Analisis Aksesibilitas Kredit dan Dampak Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Petani Tebu di Kabupaten Pati
View/ Open
Date
2017Author
Aminda, Fadilla Ristya
Sinaga, Bonar Marulitua
Fariyanti, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Pati adalah sentra produksi tebu di Jawa Tengah. Usahatani tebu
adalah sumber pendapatan utama bagi 5 905 rumahtangga petani tebu di
Kabupaten Pati. Rumahtangga petani tebu dihadapkan pada masalah kenaikan
harga input, ketidakpastian harga output, dan keterbatasan modal sehingga
kemampuan adopsi teknologi rendah, menyebabkan petani tidak melakukan
peremajaan tanaman (bongkar ratoon) secara berkala sehingga tanaman tebu
petani pada umumnya adalah tanaman keprasan (ratoon). Budidaya tebu yang
tidak optimal berdampak pada rendahnya produktivitas dan pendapatan
rumahtangga. Dalam rangka mengatasi keterbatasan modal dan swasembada gula
pemerintah melaksanakan program peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu
tanaman semusim, sub kegiatan pengembangan tanaman tebu (Bongkar
ratoon/rawat ratoon). Pemerintah juga memberikan dukungan pembiayaan melalui
Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dan subsidi bunga kredit pada Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE).
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis aksesibilitas petani tebu
terhadap kredit program KKPE dan PMUK, (2) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga petani tebu dalam alokasi
curahan kerja, produksi dan pengeluaran rumahtangga petani tebu, dan (3)
menganalisis dampak perubahan harga input, harga output, kredit program KKPE
dan PMUK, dan rendemen gula terhadap kesejahteraan rumahtangga petani tebu.
Penelitian menggunakan data cross section tahun 2015 dengan jumlah
sampel sebanyak 52 rumahtangga petani tebu bongkar ratoon dan 56 rumahtangga
petani tebu keprasan. Model aksesibilitas kredit dibangun sebagai model logit,
diestimasi dengan metode Maximum Likelihood Estimator (MLE). Model
ekonomi rumahtangga petani tebu bongkar ratoon dibangun sebagai sistem
persamaan simultan yang terdiri dari 27 persamaan struktural dan 39 persamaan
identitas, sedangkan model ekonomi rumahtangga petani tebu keprasan terdiri dari
19 persamaan struktural dan 26 persamaan identitas, diestimasi menggunakan
metode Two Stage Least Squares (2SLS).
Hasil analisis aksesibilitas kredit KKPE dan PMUK menunjukkan bahwa
faktor yang berpengaruh signifikan terhadap akses kredit KKPE dan PMUK
adalah umur petani, jumlah anggota keluarga, luas lahan usahatani tebu,
kepemilkikan agunan, keikutsertaan kemitraan pabrik gula, dan pendapatan luar
usahatani.
Keputusan rumatangga mengalokasikan curahan kerja dipengaruhi oleh
upah tenaga kerja yang disewa, alokasi curahan kerja untuk kegiatan usaha
lainnya, penggunaan tenaga kerja luar keluarga, dan pendapatan yang didapat dari
masing-masing kegiatan usaha yang dilakukan. Keputusan rumahtangga
menggunakan input dipengaruhi oleh harga input itu sendiri, harga input substitusi,
jumlah kredit, pendapatan total rumahtangga, dan luas lahan usahatani tebu.
Keputusan rumahtangga untuk produksi dipengaruhi oleh harga input usahatani,
jumlah kredit, dan jumlah input usahatani yang digunakan. Keputusan
pengeluaran rumahtanga dipengaruhi oleh pendapatan disposable, jumlah
tanggungan keluarga, dan jumlah kredit.
Kenaikan upah tenaga kerja pria dan wanita yang disewa pada
rumahtangga petani tebu bongkar ratoon dapat dikompensasi dengan kebijakan
peningkatan harga gula di tingkat petani sehingga kesejahteraan rumahtangga
meningkat. Kenaikan upah tenaga kerja pria dan wanita luar keluarga pada
rumahtangga petani tebu keprasan dapat dikompensasi dengan pemberian kredit
KKPE dan PMUK sehingga kesejahteraan rumahtangga petani tebu keprasan
meningkat. Untuk meningkatkan kesejahteraan rumahtangga petani tebu
pemerintah perlu meningkatkan harga patokan petani dan meningkatkan akses
kredit pada rumahtangga keprasan untuk mendorong adopsi teknologi dengan
melakukan peremajaan tanaman (bongkar ratoon).
Collections
- MT - Economic and Management [2971]