Respon Pertumbuhan Genotipe Hotong (Setaria italica (L.) Beauv) terhadap Cekaman Kekeringan dan Isolasi Fragmen FM-ILP098.
View/Open
Date
2018Author
Prameswari, Wuri
Ardie, Sintho Wahyuning
l Khumaida, Nuru
Metadata
Show full item recordAbstract
Kekeringan merupakan salah satu kendala utama pada lahan pertanian di
Indonesia dan menjadi faktor pembatas untuk produksi tanaman pangan. Foxtail
millet (Setaria italica (L.) Beauv) atau yang dikenal sebagai hotong merupakan
tanaman serealia sumber karbohidrat dengan toleransi yang cukup baik pada
cekaman kekeringan. Hotong juga memiliki nilai gizi yang tinggi dan potensial
dikembangkan sebagai pangan fungsional. Meskipun hotong merupakan salah
satu tanaman yang toleran kekeringan, taraf toleransi terhadap cekaman
kekeringan bervariasi antara genotipe. Perbandingan respon antara genotipe
hotong terhadap cekaman kekeringan dapat mengidentifikasi beberapa karakter
penting baik secara morfologi, fisiologi dan molekuler pada kondisi cekaman
tersebut.
Respon pertumbuhan terhadap cekaman kekeringan dapat diregulasi pada
tingkat morfologi, fisiologi, dan molekule. Selain pemahaman terhadap
mekanisme morfologi dan fisiologi, efektivitas seleksi pada pemuliaan tanaman
dapat ditingkatkan dengan menggunakan penanda molekuler. ILP (Intron Length
Polymorphism) merupakan penanda molekuler yang dapat digunakan sebagai
seleksi pada program pemuliaan tanaman hotong. Fragmen FM-ILP098
merupakan salah satu penanda ILP yang diduga terkait dengan sifat toleransi
terhadap cekaman kekeringan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
(1) mengetahui tingkat toleransi tanaman hotong terhadap cekaman kekeringan
dan (2) mengisolasi fragmen FM-ILP098 dari beberapa genotipe tersebut.
Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan. Percobaan 1 terdiri atas 2 sub
percobaan, yaitu percobaan 1a terkait penentuan kadar air media, volume
penyiraman dan periode kering, dan percobaan 1b terkait identifikasi taraf
toleransi genotipe hotong terhadap cekaman kekeringan. Percobaan 2 terkait
isolasi fragmen FM-ILP098 terkait respon tanaman hotong terhadap cekaman
kekeringan. Percobaan 1 dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan
dan Laboratorium mikroteknik AGH-IPB pada bulan februari hingga September
2015.
Percobaan 1a disusun berdasarkan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dengan faktor tunggal yaitu periode kering yang terdiri atas 4 taraf
perlakuan periode kering, yaitu kontrol (disiram sesuai kapasitas lapang), serta
tidak disiram selama 5, 10 dan 15 hari. Komposisi media tanam campuran tanah
dan pasir 1:1 (v/v). Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai KAM sebesar 5.9%
setelah periode kering selama 15 hari dengan volume penyiraman 2 L
menyebabkan cekaman kekeringan pada tanaman hotong namun belum
menyebabkan titik layu permanen. Oleh karena itu, periode kering selama 15 hari
ditentukan sebagai perlakuan cekaman kekeringan pada percobaan berikutnya.
Percobaan 1b disusun berdasarkan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dengan 2 faktor yaitu genotipe hotong dan periode kering. Faktor
pertama terdiri atas 2 genotipe diduga peka (ICERI-3 dan ICERI-10) dan 2
genotipe diduga toleran (ICERI-7 dan ICERI-9). Faktor kedua merupakan periode
6
kering yaitu kontrol (penyiraman berdasarkan volume hasil percobaan 1a) dan 15
hari periode kering setelah 6 MST yang ditentukan berdasarkan hasil percobaan
1a. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa cekaman kekeringan menyebabkan
hambatan pertumbuhan pada semua genotipe, akan tetapi respon tiap genotipe
berbeda. Bobot basah tajuk dan akar genotipe ICERI-7 dan ICERI-9 lebih tinggi
dibandingkan genotipe ICERI-3 dan ICERI-10 pada hari ke-15 periode kering.
Bobot malai utama dan bobot 100 butir biji genotipe ICERI-7 dan ICERI-9 juga
lebih tinggi dibandingkan genotipe ICERI-3 dan ICERI-10 pada hari ke-15
periode kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa genotipe ICERI-7 dan ICERI-9
dapat mempertahankan pertumbuhan dan hasil lebih baik dibandingkan genotipe
ICERI-3 dan ICERI-10. Berdasarkan nilai DSI (Drought Susceptibility Index),
genotipe ICERI-9 merupakan genotipe relatif agak toleran, sedangkan genotipe
ICERI-3 merupakan genotipe paling peka terhadap cekaman kekeringan.
Cekaman kekeringan yang terjadi pada keempat genotipe hotong terjadi pada fase
pertumbuhan yang berbeda. Percobaan 1 menunjukkan bahwa tingkat toleransi
genotipe ICERI-7 dan ICERI-9 lebih baik dibandingkan ICERI-3 dan ICERI-10
diduga karena cekaman kekeringan pada genotipe ICERI-3 terjadi pada fase
vegetatif dan ICERI-10 cekaman kekeringan terjadi antara fase vegetatif dan fase
generatif, sedangkan pada genotipe ICERI-7 dan ICERI-9 terjadi pada fase
generatif.
Percobaan 2 dilakukan pada bulan Agustus 2015 – Maret 2016 di
Laboratorium Plant Molecular Biology, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
IPB dan Laboratory of Environmental Stress Tolerance Mechanisms, The
University of Tokyo. Materi genetik yang digunakan adalah empat genotipe
hotong (ICERI-3, ICERI-7, ICERI-9 dan ICERI-10). Fragmen berukuran 406 pb
telah teramplifikasi dari DNA genom keempat genotipe hotong menggunakan
primer spesifik FM-ILP098. Perunutan basa nukleotida menggunakan metode
direct sequencing pada keempat fragmen yang teramplifikasi dan analisis
kesejajaran menggunakan analisis BLAST menunjukkan bahwa fragmen tersebut
merupakan homolog gen CDPK (Calcium Dependent Protein Kinase). Gen
CDPK dilaporkan terlibat erat dalam respon tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Walaupun demikian, pohon filogenetik yang dibangun berdasarkan
sekuen fragmen FM-ILP098 tidak dapat memisahkan keempat genotipe hotong ke
dalam kategori toleran dan peka.
Collections
- MT - Agriculture [3859]