dc.description.abstract | Insiden cuaca ekstrim dalam bentuk angin kencang dan curah hujan
intensitas tinggi cenderung meningkat dan berpotensi menurunkan produksi padi,
sehingga diperlukan langkah adaptasi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Kajian dampak dan respon tanaman padi terhadap cuaca ekstrim khususnya angin
kencang dan curah hujan intansitas tinggi belum banyak dilaporkan. Oleh karena
itu, dilakukan percobaan di Kebun Percobaan Sawah Baru dan Leuwikopo IPB,
serta Provinsi Lampung Indonesia pada Januari 2016 – Juni 2017 dengan tujuan
mengkaji dampak yang ditimbulkan, mekanisme respon tanaman, dan menyusun
strategi adaptasi tanaman padi terhadap angin kencang dan curah hujan intensitas
tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak langsung deraan cuaca
ekstrim adalah padi rebah, dan dalam beberapa kasus rebah-terendam. Kerebahan
membentuk formasi dan pola spesifik tergantung arah dan kekuatan angin deraan.
Angin kencang disertai curah hujan memperparah tingkat kerebahan. Secara umum,
rebah mencapai 27.6% dari luas lahan yang diamati dan mengakibatkan kehilangan
hasil sebesar 11.89% pada areal terdampak. Berdasarkan pola rebahnya, tingkat
kerugian hasil dapat diduga menggunakan persamaan KH=2.65 DR0 + 4.68 DR1 +
5.50 DR2 + 7.27 DR 3 + 79.91 DR4 di mana KH= kerugian hasil akibat rebah (ton
ha-1), DR0= rebah 0–18o, DR1= rebah 19–37o, DR2= rebah 38–56o, DR3 rebah 57–
75o, dan DR4 rebah 76–90o. Selain penurunan produksi, khususnya rebah dan
terendam mengakibatkan penurunan kualitas beras. Rebah-terendam menyebabkan
penurunan rendemen 0.8810.66%, beras kepala 13.3815.78%, meningkatkan
beras patah 024.84% dan memacu gabah berkecambah 1.333.40% terhadap
rebah-tanpa-terendam. Tingkat kehilangan hasil dan penurunan kualitas tergantung
pada genotipe padi.
Mekanisme kehilangan hasil dan kualitas akibat deraan cuaca ekstrim
melibatkan proses fisiologis. Secara morfologi, rebah menyebabkan penurunan
tingkat kehijauan daun 7.99% dan jumlah stomata membuka 8.41%. Akibatnya
secara fisiologis, terjadi penurunan konduktansi stomata sebesar 20.00%,
penurunan transpirasi 18.00% dan fotosintesis 30.00%. Dari sisi biokimia, rebah
meningkatkan jenis senyawa biokimia pada batang padi lebih dari 48.00%, dan juga
komposisi biokimia. Senyawa yang sangat terpengaruh karena rebah adalah
golongan fatty acid, terpene, alkane, dan steroid. Namun demikain, ada perbedaan
mekanisme antar genotipe.
Proses adaptasi tanaman padi terhadap cuaca ekstrim di lapangan
melibatkan faktor yang lebih kompleks, tidak hanya aspek agronomi tetapi juga
kebijakan pemerintah dan perilaku petani. Kasus di Provinsi Lampung
menunjukkan adanya kehilangan hasil tahunan sebesar 1.03%, namun kerugian
tersebut dikompensasi oleh peningkatan produksi padi > 5%. Keberhasilan
menutupi kehilangan hasil tersebut ditopang kebijakan pemerintah memperluas
sawah, dan tersedianya tiga agroekologi sawah sehingga memungkinkan shifting
budidaya ke lahan rawa saat curah hujan rendah dan ke lahan semi teknis saat curah
hujan tinggi. Selain itu, petani juga sudah menggunakan varietas unggul, dan
memanfaatkan berbagai bantuan sarana produksi dari pemerintah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrim merupakan bentuk stress
abiotik yang dapat dikuantifikasi kehilangan hasilnya. Langkah adaptasi salah
satunya adalah menggunakan genotipe padi yang adaptif curah hujan tinggi dan
angin kencang. Mengingat kejadian cuaca ekstrim adalah lokal, spesifik dan
singkat, maka pada masa mendatang perlu penelitian lebih lanjut terkait rekayasa
lingkungan budidaya dalam rangka mengurangi kerentanan deraan cuara ekstrim. | id |