Pengembangan Model Prediksi Risiko Kelas Bahaya Serangan Rayap Tanah di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Komposisi Spesies serta Karakteristik Tanah dan Iklim.
View/Open
Date
2017Author
Arinana
Rauf, Aunu
Nandika, Dodi
Harahap, Idham Sakti
Sumertajaya, I Made
Metadata
Show full item recordAbstract
Pesatnya pembangunan infrastruktur mengakibatkan perubahan ekosistem
yang memicu peningkatan frekuensi dan intensitas serangan rayap tanah pada
bangunan gedung. Saat ini belum ada penelitian yang komprehensif mengenai
tingkat bahaya serangan rayap di DKI Jakarta. Penelitian bertujuan untuk
mempelajari karakteristik rayap tanah dan tingkat serangannya serta
mengembangkan model prediksi risiko kelas bahaya serangan rayap tanah pada
bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan kondisi tanah dan iklimnya.
Penelitian dilakukan di seluruh kecamatan di DKI Jakarta. Setiap kecamatan
dipilih dua kelurahan contoh secara acak. Di setiap kelurahan contoh ditanam 15-
25 kayu umpan dari Tusam (Pinus merkusii Junghuhn et de Vriese) ukuran 2 cm x
2 cm x 46 cm. Di setiap kelurahan contoh diambil tanah contoh. Data iklim
diperoleh dengan cara meletakkan alat LCD Digital Temperature Humidity Data
Recording Logger Meter di setiap kota administrasi. Setelah tiga bulan seluruh
kayu umpan dicabut dan diperiksa serangan rayapnya sehingga diketahui
frekuensi serangan di setiap kelurahan contoh. Setiap kayu umpan dinilai
intensitas kerusakannya berdasarkan ASTM D1758 – 06 yang dimodifikasi.
Rayap diidentifikasi mengacu pada kunci identifikasi rayap Tho (1992) dan
Akhmad (1958). Struktur komunitas rayap dihitung menggunakan Rumus
Margalef, Shannon Weiner, dan Pielou. Intensitas kerusakan akibat serangan
rayap di analisis non parametrik Kruskal Wallis dan regresi logistik ordinal.
Analisis biplot dilakukan untuk menggambarkan data tabel (berupa objek dan
peubah) dalam grafik berdimensi dua. Sebelum analisis regresi, korelasi antar
variabel bebas dilakukan. Selanjutnya t test dan analisis regresi logistik biner
dilakukan untuk mengetahui perbedaan karakteristik tanah dan iklim kelurahan
contoh yang rayapnya aktif menyerang kayu umpan dan kelurahan contoh yang
tidak diserang rayap. Pengaruh karakteristik tanah dan iklim terhadap frekuensi
serangan dianalisis menggunakan regresi logistik Poisson. Kelas frekuensi
serangan dianalisis dengan menggunakan regresi logistik ordinal. Pengaruh
karakteristik tanah dan iklim terhadap intensitas kerusakan dianalisis dengan one
way anova dan regresi logistik ordinal. Kombinasi antara frekuensi serangan dan
intensitas kerusakan kayu umpan menunjukkan tingkat bahaya serangan rayap,
sehingga tersusun 3 klasifikasi risiko kelas bahaya serangan rayap, yaitu rendah
(1), sedang (2), dan tinggi (3). Risiko kelas bahaya serangan rayap (variabel
terikat) bersifat ordinal sedangkan variabel penduga terdiri atas data kontinyu dan
kategorik. Karakteristik tanah (salinitas, pH, C organik, pasir, debu, liat, rasio
pasir/liat) dan iklim (suhu dan kelembapan) merupakan data kontinyu, sedangkan
ditemukannya spesies rayap tertentu merupakan data kategorik.
Hasil penelitian menunjukkan salinitas tanah di DKI Jakarta berkisar
0.066-0.451 dS/m (rata-rata 0.193 dS/m), termasuk dalam kategori netral dan
tidak mengganggu aktivitas mahluk hidup termasuk rayap. Tekstur tanah
umumnya liat yaitu di 54 kelurahan contoh (64%) dengan kandungan liat berkisar
39.62%-60.13%. Sementara itu kandungan C organik pada tanah berkisar 1.32%-
2.51% dengan pH 6.67-7.34. Rayap memiliki peran dalam meningkatkan
kandungan bahan organik tanah yang digunakan untuk membangun sarang dan
juga memodifikasi komposisi mineral tanah. Rata-rata suhu udara selama
penelitian berlangsung berkisar 29.3 oC – 30.1 oC, suhu minimum 21.9 oC – 26.1
oC, dan suhu maksimum 35.3 oC – 38.8 oC. Suhu udara tersebut sangat
mendukung kehidupan rayap tanah. Rata-rata kelembapan udara selama
penelitian berlangsung berkisar 68.2%-72.3%, nilai minimum sebesar 35.4% dan
nilai maksimum sebesar 91.9%.
Hasil identifikasi menunjukkan ditemukan empat spesies rayap tanah di
DKI Jakarta yaitu Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes javanicus,
Microtermes insperatus, dan Macrotermes gilvus. S. javanicus hanya ditemukan
di satu kelurahan contoh. M. gilvus ditemukan di Jakarta Timur dan Jakarta
Selatan, yaitu di enam kelurahan contoh. M. insperatus paling banyak ditemukan
yaitu di 33 kelurahan contoh, akan tetapi tidak ditemukan di Jakarta Utara.
