Model Pengelolaan Daya Dukung Lingkungan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB) Sapi Perah di Kabupaten Bogor
View/Open
Date
2017Author
Jaenudin, Dadang
Amin, Akhmad Arif
s Setiadi, Mohamad Agu
Sumarno, Hadi
Rahayu, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang berusaha mengembangkan sapi
perah dan dijadikan sebagai sentra produksi susu di Jawa Barat selain Lembang, Garut dan
Sukabumi. Besarnya apresiasi dari berbagai pihak, masyarakat, iklim dan letak geografis yang
mendukung Kabupaten Bogor menjadi sentra pengembangan peternakan sapi perah.
Keberhasilan usaha peternakan sapi perah bergantung terhadap tingginya produktivitas sapi
perah tersebut. Produktivitas sapi perah dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pola manajemen
pemeliharaan yang diindikasikan dengan efisiensi reproduksi. Parameter efisiensi reproduksi
terdiri atas Conseption Rate (CR), Service per-Conception (S/C), Days Open (DO) dan Fisrt
Service dan faktor lingkungan seperti temperatur (suhu) dan kelembaban udara atau interaksi
temperatur dan kelembaban udara (Temperature Humidity Index/THI) akan mempengaruhi
produktivitas sapi perah dan status keberlanjutan peternakan sapi perah tersebut. Keberhasilan
usaha peternakan sapi perah merupakan masalah yang kompleks, sehingga penanganannya harus
secara holistik dengan menggunakan pendekatan kesisteman. Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk mendapatkan model daya dukung lingkungan terhadap keberhasilan reproduksi sapi perah.
Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis potensi pengelolaan daya
dukung lingkungan peternakan sapi perah pada kondisi aktual (existing) dan menganalisis status
keberlanjutan daya dukung lingkungan terhadap keberhasilan reproduksi sapi perah.
Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Cifa Farm, Erif Farm di Cisarua dan Acep Farm
di Cibungbulang Kabupaten Bogor selama sebelas bulan mulai Februari s/d Desember 2015.
Jenis dan sumber data yang digunakan yakni data primer bersumber dari pengamatan langsung
(insitu) atau observasi dan wawancara langsung dengan responden peternak. Data sekunder
diperoleh dari studi pustaka serta dari instansi terkait. Teknik pengambilan data dan penentuan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitian efisiensi reproduksi yaitu
Conception Rate (CR), Service per Conception (S/C), Days Open (DO), First Service dan faktor
lingkungan suhu dan kelembaban udara (nilai Temperature Humidity Index/THI) dihitung
sebagai nilai rataan dari ke tiga lokasi penelitian tersebut. Untuk melihat perbedaan dari
parameter tersebut di tiga lokasi peternakan dianalisis menggunakan uji t-Student. Status
keberlanjutan peternakan sapi perah menggunakan metode Multidimensional Scalling (MDS)
dan software yang digunakan adalah RapFarm (modifikasi Rapfish). Penelitian ini dibangun
melalui pendekatan sistem yang dibantu dengan alat permodelan yakni sofware Stella versi 9.0.2
yang melibatkan empat sub model yakni: 1) sub model ekologi (lingkungan); 2) sub model
sosial; 3) sub model ekonomi; dan 4) sub model teknologi.
Hasil penelitian potensi daya dukung lingkungan peternakan sapi perah di Kabupaten
Bogor pada kondisi aktual yaitu suhu, kelembaban udara dan interaksi suhu kelembaban udara
(THI) peternakan Erif Farm (22,22 oC; 90,84%; 71,22); Cifa Farm (22,26 oC; 90,66; 71,27) di
Cisarua memiliki zona kenyamanan temperatur lingkungan lebih baik bagi sapi perah dan Acep
Farm di Kunak Cibungbulang (26,46 oC; 80,41%; 77,21) zona kenyamanan temperatur
lingkungan memiliki tingkat stres sedang bagi sapi perah. Efisiensi reproduksi untuk Days Open
di ketiga peternakan yaitu Cifa Farm (88,39 hari), Erif Farm (88,20 hari) dan Acep Farm (110,76
hari) masih memiliki kisaran Days Open yang normal. Nilai Days Open Acep Farm panjang
karena ada pengaruh faktor manajemen pemeliharaan dan diduga berkaitan erat dengan nilai THI
tinggi. Sementara untuk nilai Conception Rate (CR) Cifa Farm, Erif Farm dan Acep Farm Kunak
hasilnya berbeda-beda yaitu 42,00% vs 66,13% vs 75,76%. Nilai CR ini dipengaruhi oleh
manajemen pemeliharan, tidak dipengaruhi oleh nilai THI. Hasil pengamatan nilai nilai S/C ke
tiga peternakan ini termasuk normal dan baik dengan nilai S/C di bawah 2. Dan nilai First
Service Erif Farm (75,17 hari) dan Cifa Farm (76,11 hari) lebih pendek dibandingkan dengan
Acep Farm yaitu 96,42 hari.
