Etnobotani dan Potensi Pohon Penyimpan Mayat pada Suku Tawiri dan Suku Tidas di Sekitar Taman Nasional Laiwangi Wanggameti.
View/ Open
Date
2017Author
Dapadeda, Ferdynan
Zuhud, Ervizal AM
Hikmat, Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Sumber daya alam hutan berfungsi penting bagi kehidupan masyarakat
lokal/adat di sekitarnya, baik untuk kebutuhan hidup, sumber penghasilan maupun
sebagai kebutuhan ritual adat masyarakat. Masyarakat lokal/adat di sekitar Taman
Nasional Laiwangi Wanggameti (TNLW) yaitu suku Tawiri dan suku Tidas
memanfaatkan sumber daya alam sebagai media penyimpanan mayat untuk
jangka waktu tertentu. Tumbuhan yang digunakan sebagai Pohon Penyimpan
Mayat (PPM) oleh suku Tawiri adalah Mbakuhau (Sundacarpus amarus (Blume)
C.N. Page.) dan suku Tidas adalah Marra (Tetrameles nudiflora R.Br.).
Pemanfaatan tumbuhan sebagai PPM pada masyarakat lokal/adat sekitar TNLW
ternyata belum diketahui secara luas dan belum terdokumentasi dengan baik.
Pengetahuan lokal terkait penyimpanan mayat merupakan aset kekayaan budaya
bangsa yang perlu dilestarikan. Adanya perkembangan kemajuan arus informasi
dan tekhnologi, berdampak pada adanya kecenderungan masyarakat lokal yang
mulai meninggalkan adat dan budaya prosesi penyimpanan mayat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data etnobotani serta menduga
potensi vegetasi habitat PPM di TNLW sehingga akan didapatkan informasi
tentang struktur dan komposisi vegetasi penyusun habitat PPM, keanekaragaman
spesies tumbuhan pada habitat PPM, bentuk asosiasi dengan spesies lainnya serta
faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan PPM di TNLW. Dengan
didapatkannya informasi tersebut diharapkan akan mampu menganalisis dan
merumuskan bentuk aksi konservasi PPM di TNLW.
Penelitian dilaksanakan di wilayah TNLW dengan melakukan wawancara
secara semi terstruktur dan pendokumentasian menggunakan kuesioner dimana
penentuan responden dilakukan dengan metode snowball sampling untuk
mendapatkan data etnobotani. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui
struktur dan komposisi vegetasi habitat PPM.
Hasil penelitian menunjukkan masih adanya budaya pemanfaatan
tumbuhan sebagai PPM, dengan memanfaatkan S. amarus oleh suku Tawiri dan T.
nudiflora oleh suku Tidas. Struktur dan komposisi habitat S. amarus ditemukan
pada berbagai tingkat pertumbuhan dengan jumlah 50 spesies (semai); 61 spesies
(pancang); 57 spesies (tiang) dan 63 spesies untuk tingkat pohon. Demikian juga
dengan habitat T. nudiflora, yang ditemukan pada berbagai tingkat pertumbuhan
dengan jumlah 33 spesies (semai); 40 spesies (pancang); 32 spesies (tiang) dan
tingkat pohon 40 spesies. Lokasi Wanggameti mempunyai indeks keragaman
tinggi dan sedang dengan indeks kemerataan hampir mendekati 1 pada semua
tingkat pertumbuhan, sedangkan pada lokasi Praingkareha mempunyai indeks
keragaman sedang pada semua tingkat pertumbuhan dan indeks kemerataan
mendekati 1 pada semua tingkat pertumbuhan. Dari hasil Indeks Nilai Penting, S.
amarus mempunyai kondisi yang baik (good) utk keberlanjutan, dan T. nudiflora
mempunyai kondisi yang cukup (fair).
Asosiasi S. amarus dengan spesies lainnya pada lokasi Wanggameti
ditemukan pada semua tingkat pertumbuhan dengan kekuatan asosiasi sangat
rendah-rendah (semai); sangat rendah-rendah (pancang); rendah (tiang); sangat
rendah (pohon). Asosiasi T. nudiflora dengan spesies lain pada lokasi
Praingkareha ditemukan pada tingkat semai dan pohon, dengan kekuatan sangat
rendah-tinggi (semai) dan sangat rendah (pohon). Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap keberadaan S. amarus yaitu kelembaban udara, intensitas
cahaya, topografi dan suhu tanah, sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap keberadaan T. nudiflora yaitu suhu. Bentuk aksi konservasi yang dapat
dilakukan sebagai upaya pelestarian dan keberlanjutan PPM di sekitar kawasan
TNLW adalah mendukung bentuk kearifan lokal masyarakat, membuat sistem
basis data dan informasi etnobotani, pengembangan spesies PPM untuk
keberlanjutan, penyuluhan pentingnya konservasi PPM, melibatkan peran serta
berbagai pihak, berkolaborasi dalam upaya konservasi PPM, membuat rencana
aksi konservasi PPM secara bersama, membangun konsep masyarakat lokal/adat
yang prokonservasi, mengembangkan potensi adat dan budaya sebagai daya tarik
wisata budaya dan revisi Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang KSDAHE.
Collections
- MT - Forestry [1376]