Analisis Bahaya Kerusakan Fungsi DAS Cimanuk Hulu dan Arahan Mitigasinya.
View/Open
Date
2018Author
Susanti, Dwi Rahayu
Tjahjono, Boedi
Hidayat, Yayat
Metadata
Show full item recordAbstract
Sub-DAS Cimanuk Hulu memiliki fungsi sebagai sumber mata air untuk DAS
Cimanuk. Oleh karena itu penerapan konservasi tanah dan air perlu dipertahankan
dengan baik, supaya cadangan air tetap stabil sepanjang tahun. Seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan hidup, Sub-DAS Cimanuk Hulu telah
banyak mengalami perubahan penggunaan lahan. Selain itu banjir bandang beberapa
kali telah terjadi di Sub-DAS ini, yaitu di tahun 2011 dan 2014, dan yang terakhir dan
terbesar terjadi pada tanggal 20 September 2016, yang banyak membawa korban di
kota Garut. Berkaitan dengan hal tersebut kajian mengenai daya dukung untuk
pengaturan tata air sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat kerusakan fungsi di
Sub-DAS Cimanuk Hulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai daya dukung
untuk pengaturan tata air dan penyediaan pangan, menilai bahaya kerusakan fungsi
Sub-DAS Cimanuk Hulu, dan mengarahkan rekomendasi mitigasinya.
Metode penelitian yang digunakan adalah teknik tumpang-tindih (overlay) dari
sistem informasi geografis dan Analytical Hierarchy process (AHP). Metode yang
terakhir digunakan untuk menentukan bobot dan skor parameter dan sub-parameter
yang dipakai untuk menilai daya dukung. Parameter yang digunakan dalam penelitian
ini adalah bentuklahan (faset lahan) dan penggunaan lahan. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan bentanglahan (landscape approach), dimana sub-faset
lahan digunakan sebagai satuan analisis dan satuan pemetaan (mapping unit). Dalam
penelitian ini daya dukung dinilai berdasarkan pada nilai jasa ekosistem dimana
nilainya diperoleh dari responden, yaitu dari para ahli (expert) melalui kuesioner untuk
AHP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk daya dukung penyediaan pangan
parameter yang paling berpengaruh melalui bobotnya adalah faset lahan (53),
kemudian penggunaan lahan (47). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa daya
dukung untuk penyediaan pangan mempunyai kecenderungan yang selalu
meningkat luasannya untuk kelas tinggi, yaitu dari periode tahun 1995-2005
mengalami peningkatan luasan sebesar 21%, dan periode tahun 2005-2015
mengalami peningkatan luas sebesar 18%. Sementara itu daya dukung untuk kelas
sedang mengalami peningkatan baik pada periode tahun 1995-2005 maupun
periode 2005-2015, yakni masing-masing sebesar 30% dan 32%. Untuk daya
dukung kelas rendah mengalami penurunan baik dari periode tahun 1995-2005
maupun periode 2005-2015, yaitu masing-masing sebesar 23% dan 37%. Adapun
untuk daya dukung pengaturan tata air, parameter yang paling berpengaruh melalui
bobotnya adalah penggunaan lahan (62) dan kemudian faset lahan (38). Dari hasil
analisis menunjukkan bahwa pola daya dukung untuk pengaturan tata air di daerah
penelitian untuk masing-masing kelas mengalami perubahan yang berbeda-beda.
Daya dukung kelas tinggi untuk pengaturan tata air mengalami penurunan baik
pada periode tahun 1995-2005 maupun di periode 2005-2015 masing-masing
sebesar 28% dan 17%. Untuk daya dukung kelas sedang mengalami perubahan
yang berbeda untuk periode tahun 1995-2005 dan periode 2005-2015, dimana dari
periode tahun 1995-2005 mengalami peningkatan yakni sebesar 21%, sementara
itu untuk periode tahun 2005-2015 mengalami peningkatan lagi sebesar 0.03%.
Daya dukung kelas rendah mengalami peningkatan baik untuk periode tahun
1995-2005 maupun periode 2005-2015 yaitu masing-masing sebesar 38 % dan
17%. Berdasarkan pada hasil penelitain tersebut terlihat bahwa luasan area daya
dukung untuk penyediaan pangan mengalami peningkatan seiring dengan waktu,
sedangkan untuk pengaturan tata air mengalami penurunan. Hal ini tentunya
mengindikasikan bahwa Sub-DAS Cimanuk Hulu yang berfungsi sebagai daerah
konservasi tanah dan air telah mengalami penurunan fungsi yang diakibatkan oleh
perubahan penggunaan lahan. Bahaya kerusakan fungsi Sub-DAS ini harus segera
dipulihkan agar tidak terjadi bencana yang lebih besar di waktu yang akan datang.
Rekomendasi mitigasi yang disarankan adalah tindakan reboisasi untuk wilayah
kawasan hutan, sedangkan untuk wilayah budi daya (APL) di terapkan sistem pertanian
agroforestry untuk mengganti lahan-lahan tegalan. Melalui rekomendasi ini luas hutan
meningkat menjadi 29% dari luas total daerah penelitian dan luas area yang
mempunyai daya dukung kelas tinggi untuk pengaturan tata air meningkat menjadi
50% dari luas total daerah penelitian yang semula hanya 30%.
Collections
- MT - Agriculture [3859]