View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Multidiciplinary Program
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Multidiciplinary Program
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Strategi Pengembangan Usaha Padi Organik Bersertifikat (UPOB) Berkelanjutan di Kabupaten Tasikmalaya

      No Thumbnail [100%x80]
      View/Open
      Fulltext (37.88Mb)
      Date
      2018
      Author
      Aminah, Mimin
      Hubeis, Musa
      Widiatmaka
      Wijayanto, Hari
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Usaha padi organik bersertifikat (UPOB) di Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kegiatan yang dinilai fundamental untuk dikembangkan pertanian ramah lingkungan yang menguntungkan, karena mampu menghasilkan beras bebas kimia yang dapat diekspor. Meskipun UPOB berjalan bertahan cukup lama, dimana ekspor dimulai sejak tahun 2009, tetapi perkembangan usaha tersebut menghadapi beberapa kendala, yang mengancam keberlanjutannya. Petani anggota kelompok tani (Poktan) padi organik bersertifikat banyak yang keluar dari keanggotaannya, sehingga luas tanam maupun jumlah petani anggota mengalami penurunan tajam dari tahun ke tahun. Pada periode 2009-2013, luas tanam padi organik bersertifikat menurun dari 299.5 menjadi 106.4 hektar. Tujuan utama penelitian ini secara umum untuk membangun strategi UPOB keberlanjutan di Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan utama tersebut dapat diperoleh melalui beberapa tujuan berikut, yaitu: (1) mengetahui kondisi eksisting UPOB; (2) mengidentifikasi status keberlanjutan dan faktor pengungkit UPOB; (3) mendesain alternatif strategi serta prioritas strategi pengembangan UPOB berkelanjutan; dan (4) menganalisis kendala dalam penerapan strategi terpilih. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya, karena kabupaten ini sejak tahun 2003 sampai saat ini secara konsisten mengembangkan padi organik dan dikenal sebagai pelopor di Indonesia. Secara keseluruhan, penelitian dilakukan selama 12 bulan, pada bulan Agustus 2014-Juli 2015. Wawancara dilakukan pada 40 petani organik bersertifikat dan 20 petani konvensional, serta wawancara terhadap sepuluh kelompok pakar, yaitu dua orang di Dinas Pertanian Tanaman Pangan, satu orang di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), empat orang di Balai Penyuluh Pertanian, empat orang ketua kelompok tani, empat orang di penggilingan, dua orang di Gapoktan Simpatik, dua orang penyedia input, dua orang pedagang, satu orang di supermarket dan dua orang pemerhati organik. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah: (1) Analisis deskriptif untuk melihat kondisi eksisting dan tahapan pengembangan padi organik; (2) Multidimensional scaling (MDS); (3) SWOT dan ANP untuk memperoleh alternatif strategi dan strategi prioritas; dan (4) ISM untuk menstrukturkan kendala pelaksanaan strategi prioritas. Dalam pengembangan padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dibagi menjadi dua tahap pengembangan, yaitu periode 2003-2007 sebagai tahap perkenalan dan penumbuhan kesadaran masyarakat dan periode 2008-sekarang sebagai tahap pengembangan kawasan organik bersertifikat dan perluasan pasar. Hasil penghitungan indeks keberlanjutan memperlihatkan secara keseluruhan UPOB kurang berlanjut, dengan indeks keberlanjutan 47.08. Dilihat dari masingmasing dimensi, hanya dimensi ekologi tergolong cukup berlanjut sedangkan dimensi ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan dan kebijakan tergolong kurang berlanjut. Faktor pengungkit dimensi ekologi meliputi perkembangan populasi sapi dan hamparan bebas kimia. Faktor pengungkit dimensi ekonomi meliputi rasio harga gabah organik bersertifikat terhadap gabah konvensional, memenuhi permintaan pasar dan modal usaha Gapoktan. Faktor pengungkit dimensi sosial meliputi kekompakan petani dalam usahatani dan penjualan gabah dan luas dan status penguasaan lahan. Faktor pengungkit dimensi teknologi meliputi pemenuhan standar sertifikasi dan teknologi pasca panen. Faktor pengungkit dimensi kelembagaan dan kebijakan meliputi dukungan Poktan, kebijakan pasar dan kebijakan subsidi input. Secara keseluruhan dihasilkan 16 alternatif strategi yang dapat ditempuh/dikembangkan berdasarkan pencocokan yang didasarkan pada analisis SWOT. Berdasarkan kesepakatan, pemilihan strategi alternatif yang akan diprioritaskan adalah strategi fungsional yang dapat mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Alternatif strategi tersebut meliputi pengembangan penyediaan sarana produksi (ternak/industri pupuk organik untuk meningkatkan kekompakan/partisipasi, peningkatan kemampuan kerjasama pemupukan modal, meningkatkan SDM pengelola petani transisi dan petani sertifikat pihak ketiga, dan pengembangan kerjasama rantai pasok untuk memasok pasar khusus. Penghitungan prioritas strategi didasarkan pada lima kluster, yaitu kluster tujuan, kluster tujuan pasar, kluster aktor, kluster faktor pengungkit keberlanjutan, dan kluster strategi. Hasil penghitungan dengan ANP diperoleh kluster tujuan pasar (dua prioritas utama) terdiri dari pasar dalam negeri dengan sertifikasi PBK dan pasar luar negeri dengan sertifikasi pihak ketiga. Kluster aktor terdiri dari prioritas ketua kelompok dan pembeli khusus. Kluster faktor pengungkit keberlanjutan terdiri dari prioritas rasio harga gabah dan dukungan pedagang. Kemudian kluster strategi adalah prioritas kerjasama rantai pasok, yaitu kerjasama di bidang pemasaran untuk memenuhi permintaan pasar khusus. Penyelesaian terhadap kendala dalam penerapan strategi diperlukan. Melalui penggunaan interpretive structural modeling (ISM) diperoleh hasil bahwa strategi peningkatan dukungan rantai pasok memiliki kendala pengendali (driver) terdiri dari “Kurangnya dukungan pemerintah”, “Kurangnya dukungan kelembagaan”, dan “Ketidakpastian pasar”. Sementara itu hasil penstrukturan kendala, “Ketidakpastian pasar” dan “Kurangnya dukungan pemerintah” merupakan kendala utama untuk melakukan penyelesaian masalah kendala lainnya. Gapoktan Simpatik dalam rangka meningkatkan keberlanjutannya disarankan perlahan-lahan membangun pangsa pasar lokal dengan sertifikasi penjaminan berbasis kelompok. Pasar dalam negeri perlu dukungan pemerintah untuk pembukaan pasar khusus. Subsidi input ataupun kluster pendukung input yang dikelola anggota perlu dibangun agar kualitas dan produktivitas lahan petani meningkat. Untuk meningkatkan efisiensi, pengembangan melalui industrialisasi merupakan alternatif baik.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92492
      Collections
      • DT - Multidiciplinary Program [776]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      NoThumbnail