Show simple item record

dc.contributor.advisorNelwan, Leopold
dc.contributor.advisorPurwanto, Aris
dc.contributor.authorNino, Jefrianus
dc.date.accessioned2018-04-18T07:06:52Z
dc.date.available2018-04-18T07:06:52Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91450
dc.description.abstractJagung (Zea Mays) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan salah satu daerah sentra produksi produksi jagung di propinsi NTT. Penanganan pasca panen jagung di Timor dinilai masih sangat minim, terutama pada proses pengeringan. Metode pengeringan alamiah (natural drying) adalah metode yang parameter proses pengeringan berupa suhu udara, kelembaban udara dan sirkulasi udara sepenuhnya bergantung pada kondisi alam dan umumnya laju pengeringannya lambat. Sistem pengeringan tersebut sangat bergantung pada udara lingkungan, sehingga proses pengeringan sebaiknya dilakukan pada tempat yang udaranya kering. Untuk daerah Timor yang iklimnya tropika kering. dimana pada siang hari suhu lingkungan mencapai 34°C dan RH yang rendah dibawah 70% sangat potensial untuk digunakan sebagai media pengering. Untuk itu dibutuhkan sebuah metode pengeringan dengan menentukan laju aliran udara dan skema waktu pengoperasian yang sesuai. Laju aliran udara berfungsi sebagai pembawa panas untuk menguapkan dan mengeluarkan kandungan air pada bahan. Selain laju aliran udara, waktu pengoperasian juga sangat mempengaruhi proses pengeringan. Adapun tujuan penelitian ini yakni menentukan laju aliran udara dan skema waktu pengoperasian yang sesuai dengan pengeringan udara alamiah untuk jagung pipilan dan menganalisis kualitas jagung pada pengeringan udara alamiah untuk jagung pipilan Penelitian dilakukan di Kabupaten Timor Tengah Utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Laboratorium Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Timor, dan dilanjutkan di Laboratorium Energi Terbarukan, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Bahan yang diuji adalah jagung pipilan lokal putih dari Desa Manusasi, Kecamatan Miomaffo Barat. Pengukuran suhu bola basah dan bola kering dilakukan menggunakan sensor suhu TMP36 yang dikalibrasi dengan termometer standar menggunakan oil bath. Laju aliran udara diukur dengan menggunakan plat orifice yang dikalibrasi dengan anemometer. Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri (oven). Pengukuran daya listrik menggunakan multimeter dan clamp meter. Pengujian dilakukan dalam dua tahap yakni penentuan laju aliran udara dan skema waktu pengoperasian. Tipe pengeringn yang digunakan adalah pengeringan tumpukan (bed) dengan kapasitas 30 kg (tebal tumpukan 40 cm). Udara lingkungan diambil oleh blower kemudian dialirkan kesetiap unit pengering. Pada pengujian penentuan laju aliran udara perlakuan laju aliran udara dari ketiga unit pengering berbeda-beda dan dioperasikan secara kontinyu pada waktu yang sama yakni pukul 08:00-16:00 dengan perlakuan laju aliran udara 0.83 L/s-kg, 0.67 L/s-kg dan 0.5 L/s-kg. Selanjutnya pengujian skema waktu pengoperasian dilakukan dengan laju aliran udara hasil percobaan sebelumnya. Skema I pengeringan berlangsung dari pukul 08:00-16:00, skema II dari pukul 09:00-15:00, dan skema III dari pukul 10:00-14:00. Pada pengeringan yang dilakukan pada pukul 08:00-16:00, laju aliran udara 0.83 L/s-kg menghasilkan laju pengeringan yang paling tinggi sebesar 1.25% bk/jam sedangkan dengan laju aliran udara 0.67 L/s-kg dan 0.5 L/s-kg menghasilkan laju aliran udara masing-masing 1.13% bk/jam dan 1.01% bk/jam. Pengujian skema waktu pengoperasian yang memberikan laju pengeringan paling cepat adalah 4 jam per hari (10:00-14:00) dengan laju pengeringan 0.93% bk/jam sedangkan skema pengoperasian 6 dan 8 jam laju pengeringannya lebih rendah adalah 0.74% bk/jam dan 0.64% bk/jam. Konsumsi energi spesifik (KES) pada pengujian skema waktu pengoperasian 4 jam per hari (10:00-14:00) paling rendah yakni 1.21 MJ/kg air yang diuapkan dibandingkan dengan skema pengoperasian 6 dan 8 jam masing-masing adalah 1.82 MJ/kg air yang diuapkan dan 2.42 MJ/kg air yang diuapkan. Konsumsi energi spesifik (KES) harian dari skema waktu pengoperasian 8 jam per hari cendrung menurun terhadap waktu pengeringan yakni 2.07, 1.50, 1.69 dan 1.75 MJ/kg air yang diuapkan. Simulasi pada pengeringan kapasitas 3 ton dengan lama pengeringan 32 jam pada kondisi udara lingkungan percobaan memberikan konsumsi energi spesifik sebesar 0.16 MJ/kg air yang diuapkan yang setara dengan biaya energi per kg sebesar Rp 10. Hasil analisis aflatoksin dan kualitas pada lama pengeringan 32 jam menunjukkan bahwa tidak terjadi kontaminasi aflatoksin dan pengurangan kualitas. Nilai hasil analisis aflatoksin lebih kecil dari nilai standar aflatoksin SNI. Hasil analisis mutu jagung juga memiliki nilai yang cenderung lebih tinggi SNI jagung untuk pangan maupun pakan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgrcultural Machinesid
dc.subject.ddcDriying cornid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-JABAid
dc.titleAplikasi Pengeringan Udara Alamiah Untuk Jagung Pipilan Di Daerah Timorid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordpengeringan udara alamiahid
dc.subject.keywordjagung pipilanid
dc.subject.keywordTimorid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record