penelitian yaitu: Penelitian pertama menggunakan rancangan acak
kelompok dengan dua faktor yaitu pola tanam (monokultur dan agroforestri) dan
kelas umur (umur 2, 4, dan 6 tahun). Penelitian kedua menggunakan rancangan acak
kelompok petak terbagi dengan petak utama tingkat naungan (tanpa naungan,
naungan eucalyptus umur 2, 4, dan 6 tahun) anak petaknya adalah jenis sayuran
(kubis dan wortel).
Pola tanam eucalyptus berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi,
pertumbuhan tajuk, panjang akar dan kedalaman akar eucalyptus, sedangkan
pertumbuhan diameter tidak berpengaruh nyata. Kelas umur eucalyptus
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter, tajuk, panjang akar, dan
kedalaman akar tanaman eucalyptus, sedangkan pada pertumbuhan tinggi tanaman
tidak berpengaruh nyata. Intensitas naungan berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan produktivitas tanaman sayuran namun tidak berpengaruh nyata
terhadap kandungan betakaroten pada wortel dan vitamin c pada kubis.
Produktivitas tanaman kubis pada monokultur, agroforestri eucalyptus umur 2, 4
dan 6 tahun berturut-turut 23.95, 11.14, 8.27, dan 6.58 ton h-1. Produktivitas
tanaman wortel pada monokultur, agroforestri eucalyptus umur 2, 4 dan 6 tahun
berturut-turut 18.33, 16.89, 11.76, dan 13.04 ton h-1. Status kesuburan tanah
termasuk dalam kategori sedang pada semua plot baik monokultur maupun dibawah
eucalyptus umur 2, 4, dan 6 tahun. Pola tanam Agroforestri mampu meningkatkan
status kesuburan tanah menjadi ketegori tinggi. Sebelum penanaman nilai rata-rata
KTK adalah sebesar 24.72 me/100gr, kejenuhan basa 64.19%, P2O5 35.57 me/100gr,
K2O 213.48 me/100gr, dan C-organik 3.54 %. Setelah panen nilai rata-rata KTK
adalah sebesar 25.36 me/100gr, kejenuhan basa 66.04%, P2O5 77.05 me/100gr, K2O
652.83 me/100gr, dan C-organik 3.84 %.
Collections
- MT - Forestry [1419]