Status keberlanjutan pengelolaan daya dukung lingkungan terhadap keberhasilan
pelaksanaan program IB sapi perah yaitu peternakan Cifa Farm cukup berkelanjutan dengan
nilai rataan indeks keberlanjutan adalah 70.86%. Peternakan Cifa Farm untuk menuju status
keberlanjutan yang lebih baik memerlukan perhatian terutama dalam atribut dimensi ekologi
yaitu ketersediaan instalasi penampungan limbah ternak sapi perah dijadikan biogas atau pupuk
organik belum dimanfaatkan secara optimal; dimensi ekonomi yaitu pemasaran susu dan pangsa
pasar produk olahan susu; dimensi sosial yaitu optimalisasi kelembagaan peternak; dan atribut
dimensi teknologi yaitu teknik pengaturan reproduksi (waktu induk kembali dikawinkan setelah
siklus estrus yang ke tiga). Status keberlanjutan peternakan Erif Farm termasuk sangat
berkelanjutan dengan nilai rataan indeks keberlanjutan adalah 76,46%. Peningkatan status
keberlanjutan yang lebih baik lagi untuk peternakan Acep Farm memerlukan sedikit perhatian
pada atribut dimensi ekologi yaitu ketersediaan instalasi penampungan limbah ternak sapi perah
dijadikan biogas atau pupuk organik belum dimanfaatkan secara optimal dan dimensi teknologi
adalah teknik pengaturan reproduksi (waktu induk kembali dikawinkan setelah siklus estrus yang
ke tiga). Status keberlanjutan peternakan Acep Farm yaitu cukup berkelanjutan
(cenderung ke status kurang berkelanjutan) dengan rataan indeks keberlanjutan 54,13%.
Peningkatan status keberlanjutan yang lebih baik untuk peternakan Acep Farm memerlukan
perhatian lebih ekstra berbagai atribut yaitu atribut dimensi ekologi adalah belum memiliki
instalasi penampungan limbah ternak sapi perah dijadikan biogas atau pupuk organik belum
dimanfaatkan secara optimal, daya dukung suhu lingkungan yang efektif dan nyaman bagi sapi
perah, daya dukung interaksi suhu dan kelembaban udara (THI) yang efektif dan nyaman bagi
sapi perah; atribut dimensi ekonomi adalah pemasaran susu hanya melalui jalur pemasaran
melalui koperasi dan komoditas unggulan olahan susu; atribut dimensi sosial adalah peranan
kelembagaan peternak dan akses ketersediaan tenaga medis; dan atribut dimensi teknologi yaitu
teknik pengaturan reproduksi dilakukan di atas 80 hari (setelah siklus estrus yang ke tiga kembali
dikawinkan), teknik penanganan susu segar pasca pemerahan disaring dan langsung dikirim ke
koperasi, dan bantuan tenaga medis dalam penanganan sapi saat partus dan pemberian obat pasca
melahirkan sering mengalami kendala dalam hal akses informasi peternak dengan tenaga medis,
akses lokasi dan jumlah tenaga medis.
Hasil pemodelan sistem dinamik pengelolaan daya dukung lingkungan peternakan sapi
perah terhadap keberhasilan pelaksanaan program IB sapi perah di lokasi kajian, secara mikro
berimplikasi terhadap kebijakan perusahaan atau peternakan. Peternakan membutuhkan
pengalokasian sumber daya lahan dan sumber daya hayati secara optimal. Peternakan Cifa
Farm memiliki indeks daya dukung lahan lebih besar dari 2, sehingga usaha peternakan dapat
menetapkan kebijakan untuk meningkatkan skala usahanya dengan pengadaan sapi produktif
lebih banyak dari potensi yang ada saat ini. Melalui pengkondisian lingkungan peternakan dan
memperbaiki teknik reproduksi dengan penerapan IB pada sapi produktif yang dimilikinya,
masih memperoleh keuntungan usaha yang tinggi. Oleh karena itu perusahaan dapat melanjutkan
bisnisnya hingga tahun 2025 dengan tetap memperhatikan potensi sumberdayanya.
Peternakan Erif Farm memiliki indeks daya dukung lahan untuk hijauan, kandang serta
penanganan limbah yang lebih kecil dari 1. Hal ini tidak memungkinkan perusahaan peternakan
mengambil kebijakan perluasan area pengembangan hingga tahun 2025. Kebijakan yang dapat
ditetapkan bagi keberlanjutan peternakan adalah dengan memperbaiki tata kelola peternakan agar
keuntungannya lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk pengembangan di lokasi yang lain,
melalui investasi baru. Peternakan Acep Farm dengan indeks daya dukung lahan untuk
kandang lebih dari 3, maka kebijakan peningkatan populasi sapi produktif dapat ditetapkan
sampai tahun 2025. Namun perlu diperhatikan ketersediaan lahan untuk hijauan dan lahan untuk
penanganan limbah. Dengan kondisi populasi yang ada saat ini, Acep Farm sulit untuk
mengembangkan peluasan lahan untuk hijauan, kecuali mengurangi area untuk pengembangan
kandang.