Show simple item record

dc.contributor.advisorSucahyo
dc.contributor.advisorNugroho, Naresworo
dc.contributor.advisorKarlinasari, Lina
dc.contributor.authorHerawati, Evalina
dc.date.accessioned2018-04-18T08:07:06Z
dc.date.available2018-04-18T08:07:06Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91581
dc.description.abstractKapasitas beban yang dapat dipikul oleh sebuah pengencang tipe dowel didasarkan pada model/persamaan batas leleh Eropa (European yield model (EYM)/yield limit equations). Berdasarkan model ini, kekuatan sambungan sangat dipengaruhi oleh kekuatan tumpu dowel dan kekuatan leleh lentur pengencang serta faktor geometri. Model ini dipakai dalam standar desain sambungan yang berlaku di banyak negara, termasuk di dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 7973:2013 tentang spesifikasi desain untuk konstruksi kayu, yang merupakan adopsi dengan modifikasi dari National Design Specification (NDS) for Wood Construction edisi 2012. Data dan persamaan terkait sambungan kayu dalam NDS umumnya didasarkan pada penelitian kayu-kayu sub tropis terutama kayu daun jarum, sehingga diperlukan penelitian sambungan kayu menggunakan kayu-kayu tropis khususnya jenis-jenis kayu Indonesia dalam rangka penerapan standar yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah 1) menentukan kekuatan tumpu baut dan menganalisis hubungannya dengan berat jenis dan beberapa sifat mekanis kayu; 2) menganalisis kekuatan leleh lentur baut berdasarkan diameter baut; 3) menentukan nilai desain empiris dan prediksi serta tipe kerusakan sambungan geser tunggal menggunakan baut; dan 4) menganalisis daktilitas sambungan geser tunggal menggunakan baut. Nilai kuat tumpu baut meningkat dengan meningkatnya nilai berat jenis kayu (berkisar 26–70 MPa). Perbedaan diameter baut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kuat tumpu yang diperoleh. Nilai kuat tumpu baut eksperimental lima jenis kayu (meranti merah ringan, meranti merah berat, mersawa, kapur dan bangkirai) 3–15% dan 11–23% lebih rendah dibandingkan standar SNI 7973 dan NDS 2015. Sebaliknya, kuat tumpu baut eksperimental kayu merbau 23% dan 11% lebih tinggi dibandingkan nilai SNI dan nilai NDS. BJ memiliki hubungan yang sangat erat dengan kekuatan tarik, tekan, geser, kekerasan dan kuat tumpu baut. Koefisien yang diperoleh pada persamaan kuat tumpu baut lebih rendah dibandingkan pada persamaan dalam SNI dan NDS. Kuat tumpu sejajar serat memiliki nilai yang paling dekat dengan kekuatan tekan sejajar serat. Hasil penelitian terhadap baut yang digunakan menunjukkan bahwa baut besi berasal dari bahan baja karbon rendah sedangkan baut baja pembanding berasal dari bahan baja karbon sedang. Nilai kuat leleh lentur (Fyb) baut baja lebih tinggi dibandingkan baut besi, hal ini berkaitan dengan perbedaan pada unsur penyusun bahan pembuat baut disamping rasio bentang dan diameter baut pada pengujian. Nilai Fyb baut besi mengalami peningkatan dari diameter 1/2 inci ke diameter 5/8 dan 3/4 inci namun nilai Fyb diameter 5/8 dan 3/4 inci tidak berbeda nyata. Nilai Fyb ketiga diamater baut berada di atas nilai Fyb baut yang tercantum dalam SNI 7973. Nilai desain empiris terendah (138 kg) diperoleh dari jenis kayu meranti merah ringan dengan kombinasi ketebalan 2.5-2.5 cm dan diameter baut 1/2 inci, sementara nilai tertinggi (887 kg) terdapat pada kayu merbau dengan kombinasi ketebalan 5-5 cm dan diameter baut 3/4 inci. Nilai desain empiris dipengaruhi oleh kombinasi ketebalan kayu, diameter baut dan jenis kayu namun interaksi antara kombinasi ketebalan kayu dan diameter baut tidak berpengaruh nyata. Semakin besar ketebalan kayu, diameter baut dan BJ maka semakin tinggi nilai desain yang diperoleh. Nilai desain berdasarkan NDS terendah (102 kg) berada pada jenis kayu meranti merah ringan dengan kombinasi ketebalan 2.5-2.5 cm dan diameter baut 1/2 inci, sementara nilai tertinggi (782 kg) terdapat pada kayu merbau dengan kombinasi ketebalan 5-5 cm dan diameter baut 3/4 inci. Nilai desain yang dihitung berdasarkan persamaan yang terdapat pada NDS menunjukkan nilai yang lebih rendah sebanyak 83.8% dibandingkan nilai desain empiris dan sebanyak 16.7% lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan nilai desain empiris. Tipe kerusakan yang terjadi pada sambungan terdiri dari tipe II dan IV, dimana tipe II terjadi sekitar 65%, lebih banyak dibandingkan dengan tipe kerusakan IV sekitar 35%. Rasio antara nilai desain prediksi yaitu berdasarkan NDS dengan nilai desain empiris menunjukkan kisaran dari 0.46 hingga 1.19 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 0.82. Daktilitas berkisar antara 1.69 pada sambungan kayu merbau dengan kombinasi ketebalan elemen 2.5-2.5 cm menggunakan baut 3/4 inci hingga 7.35 pada sambungan kayu meranti merah ringan dengan kombinasi ketebalan elemen 5.0-5.0 cm menggunakan baut 1/2 inci. Daktilitas dipengaruhi secara signifikan oleh kombinasi ketebalan, diameter baut dan jenis kayu. Daktilitas meningkat dengan semakin meningkatnya ketebalan elemen kayu yang disambung dan sebaliknya semakin besar diameter baut maka semakin rendah nilai daktilitas sambungan. Daktilitas berdasarkan jenis kayu tidak memiliki kecenderungan tertentu berkaitan dengan berat jenis kayu.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcForest Productid
dc.subject.ddcWoodsid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleAnalisis Sambungan Geser pada Kayu dengan Baut Tunggal Akibat Beban Uni-Aksial Tarik.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordsambungan kayuid
dc.subject.keywordkuat tumpu bautid
dc.subject.keywordkuat leleh lentur bautid
dc.subject.keywordnilai desainid
dc.subject.keyworddaktilitasid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record