Analisis Kemitraan Usaha Tomat di Lembang, Jawa Barat (Studi Kasus Kelompok Usahatani Mekar Tani Jaya).
Abstract
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang telah
memberikan kontribusi bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional.
Dari berbagai jenis komoditas hortikultura, sayuran segar adalah salah satu dari
komoditas hortikultura sebagai komoditi pangan strategis nasional (BKP 2010).
Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan agroklimat yang sesuai untuk
dilakukan budidaya sayuran, tomat diantaranya. Jawa Barat juga merupakan
provinsi dengan produksi tomat terbanyak di Indonesia pada tahun 2013. Tomat
merupakan salah satu komoditas agribisnis yang diunggulkan di Kabupaten
Bandung Barat selain cabe dan buncis (Kementan 2010). Petani mengalami
beberapa kendala jika menjalankan usahatani tomat secara individu, seperti
sulitnya askes terhadap kredit, pasar, dan juga harga jual. Posisi tawar petani dapat
meningkat dengan adanya kelembagaan usaha melalui kemitraan. Pelaksanaan
kemitraan tersebut telah dilakukan oleh kelompok usahatani Mekar Tani Jaya dan
CV Yan’s Fruit and Vegetables di Lembang.
Kemitraan yang dilaksanakan antara petani mitra dengan CV Yan’s Fruit
and Vegetables telah berlangsung lama, dan dalam pelaksanaannya terjadi
penurunan jumlah petani mitra, yaitu dari 372 petani menjadi 74 petani. Kondisi
tersebut mengindikasikan adanya suatu masalah dalam kemitraan yang dijalin,
yaitu mengapa sampai terjadi penurunan jumlah petani mitra?. Hal ini akan
berdampak pada hubungan kerjasama, karena suatu kemitraan dapat dikatakan
berhasil jika kemitraan tersebut dapat berkelanjutan. Adanya perbedaan
kemampuan dalam mengelola, sumber daya yang dimiliki dapat memengaruhi
terwujudnya kemitraan yang berkelanjutan. Kemitraan yang terjalin diatur dan
ditentukan secara bijak agar dapat menciptakan win-win solution bagi semua
pihak yang terlibat. Implementasi dari hubungan kerjasama tersebut dilaksanakan
melalui pola-pola kemitraan yang bertujuan agar pelaksanaan kemitraan dapat
terlaksana dengan baik serta diketahuinya secara jelas mengenai hak dan
kewajiban bagi semua pihak yang bermitra.
Tingkat kemitraan membantu dalam mengetahui keberadaan posisi
hubungan kerjasama yang dilakukan, sehingga dengan menyadari kelebihan dan
kekurangan masing-masing pihak diharapkan dapat merasa puas terhadap kinerja
pelaksanaan kemitraan dan kemitraan dapat berkelanjutan. Hal tersebut penting
dalam mewujudkan kemitraan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan,
dan saling memperkuat, sehingga dilakukan penelitian mengenai kemitraan usaha
tomat di Lembang, Jawa Barat. Penelitian bertujuan mengidentifikasi pola
kemitraan yang telah terjalin akan dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dengan acuan teori menurut Eaton dan Shepherd (2001) dan
Departemen Pertanian (2002). Tujuan kedua penilaian tingkat hubungan
kemitraan melalui penilaian derajat kemitraan, dan tujuan ketiga menggunakan
model IPA (Importance Performance Analysis) dalam menganalisis persepsi
menurut petani mitra dan CV Yan’s Fruit and Vegetables.
Penelitian dilakukan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada bulan Juli
2015 dengan responden berjumlah 40 petani mitra. Analisis data yang digunakan
adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan melalui pendekatan
secara deskriptif untuk mengetahui informasi kondisi atau gambaran umum dari
kemitraan yang telah terlaksana. Sementara analisis data kuantitatif berupa
penilaiaan skor derajat kemitraan dan metode IPA (Importance Performance
Analysis). Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala likert yaitu skor 1
hingga skor 5 dengan 30 atribut melalui empat dimensi yaitu context, input,
process, dan output.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan kerjasama yang telah
dilakukan CV Yan’s Fruit and Vegetables dengan petani mitra dapat diidentifikasi
menggambarkan pola kemitraan informal jika mengacu teori Eaton dan Shepherd.
Kekhasan produk dari model kemitraan ini adalah produk membutuhkan
pengolahan minimal atau kemasan serta koordinasi vertikal (misalnya buah segar,
sayuran, kadang-kadang juga tanaman pokok). Pada model ini, terdapat beberapa
kekurangan yaitu tidak adanya kontrak perjanjian secara tertulis. Sementara jika
mengacu pada Deptan dapat diidentifikasi termasuk pola kemitraan dagang
umum. Kemitraan yang dilaksanakan oleh oleh CV Yan’s Fruit and Vegetables
dengan petani mitra meliputi pemenuhan pasokan tomat yang sesuai standar dan
kriteria tertentu, penampungan dan pemasaran hasil tomat.
Penilaian derajat kemitraan menurut petani mitra sebesar 680 dan pihak
CV Yan’s Fruit and Vegetables sebesar 655. Hasil tersebut menunjukkan
kemitraan yang dilakukan termasuk kategori tingkat kemitraan madya (501-750).
Hasil penilaian persepsi menurut petani mitra menunjukkan kuadran I (prioritas
utama) memiliki nilai persentase tertinggi sebesar 30.00 persen dengan 9 atribut.
Sementara penilaian persepsi menurut CV Yan’s Fruit and Vegetables
menunjukkan dominan pada Kuadran III (prioritas rendah) sebesar 53.33 persen
dengan 16 atribut.
Collections
- MT - Economic and Management [2971]