Evaluasi Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon Cablin Benth.) dengan Near Infrared Spectroscopy
View/Open
Date
2018Author
Reinoso, Diego Mauricio Cano
Sutrisno
Purwanto, Y Aris
Budiastra, I Wayan
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia adalah negara yang kaya akan spesies tanaman aromatik dengan
sekitar 40 jenis yang dihasilkan. Tanaman aromatik ini mudah ditanam, dikelola
dan dipanen, serta mudah diproses dan distribusi membuat mereka diminati oleh
petani kecil dan masyarakat pedesaan. Tanaman aromatik biasanya digunakan
sebagai minyak atsiri dalam parfum, obat-obatan, dan makanan, dimana industri
parfum merupakan salah satu konsumen terbesar. Sedangkan untuk makanan,
kebanyakan produsen umumnya membeli dan menggabungkannya dengan bahanbahan
lain untuk menciptakan produk turunan, seperti coklat, permen dan
minuman.
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) adalah tanaman keluarga Lamiaceae
yang terkenal dengan khasiat obat dan aromatiknya. Nilam dibudidayakan terutama
untuk minyak atsiri dan dalam bisnis internasional dan di negara-negara dengan
produksi parfum, Nilam yang berasal dari Indonesia memiliki kualitas terbaik.
Meski begitu, terlepas dari reputasinya dalam industri, minyak nilam mengalami
ketidakberesan karena sumber produknya. Biasanya situasi ini terkait dengan
masalah dalam pengolahan produk, sehingga perlu dikaji kualitasnya berhubungan
dengan komposisi minyak nilam.
Penentuan sifat kimiawi minyak aromatik umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode kimiawi yang bersifat destruktif, memakan waktu, dan biaya
tinggi. Oleh karena itu, metode alternatif untuk penentuan cepat diperlukan, dan
salah satunya menggunakan Near Infrared Spectroscopy (NIRS).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas minyak nilam
dengan NIRS, menentukan karakteristik spektra minyaknya dan
mengklasifikasikannya berdasarkan asal-usulnya, serta dan mengembangkan
model kalibrasi NIRS untuk memprediksi komposisi kimia utamanya. Dalam
penelitian ini dipilih 84 sampel minyak nilam dari tujuh tempat yang berbeda di
seluruh Indonesia; Konawe, Kolaka dan Masamba dari pulau Sulawesi, Bogor, dan
Garut dari Jawa Barat dan Aceh dan Jambi dari Sumatera. Secara total sekitar 50
ml per sampel diterima dan setiap menyelesai produksi.
Data spektral minyak nilam diolah dengan beberapa data pretreatment dan
kemudian Principal Component Analysis (PCA) dan Partial Least Square (PLS)
dilakukan. Análisis dengan diskriminan komponen utama dikembangkan untuk
mengklasifikasikan minyak nilam berdasarkan asalnya. PCA digunakan untuk
mengelompokkan berbagai jenis minyak nilam berdasarkan komponen utama data
spektra olahan. Analisis diskriminan hasil analisis kualitatif dengan PCA dibuat dan
diterapkan untuk klasifikasi tujuh jenis minyak nilam. Data masukan adalah hasil
PC1, PC2, dan PC3.
Dalam kasus PLS, spektrum transflektansi yang dihasilkan untuk korelasi
linier antara nilai serapan NIR dan data kimia digunakan. Data dipisahkan dalam
dua model berdasarkan sifat fisik dan kimia (Bogor, Garut, Konawe dan Kolaka ke
model pertama dan Aceh, Jambi dan Masamba kedua). Senyawa kimia utama
minyak nilam (Nilam Alkohol - C15H26O) diukur dengan spektrometri massa
kromatografi cair (LC-MS) sebagai metode referensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah mengevaluasi kualitas minyak
nilam dengan teknologi NIR. PCA diizinkan untuk mengklasifikasikan sampel
minyak berdasarkan asalnya denga memiliki akurasi tinggi menggunakan
spektroskopi NIR. Analisis diskriminan menunjukkan bahwa untuk spektrum, nilai
prediksi keseluruhan adalah yang tertinggi, denga nilai probabilitas klasifikasi
100% untuk semuanya.
Dalam kasus PLS, kalibrasi model untuk memprediksi komposisi kimia
utama dari minyak nilam telah dibuat. Kalibrasi terbaik untuk model pertama
adalah yang memiliki normalisasi rata-rata sebagai data pretreatment, dalam kasus
model kedua adalah yang memiliki perlakuan awal turunan pertama dan kedua.
Memang, hasil ini sangat terkait dengan sifat fisik dan kimia dari spektrum yang
ada pada setiap model. Secara numerik kedua model pada umumnya mendapat
koefisien korelasi tinggi r> 0,90 dan koefisien variasi CV rendah <2,98%, sangat
bisa digunakan untuk mengetahui komposisi kimia minyak nilam.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2332]