Teknologi Pemantauan Perairan Waktu Berseri Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Karang
View/ Open
Date
2018Author
Chandra, Handy
Simbolon, Domu
Wiryawan, Budy
Iskandar, Budhi Hascaryo
Taurusman, Am Azbas
Metadata
Show full item recordAbstract
Perairan pesisir yang memiliki ekosistem terumbu karang yang baik dapat
menyumbang panen ikan maksimum 44 ton setiap kilometer persegi dalam satu
tahun (Sale 2002). Namun demikian, menurut Russ (1991) jumlah tangkapan ikan
yang berkelanjutan adalah sebanyak 10-20 ton km-2 th-1. Agar penangkapan ikan
demersal bisa berkelanjutan, perlu dikelola antara aktivitas eksploitasi dan
konservasi. Aktivitas eksploitasi sumber daya di kawasan pesisir antara lain:
penangkapan ikan, budidaya perikanan laut, pelabuhan umum, pelabuhan
perikanan, wisata bahari, penambangan pasir laut, galangan kapal, transportasi,
pipa minyak/gas, kabel serat kaca (fibre optic), dan infrastruktur properti. Pada
sisi konservasi, hal yang jadi pertimbangan antara lain area pengasuhan (nursery
ground) bagi biota perairan, keunikan kawasan/biota, kekhususan wilayah pada
tahapan hidup (contoh: kura-kura), kawasan yang rentan dan lambat pulih
(terumbu karang dan padang lamun), diversitas biologi, dan kondisi alam spesifik
(Ehler dan Douvere 2010; Shucksmith dan Kelly 2014).
Sebagai kawasan Taman Nasional (Keputusan Menteri Kehutanan
No.7651/ Kpts-II/ 2002) dan juga menjadi kabupaten baru (Undang–Undang
Nomor 29 tahun 2003), Wakatobi telah mengalami tekanan antropogenik dan
terancam keberlanjutan aktivitas perikanan karangnya. Untuk itu perlu dilakukan
pengukuran kondisi perairannya terkait dengan aspek perikanan karang dan
dampak dari berdirinya kabupaten baru. Pengelolaan perikanan dan ekosistem
terumbu karang berdasarkan pengukuran data kuantitatif dan waktu berseri dapat
menghasilkan berkelanjutan. Pengukuran kuantitatif parameter fisika-kimia sangat
membantu pengelolaan perikanan karena memiliki satuan, standar (nasional dan
internasional) dan mudah dipahami (Elliott 2011).
Penelitian ini bertujuan: (1) Merekayasa alat untuk melakukan pengukuran
parameter perairan secara waktu berseri (time series). (2) Menentukan parameterparameter
fisika-kimia dan pengukuran dinamika perairan pesisir dalam aspek
perikanan karang (demersal) di pulau Wangi-wangi, Wakatobi. (3) Menentukan
risiko pada sumber daya perikanan dan ekosistem terumbu karang berdasarkan
hasil pengukuran. (4) Menentukan zonasi khusus perairan pesisir untuk aktivitas
perikanan berkelanjutan.
Perkayasaan alat buoy (pelampung) dengan sistem telemetri bekerja
dengan baik. Data terukur secara waktu berseri setiap 1 jam. Sistem ini
menggunakan beberapa sensor untuk mengamati suhu, DO, pH dan salinitas.
Ukuran buoy memiliki karakteristik yaitu: daya apung 47 kg, diameter 55 cm,
tinggi 21 cm, sarat 13 cm dan koefisien blok 0,78. Instalasi peralatan buoy pada
kedalaman perairan 30 m, dengan titik pengukuran sensor pada kedalaman 5 m
(suhu dan DO), kedalaman 25 m (suhu, DO, pH dan salinitas).
