Model Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Pengembangan Agroindustri di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur
View/Open
Date
2018Author
Rosadi
Purwanto, Yanuar
Sutjahyo, Surjono
Pramudya, Bambang
Metadata
Show full item recordAbstract
Pembangunan merupakan memanfaatkan sumber daya alam dan
lingkungan dengan menggunakan teknologi yang relevan dan bertujuan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka dalam pembangunan lebih ditekankan untuk mengenali
sektor potensial yang perlu dikembangkan di suatu wilayah tersebut.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa
Barat. Produksi padi di Kabupaten Cianjur pada tahun 2015 mencapai 772 706
ton dengan produktivitas 5.77 ton/ha, dan menyumbang sebesar 7.12%
terhadap produksi padi Jawa Barat (BPS 2016). Potensi pengembangan
produksi padi di Kabupaten Cianjur sangat besar karena didukung dengan
sumber daya air dan lahan. Daerah irigasi yang ada di Kabupaten Cianjur
sebanyak 22 daerah irigasi dengan luas areal 23 685 ha (DPSDAP 2014).
Penggunaan lahan pada masing-masing Daerah Irigasi di Kabupaten Cianjur
hampir semuanya digunakan untuk pertanian. Menurut Dewi (2014), khusus
penggunaan lahan di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur sebesar 50.62%
pertanian. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Cianjur
seharusnya dikembangkan, tetapi berdasarkan pola ruang yang tertuang pada
RTRW Kabupaten Cianjur Tahun 2011 – 2031 Daerah irigasi Cihea akan
diprioritaskan menjadi kawasan industri. Hal tersebut akan berdampak pada
pengurangan lahan yang sebagian besar adalah lahan pertanian yang sudah
mempunyai jaringan irigasi teknis. Implikasinya akan menurunkan tingkat
kesejahteraan petani.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Cianjur belum
mengarah pada kebijakan pembangunan berdasarkan potensi sumberdaya yang
dimiliki, sehingga tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan
petani belum bisa tercapai. Pembangunan pertanian berbasis pengembangan
agroindustri dalam hal ini, merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam
pembangunan. Agroindustri merupakan kegiatan yang dapat menciptakan
kegiatan lain yang mempunyai nilai tambah. Pengembangan agroindustri
diharapkan menghasilkan berbagai produk, bahkan dari produk yang tidak
bernilai sama sekali menjadi suatu produk bernilai ekonomi tinggi.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama merancang model
pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis pengembangan agroindustri.
Metode yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ) dan
Differential Shift (DS) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan, analisis
multidimensional scaling (MDS) untuk melihat status keberlanjutan
pembangunan pertanian, analisis Interpretative Structural Modelling (ISM)
untuk menstrukturkan kelembagaan pembanguanan pertanian, dan untuk
membangun model pertanian berkelanjutan berbasis pengembanan agroindustri
menggunakan sistem dinamik.
Subsektor tanaman pangan merupakan basis pembangunan pertanian di
Daerah Irigasi Cihea dengan komoditas unggulan yaitu komoditas padi.
Apabila dilihat status keberlanjutan pembangunan pertanian berbasis
pengembangan agroindustri di Daerah Irigasi Cihea masuk pada katagori
kurang berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan sebesar 40.96.
Sedangkan faktor yang dapat meningkatkan tingkat keberlanjutan pada Daerah
Irigasi Cihea adalah alih fungsi lahan, penggunaan pupuk, pemanfaatan hasil
samping padi, penguasaan lahan sawah, mekanisme bagi hasil tanah garapan,
status kepemilikan lahan sawah, pola pengelolaan sawah, partisipasi anggota
keluarga, frekuensi pelatihan, ketersediaan industri pengolahan, peran
kelompok tani, dan kesesuaian bantuan pemerintah. Tujuan pengembangan
agroindustri adalah meningkatnya pendapatan petani dan terbentuknya
kelompok usaha bersama. Untuk terciptanya tujuan pengembangan
agroindustri tersebut dibutuhkan pelaku yang mempunyai daya gerak yang
besar yang dapat mendorong pelaku-pelaku yang lainnya ikut terlibat dalam
pengembangan agroindustri, yaitu: petani, kelompok usaha bersama, dan
pemerintah desa. Sedangkan kendala dalam pengembangan agroindustri yaitu
masih lemahnya kelembagaan usaha bersama dan kepemilikan lahan sawah
yang sempit. Agar pengembangan agroindustri berjalan, kebutuhan yang
diperlukan yaitu pendampingan usaha bersama dan adanya jaminan pasar
terhadap produk yang dihasilkan agroindustri. Perubahan yang dimungkinkan
supaya pengembangan agroindustri berhasil adalah perubahan keterampilan
petani.
Hasil simulasi sistem dinamik model pengembangan agroindustri
berbasis pertanian padi menunjukkan bahwa sawah akan dikonversi menjadi
jumlah yang relatif kecil yaitu 1.19%. Pembangunan pertanian berkelanjutan
berbasis pengembangan agroindustri akan memberikan nilai tambah bagi
petani sebesar 2 kali lipat dari pendapatan petani sebelumnya. Bertambahnya
pendapatan petani diharapkan dapat mengurangi keinginan petani untuk
menjual lahan sawahnya sehingga dapat mengurangi lahan sawah yang
terkonversi.