Ciri-ciri Telur Entok Lokal (Cairina moschata) yang Berhasil Menetas Melalui Penetasan Alami dan Artifisial
View/ Open
Date
2018Author
Lase, Jonathan Anugrah
Rukmiasih
Fakhrudin, Mokh
Hardjosworo, Peni Soeprapti
Metadata
Show full item recordAbstract
Entok (Cairina moschata) adalah jenis unggas lokal yang berasal dari Amerika selatan. Entok dikenal sebagai penghasil daging yang baik dan penetas alami yang baik. Pada umumnya di kalangan peternak tradisional Indonesia entok dimanfaatkan sebagai penetas telur ayam dan itik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ciri telur tetas entok yang berhasil menetas pada penetasan alami dierami oleh induk entok dan penetasan artifisial (mesin). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif pada penelitian tahap pertama (penetasan alami) dan rancangan acak kelompok (RAK) pada penelitian tahap kedua (penetasan artifisial) dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan pada penetasan artifisial adalah pencucian telur dengan menggunakan larutan hipoklorit (HP) dan pencucian dengan air hangat 40 ºC (AH).
Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap, yaitu penelitian tahap pertama penetasan alami, dilanjutkan dengan penelitian tahap kedua penetasan artifisial. Peubah yang diamati adalah indeks bentuk telur, perubahan penampilan kerabang, susut bobot telur, suhu kerabang, daya tetas dan perkembangan ukuran embrio entok. Data yang diperoleh pada penetasan alami dianalisis secara deskriptif sedangkan data pada penetasan artifisial dianalisis dengan RAK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penetasan alami indeks bentuk telur yang berhasil menetas sebesar 73.6%, selama penetasan terjadi perubahan penampilan kebersihan kerabang, penyusutan bobot telur sebesar 9.6%, selama penetasan alami suhu kerabang berkisar dari 36.80-37.80 ºC, pada penetasan alami didapatkan daya tetas sebesar 86%. Pada penetasan artifisial (HP dan AH) didapatkan indeks bentuk telur yang berhasil menetas sebesar 74.05% dan 74.10%, kerabang telur pada penetasan artifisial semua bersih karena kerabang dibersihkan dengan pencucian hipoklorit (HP) dan air hangat 40 ºC (AH), suhu telur pada penetasan artifisial berkisar 37.62-38.05 ºC, penyusutan bobot telur dengan pencucian hipoklorit (HP) dan air hangat 40 ºC (AH) berturut-turut sebesar 8.72% dan 8.81%. Daya tetas pada penetasan artifisal dengan pencucian hipoklorit dan air hangat 40 ºC berturut-turut sebesar 57% dan 45%. Kesimpulan penelitian ini adalah daya tetas pada penetasan artifisial lebih rendah daripada penetasan alami. Penetasan telur entok secara artifisial agar mencapai daya tetas yang tinggi disarankan untuk mengikuti suhu lingkungan pada penetasan alami.
Collections
- MT - Animal Science [1210]