Kajian Lesio Aterosklerosis Arteri Perifer Kaitannya dengan Faktor Risiko pada Hewan Model Macaca fascicularis yang Diberi Diet Aterogenik IPB-1.
View/Open
Date
2018Author
Laila, Sri Rahmatul
Sajuthi, Dondin
Astuti, Dewi Apri
Suparto, Irma H
Handharyani, Ekowati
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit kardiovaskular masih merupakan penyebab kematian tertinggi di
sebagian besar negara di dunia. Penyakit ini terutama dilatarbelakangi kondisi
aterosklerosis yang progresif. Penelitian-penelitian untuk pengobatan dan
pencegahan aterosklerosis perlu didukung ketersediaan hewan model. Pembuatan
hewan model aterosklerosis membutuhkan induksi agar terbentuk lesio di arteri,
yang biasanya berkaitan dengan induksi faktor risiko aterosklerosis. Induksi
kondisi aterosklerosis dengan diet aterogenik pada hewan model satwa primata
yang telah dikembangkan di Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor
(PSSP IPB). Diet ini diformulasikan khusus dari bahan-bahan lokal untuk
menginduksi faktor risiko aterosklerosis pada Macaca fascicularis atau monyet
ekor panjang (MEP). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi diet
aterogenik IPB-1 dalam menginduksi faktor risiko dan lesio di arteri perifer pada
pembuatan hewan model MEP aterosklerosis.
Penelitian ini menggunakan 20 MEP hasil penangkaran di PSSP IPB.
Penelitian dilakukan dengan empat tahapan, terdiri atas: (1) pengamatan faktor
risiko yang muncul akibat perlakuan diet aterogenik IPB-1 pada hewan model
MEP, (2) pendeteksian lesio aterosklerosis pada arteri perifer di leher (arteri
karotis) dengan metode ultrasonografi (USG) (non-invasif), (3) analisis lesio
aterosklerosis yang muncul pada arteri perifer leher (arteri karotis) dan arteri
perifer kaki bagian atas (arteri iliaka) secara mikroskopis, dan (4) analisis korelasi
antara faktor risiko aterosklerosis dengan lesio yang muncul pada arteri perifer,
baik berdasarkan pengamatan USG maupun pengamatan mikroskopis. Tahapan
ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi perubahan metabolik dan morfometri
arteri perifer hasil induksi diet aterogenik IPB-1 sebagai rangkaian proses dalam
pembuatan hewan model aterosklerosis.
Pengamatan faktor risiko akibat diet aterogenik IPB-1 menunjukkan bahwa
diet aterogenik IPB-1 menimbulkan dislipidemia pada 80% MEP ditandai dengan
peningkatan total plasma kolesterol (TPK) dan low density lipoprotein (LDL)
serta penurunan high density lipoprotein (HDL). Sebanyak 20% menunjukkan
profil lipid darah yang normal. Berdasarkan nilai TPK, MEP dibagi ke dalam tiga
kelompok yaitu hipo-responsif, intermediet-responsif, dan hiper-responsif. Diet
ini diketahui tidak menimbulkan hiperglikemia maupun obesitas setelah 2 tahun
pemberian. Pengamatan lesio aterosklerosis dengan USG menunjukkan adanya
peningkatan ketebalan lapisan intima-media arteri karotis (common carotid /CC
dan bifurcation/BIF) dalam 8 bulan perlakuan. Plak aterosklerosis pada arteri
karotis diidentifikasi pada ketebalan minimal intima-media 0.3 mm dengan
disertai perubahan menjadi hiperekoik. Ketebalan intima-media dan pembentukan
plak di arteri karotis pada penelitian ini meningkat seiring dengan meningkatnya
respon terhadap kolesterol. Pengamatan USG arteri karotis MEP menunjukkan
plak aterosklerosis lebih tinggi pada percabangan atau BIF dibandingkan dengan
common carotid (CC).
Lesio aterosklerosis secara mikroskopis menunjukkan bahwa plak
aterosklerosis pada arteri karotis dan iliaka hanya terbentuk pada kelompok
intermediet- dan hiper-responsif, tidak pada kelompok hipo-responsif. Pada arteri
karotis, lesio aterosklerosis paling tinggi mencapai lesio tingkat V, sedangkan di
arteri iliaka lesio maksimum mencapai lesio tingkat VI. Serabut elastik pada
dinding arteri di bagian lesio mengalami degradasi dan digantikan jaringan ikat
dan otot polos, sehingga kemampuan kontraksi dan relaksasi arteri akan berkurang.
Sel-sel busa dan sel-sel otot polos mengalami nekrosis sampai pembentukan
kalsifikasi yang meningkatkan potensi kerapuhan jaringan arteri. Lesio yang
bersifat eksentris memiliki ketebalan intima yang besar. Di sisi lain, lesio yang
difus akan memiliki ketebalan intima tidak terlalu besar tetapi area lesio yang
cukup luas. Area lesio aterosklerosis pada arteri iliaka dan karotis pada penelitian
ini meningkat seiring dengan meningkatnya respon terhadap kolesterol.
Makrofag adalah salah satu sel yang berperan dalam pembentukan lesio
aterosklerosis. Marka penanda makrofag yang diamati pada penelitian ini adalah
cluster of differentiation 68 (CD68). Arteri common carotid monyet kelompok
hipo-responsif sangat sedikit mengandung CD68, hanya berkisar 1%, sedangkan
pada bifurcation dapat mencapai 10%. Persentase CD68 pada arteri karotis
kelompok intermediet-responsif dan hiper-responsif berkisar 10-60%. Semakin
banyak sel makrofag yang ada pada arteri, semakin parah lesio aterosklerosis yang
terbentuk.
Faktor risiko TPK, LDL, dan rasio TPK/HDL berkorelasi kuat dengan
pembentukan lesio aterosklerosis pada MEP yang diberi diet aterogenik IPB-1.
Ketebalan intima-media pada pengamatan ultrasonografi arteri karotis berasosiasi
signifikan pada parameter ketebalan maksimum intima, namun tidak pada luasan
area lesio. Rangkaian hasil penelitian ini menunjukkan diet aterogenik IPB-1
mampu menginduksi perubahan metabolik berupa dislipidemia dan meningkatkan
lesio plak aterosklerosis pada arteri perifer MEP kelompok hiper-responsif dan
intermediet-responsif sebagai hewan model aterosklerosis. Selain itu,
ultrasonografi arteri karotis dapat digunakan sebagai metode deteksi lesio
aterosklerosis pada hewan model monyet ekor panjang. Selanjutnya, lesio
aterosklerosis yang terbentuk pada arteri karotis dan iliaka MEP akibat pemberian
diet aterogenik IPB-1 bertambah parah seiring dengan meningkatnya respon
terhadap kolesterol.