Distribusi C. curvignathus sangat luas yaitu menyerang di seluruh kota (22
kelurahan contoh). Berdasarkan perhitungan struktur komunitas, nilai
keanekaragaman spesies rayap tanah yang tertinggi ditemukan di Jakarta Selatan,
yaitu nilai H’ = 0.88 sedangkan terendah di Jakarta Utara (H’ = 0.45).
Rayap C. curvignathus merupakan spesies rayap yang paling merusak kayu
umpan karena serangannya mengakibatkan intensitas kerusakan yang tinggi
diikuti M. gilvus, M. insperatus, dan S. javanicus. Berdasarkan diagram kotak
garis nilai median C. curvignathus adalah 10, M. insperatus 8, dan M. gilvus 9.
Berdasarkan analisis non parametrik (Kruskal-Wallis), intensitas serangan C.
curvignathus secara signifikan berbeda nyata dengan M. insperatus namun tidak
berbeda nyata dengan M. gilvus. Intensitas serangan M. insperatus tidak berbeda
nyata dengan M. gilvus. Hasil analisis regresi logistik ordinal menunjukkan hal
yang serupa, intensitas kerusakan kayu umpan akibat serangan C. curvignathus
lebih parah dibandingkan M. gilvus. Sementara intensitas kerusakan kayu umpan
akibat M. insperatus lebih rendah dari pada M. gilvus.
Analisis biplot memperlihatkan bahwa spesies rayap C. curvignathus dan M.
insperatus bisa berkembang dengan baik dengan kandungan salinitas, pasir, rasio
pasir/liat, pH yang tinggi (diatas rata-rata), suhu di bawah rata-rata dan dominan
pada rata-rata kandungan C organik. Nilai rasio pasir/liat pada kedua spesies
rayap tersebut cenderung seimbang, yaitu berturut-turut adalah 1.10 dan 1.02. Ini
berarti bahwa spesies tersebut berkembang baik pada rasio pasir/liat yang
seimbang. M. gilvus dapat berkembang pada kandungan C organik dan debu yang
tinggi, sedangkan S. javanicus berkembang pada liat dan suhu udara yang tinggi
serta C organik yang rendah. Berdasarkan analisis biplot dapat dilihat bahwa di
Jakarta Selatan dan Timur, frekuensi serangan dan intensitas kerusakan akibat
serangan rayap C. curvignathus, M. insperatus, dan M. gilvus adalah tinggi,
sedangkan di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara, frekuensi serangan
dan intensitas kerusakan akibat ketiga spesies rayap tersebut rendah. Di Jakarta
Utara hanya ditemukan spesies rayap S. javanicus dengan frekuensi serangan dan
intensitas kerusakan yang rendah.
Korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang erat antara
rasio pasir/liat dengan pasir dan liat, juga antara suhu dengan RH. Untuk
mencegah auto korelasi peubah yang diolah adalah salinitas, pH, C organik, debu,
v
rasio pasir/liat, dan suhu. Hasil t test dan regresi logistik biner, menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik tanah di kelurahan contoh yang kayu
umpannya terserang rayap dengan yang tidak terserang rayap. Karakteristik iklim
di kelurahan contoh yang kayu umpannya terserang rayap berbeda dengan yang
tidak terserang rayap. Karakteristik tanah dan iklim di kelurahan contoh yang
terserang C. curvignathus secara umum tidak berbeda, sedangkan karakteristik
iklim di kelurahan contoh yang terserang M. insperathus dan yang tidak terserang
berbeda, serta karakteristik tanah di kelurahan contoh yang terserang M. gilvus
berbeda dengan kelurahan contoh yang tidak terserang M. gilvus. Hasil analisis
regresi logistik Poisson terhadap frekuensi serangan menunjukkan bahwa secara
umum karakteristik tanah dan iklim berpengaruh terhadap frekuensi serangan.
Akan tetapi bila frekuensi serangan tersebut dikelompokkan berdasarkan
klasifikasi Cookson dan Trajstman (2000), hasil analisis regresi logistik ordinal
menunjukkan bahwa karakteristik tanah dan iklim secara umum tidak berpengaruh
terhadap frekuensi serangan, kecuali pada M. insperatus dipengaruhi oleh suhu
sementara M. gilvus dipengaruhi oleh kandungan C organik. Sejalan dengan itu
hasil analisis one way annova dan regresi logistik ordinal secara umum terlihat
bahwa karakteristik tanah dan iklim tidak memberikan pengaruh terhadap
intensitas kerusakan, hanya intensitas kerusakan akibat serangan M. insperatus
berdasarkan hasil analisis regresi logistik ordinal dipengaruhi oleh suhu.
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik ordinal, tersusun dua model
penduga risiko kelas bahaya serangan rayap di Provinsi DKI Jakarta, yaitu:
Model Kategori 1:
1 2 3 6 7 8 10 11 12 logit 1 76.82 0.81 1.68 0.08 0.03 0.23 2.31 3.11 4.82 3.63 i i i i i i i i i i P Y x x x x x x x x x x
Model Kategori 2:
1 2 3 6 7 8 10 11 12 logit 2 73.65 0.81 1.68 0.08 0.03 0.23 2.31 3.11 4.82 3.63 i i i i i i i i i i P Y x x x x x x x x x x
Model tersebut mampu mengklasifikasikan 64 kelurahan contoh dengan tepat
sehingga tingkat akurasi model adalah 76.2%. Model berhasil memprediksi risiko
kelas bahaya rendah (kelas 1) sebesar 86.7%, kelas 2 (66.7%), dan kelas 3 (60%),
sehingga cukup baik digunakan sebagai penduga risiko kelas bahaya rayap di
DKI Jakarta.
Collections
- DT - Agriculture [756]