Model Pengembangan Budidaya Laut di Pulau Dullah, Kota Tual.
View/Open
Date
2017Author
Fitrinawati, Henny
Djokosetiyanto, Daniel
Machfud
Fahrudin, Achmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Pulau Dullah merupakan pulau terbesar dari 66 pulau yang ada di Kota Tual
dan memiliki kepadatan penduduk dan aktivitas masyarakat yang lebih tinggi dari
pulau-pulau lainnya. Budidaya laut adalah salah satu aktivitas utama masyarakat
Pulau Dullah. Budidaya laut yang telah dikembangkan masyarakat Pulau Dullah
saat ini belum mencapai hasil yang maksimal dengan salah satu indikasi tingkat
ekonomi pembudidaya laut yang belum merata dan dikhawatirkan akan mengurangi
produktivitas serta dapat menghambat keberlanjutan budidaya laut. Beberapa
penyebabnya diantaranya adalah belum adanya analisis kelayakan budidaya laut
yang telah dilakukan seperti kelayakan lokasi dan kelayakan usaha. Masyarakat
melakukan budidaya laut hanya berdasarkan pada pengamatan visual terhadap
lokasi yang dianggap layak oleh pembudidaya dan perhitungan ekonomis yang
sederhana. Lokasi budidaya laut yang ada juga belum memperhatikan faktor
kerentanan lingkungan perairan tersebut terhadap perubahan musim. Tujuan umum
penelitian ini adalah merancang model pengembangan budidaya laut di Pulau
Dullah, Kota Tual. Adapun untuk mencapai tujuan umum tersebut dibagi menjadi
empat tujuan spesifik yaitu:menentukan tingkat kerentanan pesisir di Pulau Dullah,
mengestimasi daya dukung lingkungan perairan berdasarkan kesesuaian perairan
dan kerentanan pesisir di Pulau Dullah, mengestimasi status keberlanjutan
budidaya laut di Pulau Dullah, dan menyusun model pengembangan budidaya laut
di Pulau Dullah. Lokasi penelitian adalah Pulau Dullah khususnya di Teluk Luv
dan Teluk Divur. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 hingga Juni
2016. Analisis data meliputi: analisis kerentanan pesisir dengan ArcGIS dan CVI,
analisis kesesuaian perairan dengan ArcGIS, analisis daya dukung perairan, analisis
kelayakan usaha, analisis keberlanjutan dengan mengunakan analisis
multidimensional scaling yang disebut RapMaC, dan membangun model
pengembangan budidaya laut di Pulau Dullah Kota Tual dengan analisis sistem
dinamik dengan Stella 9.
Hasil penelitian menunjukkan Teluk Divur dan Teluk Luv memiliki perairan
yang masuk ke dalam kategori tidak rentan – rentan sedang dengan nilai indeks
kerentanan berkisar 0,00-19,37 untuk tiga musim (musim barat, musim peralihan
dan musim timur). Perairan Teluk Divur dan Teluk Luv yang sesuai untuk budidaya
rumput laut, ikan kerapu dan tiram mutiara masih sangat luas dan potensial untuk
dikembangkan yaitu seluas 515 dan 454 ha (Teluk Divur dan Teluk Luv) untuk
rumput laut, seluas 263 dan 299 ha (Teluk Divur dan Teluk Luv) untuk ikan kerapu
dan seluas 328 dan 36 ha (Teluk Divur dan Teluk Luv) untuk tiram mutiara. Luas
daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut adalah sebesar 99,41 % dari luas
perairan yang sesuai di Teluk Divur dan Teluk Luv, untuk ikan kerapu sebesar 0,44
dan 0,27 % dari luas perairan yang sesuai di Teluk Divur dan Teluk Luv dan untuk
tiram mutiara sebesar 98,29 % dari luas perairan yang sesuai di Teluk Divur dan
Teluk Luv. Komoditas rumput laut, ikan kerapu dan tiram mutiara layak untuk
dikembangkan usahanya karena memenuhi aspek aspek ekonomis seperti
keuntungan, NPV,B/C ratio, IRR dan Payback period. Status keberlanjutan
pengembangan budidaya laut di Teluk Divur dan Teluk Luv Pulau Dullah saat ini
secara multidimensi adalah cukup berkelanjutan. Model pengembangan budidaya
laut di Pulau Dullah memiliki dua alternatif skenario yaitu skenario ketiga
membatasi jumlah unit budidaya ikan kerapu sebanyak 56 unit, tiram mutiara
sebanyak 183 unit, dan rumput laut sebanyak 680 unit sedangkan skenario keempat
membatasi jumlah unit budidaya ikan kerapu sebanyak 56 unit, tiram mutiara
sebanyak 183 unit, dan rumput laut sebanyak 1412 unit.