Keefektifan Iradiasi Gamma [60Co] untuk Perlakuan Fitosanitari Hama Kutu putih Exallomochlus hispidus (Morrison) (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
View/Open
Date
2018Author
Indarwatmi, Murni
Ratna, Endang Sri
Dadang
Sobir
Metadata
Show full item recordAbstract
Buah manggis merupakan salah satu primadona ekspor buah-buahan
Indonesia. Sayangnya, beberapa spesies kutu putih sering ditemukan pada buah
manggis di antaranya adalah Exallomochlus hispidus (Morrison), Pseudococcus
cryptus Hempel, Dysmicoccus lepelleyi Betrem, dan D. neobrevipes Beardsley.
Kerugian ekonomi buah manggis disebabkan oleh infestasi kutu putih disertai
sekresi embun madu yang dihasilkannya yang dapat menyebabkan penurunan
nilai penampilan buah. Embun madu ini merupakan media tumbuh embun jelaga
yang menyebabkan permukaan buah menjadi berwarna hitam. Teknik
pengendalian kutu putih yang umum dilakukan adalah perlakuan fumigasi
menggunakan metil bromida. Saat ini, senyawa metil bromida dikurangi
penggunaannya karena mengakibatkan kerusakan lapisan ozon. Perlakuan
fitosanitari menggunakan iradiasi gamma dengan sumber cobalt [60Co] menjadi
pilihan pengendalian yang dianggap lebih aman terhadap lingkungan. Konvensi
Internasional Perlindungan Tanaman (The International Plant Protection
Convention), telah mengizinkan penggunaan iradiasi pengion sebagai perlakuan
fitosanitari komoditas ekspor, hal ini telah dilakukan di beberapa negara.
Informasi mengenai hama kutu putih pada buah manggis dan perlakuan
fitosanitari hama kutu putih dengan iradiasi gamma belum banyak dilaporkan di
Indonesia, dengan demikian penelitian dilakukan bertujuan untuk (1) mengamati
keanekaragaman, kelimpahan populasi, dan dominasi kutu putih pada buah
manggis di tiga kabupaten sentra produksi manggis di Jawa Barat yaitu Bogor,
Sukabumi dan Purwakarta; (2) mempelajari biologi kutu putih E. hispidus pada
buah manggis, sirsak, jambu biji dan kaboca; (3) menentukan dosis lethal
minimum iradiasi gamma terhadap nimfa dan kutu putih dewasa dan mempelajari
pengaruh dosis sublethal iradiasi gamma terhadap pertumbuhan, perkembangan,
dan reproduksi kutu putih; (4) mempelajari implikasi iradiasi gamma terhadap
kualitas buah manggis serta kisaran dosis minimum (D min) dan maksimum (D
maks) iradiasi gamma terhadap keamanan kualitas manggis ekspor.
Pengambilan contoh buah manggis dilakukan di tiga sentra produksi
manggis Jawa Barat yaitu Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor, Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi dan Desa
Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Pengamatan biologi
dilakukan pada kutu kutu putih yang dipelihara pada buah manggis, kaboca, sirsak
dan jambu biji. Parameter yang diamati adalah periode perkembangan nimfa dan
reproduksi dan jumlah nimfa yang diproduksi. Uji efikasi iradiasi gamma terhadap
mortalitas nimfa instar 1, 2, 3 dan dewasa E. hispidus dilakukan pada dosis 75-
2000 Gy, sedangkan uji dosis subletal terhadap kelangsungan hidup E. hispidus
pada dosis 50-400 Gy. Iradiasi dilakukan di Iradiator Irpasena PAIR BATAN
Jakarta. Mortalitas kutu putih diamati sampai 15 hari, sedangkan kelangsungan
hidupnya diamati hingga mati.
v
Iradiasi manggis dilakukan pada buah manggis pada index kematangan 2, 3,
dan 4. Susut bobot, kekerasan, warna kulit buah dan kelopak buah manggis
diamati. Padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan vitamin C
yang terkandung di dalam daging buah dianalisis. Pengukuran dosis radiasi
(dosimetri) dilakukan terhadap manggis dalam kemasan kardus berukuran 1 kg
dan 10 kg. Pengukuran radiasi dilakukan terhadap dosis minimum (D min),
maksimum (D maks) dan faktor keseragaman dosis.
Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman kutu putih pada buah
manggis ditemukan berturut turut tertinggi di wilayah Bogor (8 spesies),
Purwakarta (7 spesies) dan terendah di Sukabumi (6 spesies). Spesies kutu putih
yang dominan ditemukan adalah E. hispidus dan P. cryptus di Bogor, D. lepelleyi
dan E. hispidus di Purwakarta, dan D. lepelleyi, P. minor, dan P. cryptus di
Sukabumi. Kelimpahan populasi kutu putih tertinggi ditemukan di Purwakarta
(15.08 ekor/15 buah), diikuti Bogor (12.03 ekor/15 buah), dan terendah di
Sukabumi Purwakarta (5.30 ekor/15 buah). Data biomorfologi E. hispidus
menunjukkan bahwa ukuran tubuh, periode perkembangan, dan kemampuan
reproduksi E. hispidus dipengaruhi oleh spesies buah inang. Lama perkembangan
dan produksi nimfa paling rendah pada manggis dan paling tinggi pada kaboca.
Tingginya kandungan nitrogen pada buah diduga berpengaruh dalam
mempercepat periode perkembangan, meningkatkan ukuran tubuh dan produksi
nimfa E. hispidus.
Perlakuan iradiasi gamma mempengaruhi potensi biologi, menurunkan
kemampuan reproduksi dan fertilitas E. hispidus. Individu dewasa yang bertahan
hidup setelah perlakuan iradiasi pada dosis 50, 100, 200, dan 400 Gy berturutturut
88.33%, 81.67%, 41.67%, dan 40.00%. Keperidian E. hispidus setelah
diradiasi gamma berturut-turut adalah 136.67, 106.51, 69.62, 31.36, 23.50
ekor/induk. Dosis subletal iradiasi gamma mampu menghambat pertumbuhan dan
menurunkan kemampuan reproduksi E. hispidus dan memicu infertilitas telur.
Iradiasi gamma pada dosis 250 Gy tidak mempengaruhi kualitas buah
manggis, dinyatakan dengan stabilnya nilai susut bobot, kekerasan, padatan
terlarut total dan asam tertitrasi setelah 15 hari perlakuan. Dosis 750 dan 1000 Gy
iradiasi gamma mempertahankan warna merah permukaan kulit buah manggis,
namun menurunkan kandungan vitamin C daging buah manggis pada indeks
kematangan 4 hingga 5.53-6.04 mg/100 g. Hasil dosimetri terhadap buah manggis
dalam kemasan ukuran 1 kg dan 10 kg dinyatakan homogen dengan nilai rasio
keseragaman < 1.5.
Collections
- DT - Agriculture [756]