Fenomena Marak Alga Berpotensi HABs dan Keterkaitan dengan Karakteristik Oseanografi dan Iklim di Perairan Teluk Jakarta.
View/Open
Date
2018Author
Sidabutar, Tumpak
Bengen, Geoffrey Dietriech
Partono, Tri
Wouthuyzen, Sam
Metadata
Show full item recordAbstract
Marak alga atau Harmful algal bloom (HABs) merupakan fenomena alam
dimana satu atau beberapa spesies fitoplankton berkembang sangat pesat mencapai
kepadatan yang tinggi jauh melampaui kepadatan yang normal dan dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan warna di permukaan perairan yang dihasilkan
oleh jenis-jenis fitoplankton yang predominan saat itu. Kejadian HABs dewasa ini
semakin meningkat frekuensi dan distribusinya di perairan Teluk Jakarta.
Fenomena HABs ini telah menimbulkan banyak permasalahan yang menyebabkan
sering terjadi kematian ikan secara massal dan biota hidup lainnya, kerugian
industri perikanan dan masyarakat nelayan, penurunan nilai estetika perairan yang
berdampak pada aktivitas parawisata bahari bahkan dikhawatirkan dapat
mengakibatkan keracunan bagi manusia yang mengkonsumsi ikan dan molluska
yang di panen dari perairan ini.
Di perairan Teluk Jakarta fenomena HABs ini cenderung terjadi pertama,
setelah memasuki musim timur atau setelah musim hujan dan kedua pada musim
peralihan ke musim barat. Dalam kaitan dengan fenomena ini, penelitian telah
dilakukan dari tahun 2008 hingga 2015 untuk mempelajari pemicu fenomena HABs
dan spesies penyebabnya (causative species) dan keterkaitannya dengan
karakteristik osenografi dan faktor iklim. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk
mempelajari jenis-jenis fitoplankton berpotensi HABs yang tergolong toxic,
harmful ataupun harmless. Dengan diketahuinya jenis yang potential dan faktor
pemicunya di perairan ini diharapkan sistem peringatan dini HABs di perairan ini
dapat dilakukan dengan baik.
Koleksi sampel fitoplankton dilakukan dengan net plankton bentuk kerucut
berukuran 20 μm yang diaplikasikan secara vertikal. Analisa nutrien dengan
spektrofotometer, serta pengukuran parameter oseanografi dilakukan menggunakan
CTD dan current meter. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena HABs
di Teluk Jakarta memiliki keterkaitan yang erat dengan eutrofikasi atau pengkayaan
nutrien (over enrichment) di perairan terutama kadar fosfat dan nitrat. Dalam hal
ini nitrat sebagai faktor pemicu pertumbuhan fitoplankton dan fosfat sebagai
pembatas dalam pertumbuhan populasi fitoplankton di Teluk Jakarta. Kadar
nutrien nitrat dan fosfat yang dibutuhkan bersifat komplementer, dimana tingginya
kadar nitrat yang diperlukan harus diikuti dengan kadar fosfat dalam jumlah yang
proporsional. Sedang silikat bersifat suplemen dimana kadarnya di perairan
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif tinggi sehingga diatom akan bertumbuh dan
dapat memanfaatkan nitrogen yang kadarnya tinggi. Variabilitas kelimpahan HABs
di perairan Teluk Jakarta sangat berkaitan dengan perubahan rasio nitrat, fosfat dan
silikat. Kelimpahan fitoplankton cenderung meningkat bila rasio N/P meningkat
dengan kata lain nitratlah sebagai pemicu pertumbuhan (triggering factor) dan
fosfat sebagai faktor pembatas (limiting factor) pertumbuhan fitoplankton. Kisaran
rasio N/P di perairan Teluk Jakarta pada musim timur berkisar antar 0.2 – 45.5.
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pertumbuhan
populasi fitoplankton di Teluk Jakarta adalah rasio nutrien terutama nitrat dan fosfat.
Populasi fitoplankton cenderung bertumbuh lebih cepat bila rasio N/P lebih besar
dari 16 yang berarti N sebagai pemicu dan P sebagai pembatas.
Dari penelitian ini berhasil diidentifikasi beberapa jenis fitoplankton yang
berpotensi HABs pada musim timur, dan yang sering mengakibatkan bencana
akuatik kematian masal ikan dan biota hidup lainnya selama ini. Di perairan ini
kelompok diatom selalu mendominasi komunitas fitoplankton jauh melampaui
populasi dinoflagellata. Diatom merupakan kelompok yang paling berpotensi
mengakibatkan fenomena HABs atau marak alga di perairan ini. Jenis-jenis
fitoplankton HABs yang berpotensi harmful dan bloom maker di perairan Teluk
Jakarta adalah Skeletonema, Chaetoceros dan Thalassiosira. Beberapa jenis lain
yang berpotensi harmful di perairan ini antara lain adalah Navicula, Thalassiotrix,
Nitschia, Leptocylindrus, Asterionella, Ceratium dan Bacteriastrum. Beberapa
jenis yang berpotensi toxic di perairan ini diantaranya adalah Alexandrium,
Gymnodinium, Dinophysis dan Scriepsiella. Kelompok dinoflagelata ini pada
umumnya dapat menghasilkan toxin sebagai produk metabolisme sekunder.
Kondisi fisika-kimia oseanografi yang berperan menonjol dalam terjadinya
fenomena algal bloom adalah kadar nutrient (fosfat, nitrat dan silikat) serta pola
arus pada saat kejadian. Nutrien berperan dalam memicu pertumbuhan sedang pola
arus berperan dalam akumulasi dan distribusi populasi fitoplankton. Fenomena
HABs di perairan Teluk Jakarta ini dapat terjadi jika perairan dalam kondisi
eutrofikasi (kaya nutrien terutama fosfat dan nitrat). Walaupun demikian, tidak
selamanya kejadian fenomena HABs akan mengakibatkan bencana akuatik seperti
kematian ikan secara massal di perairan tersebut. Faktor kondisi yang dapat
memicu kematian massal ikan di perairan ini adalah secara bersama-sama jika
perairan berada dalam kondisi eutrofikasi sehingga terjadi algal bloom (marak alga)
dan kondisi pasang terendah pada saat itu berlangsung lama, kondisi perairan cukup
tenang (no mixing) sehingga terbentuk stratifikasi di perairan. Keadaan ini akan
mengakibatkan perairan berada pada kondisi hypoxia (kadar O2<2 ppm) dan
selanjutnya akan terbentuk zona mematikan bersifat sementara (temporary dead
zone) yang berdampak pada kematian ikan-ikan dan biota hidup lainnya yang ada
di lokasi perairan. Dead zone atau kondisi anoxic akan terbentuk bila kadar oksigen
terlarut telah mencapai nilai sangat rendah hingga 0 ppm.
Peran unsur-unsur iklim terutama curah hujan dan hari hujan tidak langsung
terhadap fenomena HABs akan tetapi berkaitan dengan kenaikan bahan organik
atau nutrien di perairan sehingga akan tercapai kondisi eutrofikasi di perairan. Jadi
curah hujan dan hari hujan sangat berkaitan erat dengan kondisi kadar nutrien di
perairan yang terlihat nyata pada musim timur dimana pada musim ini pertumbuhan
fitoplankton cenderung meningkat dan mengakibatkan terjadi fenomena algal
bloom atau marak alga.
Collections
- DT - Fisheries [733]