Show simple item record

dc.contributor.advisorHadi, Upik Kesumawati
dc.contributor.advisorSoviana, Susi
dc.contributor.advisorHakim, Lukman
dc.contributor.authorSugiarto
dc.date.accessioned2018-08-16T08:49:16Z
dc.date.available2018-08-16T08:49:16Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92657
dc.description.abstractMalaria merupakan satu di antara permasalahan kesehatan masyarakat dan masih menjadi penyakit prioritas bagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia. Kemenkes (2016) melaporkan bahwa dari total 258 924 888 penduduk Indonesia pada tahun 2016, masih terdapat 80 209 723 penduduk (31%) hidup di daerah endemis malaria. Kabupaten Nunukan merupakan daerah transit TKI dari Malaysia dan sebagai pintu masuk negara, sehingga pengendalian penyakit malaria menjadi prioritas. Penularan malaria di Pulau Sebatik terindikasi telah terjadi penularan setempat (indigenous), tetapi data tentang bioekologi Anopheles sebagai vektor dan pola perilakunya belum tersedia. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan penelitian tentang aspek-aspek entomologi Anopheles spp. dan efektivitas kelambu berinsektisida serta alternatif pendekatan pengendalian vektor terpadu (integrated vector management-IVM) di daerah endemis malaria yaitu Desa Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik. Jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap di Desa Sungai Nyamuk selama observasi 18 bulan sebanyak 5103 nyamuk betina dan telah teridentifikasi 11 spesies yaitu An. vagus, An. sundaicus, An. subpictus, An. indefinitus, An. peditaeniatus, An. nigerrimus, An. tesselatus, An. barbirostris, An. letifer, An. umbrosus dan An. barbumbrosus. Pengujian konfirmasi vektor malaria di Desa Sungai Nyamuk menggunakan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) telah dilakukan terhadap 2259 nyamuk betina parous (44.3%), dari total 5103 nyamuk Anopheles betina yang tertangkap. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 1 nyamuk An. peditaeniatus dari penangkapan outdoor biting (3.8%, n=26) dan 1 nyamuk An. sundaicus dari penangkapan outdoor biting (0.6%, n=157), positif terhadap P. falciparum circum sporozoite protein (CSP). Nilai penghitungan kapasitas vektor An. peditaeniatus (0.01) dan An. sundaicus (0.04). Laju inokulasi entomologi An. peditaeniatus dan An. sundaicus adalah 0.08 (~28 gigitan infektif /orang/tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis nyamuk Anopheles tersebut terkonfirmasi sebagai vektor malaria di Desa Sungai Nyamuk. Konfirmasi vektor tersebut juga menunjukkan bahwa pola penularan malaria di Desa Sungai Nyamuk terjadi di luar rumah dan disebabkan oleh P. falciparum. Konfirmasi vektor ini juga membuktikan bahwa penularan kasus malaria di Desa Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik telah terjadi penularan setempat (indigenous). Anopheles peditaeniatus yang ditemukan positif mengandung P. falciparum CSP merupakan penemuan yang sangat penting bagi bidang entomologi kesehatan di Indonesia, karena selama ini spesies tersebut belum pernah dilaporkan terkonfirmasi mengandung sporozoit Plasmodium. Anopheles peditaeniatus di Desa Sungai Nyamuk mempunyai perilaku antropofilik dan endofilik dengan puncak kepadatan An. peditaeniatus terjadi pada jam 24.00- 01.00. Anopheles peditaeniatus hasil penangkapan dengan umpan orang luar (outdoor biting) tersebut harus mendapatkan perhatian yang serius karena telah terbukti mengandung CSP Plasmodium falciparum melalui pemeriksaan ELISA. vi Hasil penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang mengkonfirmasi bahwa An. peditaeniatus positif mengandung Plasmodium dalam kondisi normal di alam. Kejadian kasus malaria di Desa Sungai Nyamuk ditemukan setiap bulan. Curah hujan jika dikorelasikan dengan kejadian kasus malaria, menunjukkan korelasi nyata karena didapatkan nilai p=0.01 (p<0.05). Hasil uji korelasi Pearson antara angka gigitan Anopheles per orang per malam (MBR) dengan faktor-faktor meteorologi menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara MBR dengan curah hujan. Habitat perkembangbiakan potensial Anopheles spp. di Desa Sungai Nyamuk terdiri atas 4 tipe yaitu lagun, parit, tambak ikan terbengkalai dan rawarawa. Tambak ikan yang terbengkalai merupakan habitat perkembangbiakan Anopheles yang bersifat permanen karena ditemukan larva Anopheles setiap bulan pengamatan. Pengendalian vektor malaria di Desa Sungai Nyamuk menggunakan kelambu berinsektisida (long lasting insecticidal nets) dan indoor residual spray (IRS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara efektivitas kelambu berinsektisida dengan durasi penggunaan kelambu. Kelambu berinsektisida yang telah digunakan selama 6 bulan mempunyai efektifitas yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kelambu berinsektisida yang telah digunakan lebih dari 12 bulan dan 24 bulan. Penurunan nilai efikasi pada kelambu yang telah digunakan selama 12 bulan dan 24 bulan didukung juga oleh perilaku masyarakat Desa Sungai Nyamuk yaitu sebanyak 100% tidak melakukan pencucian kelambu. Perilaku ini disebabkan karena hanya 15% masyarakat yang mengetahui cara pencucian kelambu tersebut. Masyarakat tidak mengetahui cara pencucian kelambu karena kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan. Hasil pengujian resistensi nyamuk Anopheles spp. menunjukkan bahwa An. sundaicus dan An. subpictus di Desa Sungai Nyamuk belum resisten terhadap empat golongan insektisida (organochlorin, organofosfat, karbamat dan piretroid). Berdasarkan paparan diatas, maka diperlukan intensifikasi upaya pengendalian vektor terpadu (integrated vector management-IVM) dalam rangka percepatan eliminasi malaria di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Permasalahan vektor yang perlu diperhatikan berkaitan dengan percepatan eliminasi malaria di Pulau Sebatik yaitu 1) An. sundaicus dan An. peditaeniatus terkonfirmasi sebagai vektor malaria di Desa Sungai Nyamuk, 2) kelimpahan dan keanekaragaman Anopheles yang tinggi, 3) pola perilaku menghisap darah nyamuk Anopheles adalah eksofagik (lebih banyak menghisap darah di luar rumah), 4) habitat perkembangbiakan bersifat permanen sehingga larva Anopheles ditemukan sepanjang hari dan sepanjang bulan, 5) nyamuk Anopheles telah terindikasi resisten secara genotip terhadap organochlorin (DDT), piretroid (permethrin) dan karbamat (bendiocarb), 6) efektivitas kelambu berinsektisida mengalami penurunan setelah digunakan 6 bulan, dan 7) aktivitas dan penyebaran permukiman masyarakat sangat berisiko bagi penularan malaria.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcParasitologyid
dc.subject.ddcAnopheles entomologyid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleKajian Entomologis Anopheles spp. sebagai Dasar Penyusunan Strategi Integrated Vector Management (IVM) dalam Upaya Eliminasi Malaria di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAn. peditaeniatusid
dc.subject.keywordKonfirmasi Vektorid
dc.subject.keywordKelambu Berinsektisidaid
dc.subject.keywordEliminasi Malariaid
dc.subject.keywordKalimantan Utaraid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record