Telah berhasil diperoleh data waktu berseri untuk parameter suhu, DO, pH
dan salinitas di kedalaman 5 m dan 25 m selama 5 bulan. Data waktu berseri
terbukti memberikan makna yang sangat penting. Berdasarkan hasil pengukuran
menunjukkan dinamika perairan dapat terbaca dan juga menunjukkan nilai yang
berbeda saat musim angin timur dan angin barat. Suhu lebih tinggi saat musim
angin barat, namun kandungan oksigen lebih rendah. Suhu rerata lebih tinggi 30C
(di kedua kedalaman). Kandungan oksigen lebih rendah 2,5 mg L-1 pada
kedalaman 5 m dan lebih rendah 6,5 mg L-1 pada kedalaman 25 m. Perbedaan
salinitas (hanya di kedalaman 25 m) dari pengukuran awal dan akhir sebesar 3,6
ppt, dimana terjadi penurunan dari rerata 33,2 ppt di bulan September menjadi
29,6 ppt di bulan Desember. Nilai pH cuma berbeda 0,1 lebih tinggi diakhir
pengukuran.
Risiko pada perikanan demersal dalam jangka panjang adalah turunnya
hasil tangkapan jika kondisi hipoksia berlangsung terus menerus (hipoksia akut).
Rekomendasi pengelolaan ekosistem terumbu karang adalah meminimalisasi
faktor antropogenik atau eksogenik yang tidak terkendali/terkontrol dengan cara
membuat zona konservasi, sehingga potensi kondisi hipoksia akut bisa dihindari.
Ikan-ikan akan menunjukkan mortalitas pada konsentrasi oksigen 1 sampai 2 mg
L-1. Gray et al. (2002) menginformasikan bahwa hanya jenis ikan Mudskipper
(Oxudercinae, famili: Goby) yang tidak terpengaruh sampai kadar oksigen 0,5 mg
L-1. Pada kandungan oksigen 3 mg L-1 menyebabkan mortalitas akut pada
kebanyakan ikan-ikan non-salmonoid. Penurunan pertumbuhan akan terjadi pada
kerang-kerangan (Ostrideae) spesies Crassostrea virginica dan Mytilus edulis
pada kandungan oksigen antar 1,5 sampai dengan 0,6 mg L-1.
Perencanaan zonasi khusus berkelanjutan untuk pulau Wangi-wangi
terbagi atas tiga bagian utama: zona konservasi, pemanfaatan umum dan
pemanfaatan tradisional. Zona konservasi di bagian utara dan timur. Zona
pemanfaatan tradisional di selatan, dan zona pemanfaatan umum di bagian barat.
Pada saat musim angin barat, saat kualitas air menurun (level kualitas pelabuhan),
dapat dilakukan moratorium wisata pada pantai pesisir di kawasan konservasi.
Konsep pengelolaan kawasan perairan pesisir berbasis teknologi
pemantauan waktu berseri sebagai prospek kedepan, merupakan peluang baru dan
dapat diusulkan menjadi suatu aturan hukum seperti tertuang dalam UU No.1
tahun 2014 dan Permen KP No. 16 tahun 2008. Tambahan cara pengukuran yang
dapat dimasukkan dalam teknik survei lapangan (observasi, pengambilan sampel,
pengukuran, wawancara, penyebaran kuesioner, dan diskusi grup khusus (FGD))
untuk rencana zonasi (RZ-WP3K) dan rencana pengelolaan (RP-WP3K) adalah
teknologi pengukuran waktu berseri menggunakan buoy yang mana berdasarkan
penelitian ini terbukti bermanfaat. Menilik waktu berlakunya RZ-WP3K selama
25 tahun dan 5 tahun buat RP-WP3K, maka usulan/rekomendasi pengelolaan zona
perairan pesisir berbasis teknologi adalah realistis (dari segi biaya dan penguasaan
teknologi) dan logis (dari hasil yang dapat dimanfaatkan), serta memberikan
kemampuan resiliensi ekosistem terumbu karang dari aspek pengelolaannya.
Collections
- DT - Fisheries [715]