Show simple item record

dc.contributor.advisorBaga, Lukman M
dc.contributor.advisorTinaprilla, Netti
dc.contributor.authorMulyani
dc.date.accessioned2018-02-22T02:55:01Z
dc.date.available2018-02-22T02:55:01Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90986
dc.description.abstractHortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang telah memberikan kontribusi bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional. Dari berbagai jenis komoditas hortikultura, sayuran segar adalah salah satu dari komoditas hortikultura sebagai komoditi pangan strategis nasional (BKP 2010). Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan agroklimat yang sesuai untuk dilakukan budidaya sayuran, tomat diantaranya. Jawa Barat juga merupakan provinsi dengan produksi tomat terbanyak di Indonesia pada tahun 2013. Tomat merupakan salah satu komoditas agribisnis yang diunggulkan di Kabupaten Bandung Barat selain cabe dan buncis (Kementan 2010). Petani mengalami beberapa kendala jika menjalankan usahatani tomat secara individu, seperti sulitnya askes terhadap kredit, pasar, dan juga harga jual. Posisi tawar petani dapat meningkat dengan adanya kelembagaan usaha melalui kemitraan. Pelaksanaan kemitraan tersebut telah dilakukan oleh kelompok usahatani Mekar Tani Jaya dan CV Yan’s Fruit and Vegetables di Lembang. Kemitraan yang dilaksanakan antara petani mitra dengan CV Yan’s Fruit and Vegetables telah berlangsung lama, dan dalam pelaksanaannya terjadi penurunan jumlah petani mitra, yaitu dari 372 petani menjadi 74 petani. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya suatu masalah dalam kemitraan yang dijalin, yaitu mengapa sampai terjadi penurunan jumlah petani mitra?. Hal ini akan berdampak pada hubungan kerjasama, karena suatu kemitraan dapat dikatakan berhasil jika kemitraan tersebut dapat berkelanjutan. Adanya perbedaan kemampuan dalam mengelola, sumber daya yang dimiliki dapat memengaruhi terwujudnya kemitraan yang berkelanjutan. Kemitraan yang terjalin diatur dan ditentukan secara bijak agar dapat menciptakan win-win solution bagi semua pihak yang terlibat. Implementasi dari hubungan kerjasama tersebut dilaksanakan melalui pola-pola kemitraan yang bertujuan agar pelaksanaan kemitraan dapat terlaksana dengan baik serta diketahuinya secara jelas mengenai hak dan kewajiban bagi semua pihak yang bermitra. Tingkat kemitraan membantu dalam mengetahui keberadaan posisi hubungan kerjasama yang dilakukan, sehingga dengan menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing pihak diharapkan dapat merasa puas terhadap kinerja pelaksanaan kemitraan dan kemitraan dapat berkelanjutan. Hal tersebut penting dalam mewujudkan kemitraan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling memperkuat, sehingga dilakukan penelitian mengenai kemitraan usaha tomat di Lembang, Jawa Barat. Penelitian bertujuan mengidentifikasi pola kemitraan yang telah terjalin akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan acuan teori menurut Eaton dan Shepherd (2001) dan Departemen Pertanian (2002). Tujuan kedua penilaian tingkat hubungan kemitraan melalui penilaian derajat kemitraan, dan tujuan ketiga menggunakan model IPA (Importance Performance Analysis) dalam menganalisis persepsi menurut petani mitra dan CV Yan’s Fruit and Vegetables. Penelitian dilakukan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada bulan Juli 2015 dengan responden berjumlah 40 petani mitra. Analisis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan melalui pendekatan secara deskriptif untuk mengetahui informasi kondisi atau gambaran umum dari kemitraan yang telah terlaksana. Sementara analisis data kuantitatif berupa penilaiaan skor derajat kemitraan dan metode IPA (Importance Performance Analysis). Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala likert yaitu skor 1 hingga skor 5 dengan 30 atribut melalui empat dimensi yaitu context, input, process, dan output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan kerjasama yang telah dilakukan CV Yan’s Fruit and Vegetables dengan petani mitra dapat diidentifikasi menggambarkan pola kemitraan informal jika mengacu teori Eaton dan Shepherd. Kekhasan produk dari model kemitraan ini adalah produk membutuhkan pengolahan minimal atau kemasan serta koordinasi vertikal (misalnya buah segar, sayuran, kadang-kadang juga tanaman pokok). Pada model ini, terdapat beberapa kekurangan yaitu tidak adanya kontrak perjanjian secara tertulis. Sementara jika mengacu pada Deptan dapat diidentifikasi termasuk pola kemitraan dagang umum. Kemitraan yang dilaksanakan oleh oleh CV Yan’s Fruit and Vegetables dengan petani mitra meliputi pemenuhan pasokan tomat yang sesuai standar dan kriteria tertentu, penampungan dan pemasaran hasil tomat. Penilaian derajat kemitraan menurut petani mitra sebesar 680 dan pihak CV Yan’s Fruit and Vegetables sebesar 655. Hasil tersebut menunjukkan kemitraan yang dilakukan termasuk kategori tingkat kemitraan madya (501-750). Hasil penilaian persepsi menurut petani mitra menunjukkan kuadran I (prioritas utama) memiliki nilai persentase tertinggi sebesar 30.00 persen dengan 9 atribut. Sementara penilaian persepsi menurut CV Yan’s Fruit and Vegetables menunjukkan dominan pada Kuadran III (prioritas rendah) sebesar 53.33 persen dengan 16 atribut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.subject.ddcFood Commodityid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBandung, Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Kemitraan Usaha Tomat di Lembang, Jawa Barat (Studi Kasus Kelompok Usahatani Mekar Tani Jaya).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKemitraanid
dc.subject.keywordKinerjaid
dc.subject.keywordTomatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record