Evaluasi Toksisitas Nonilfenol pada Ikan Nila Oreochromis niloticus dan Ikan Komet Carassius auratus auratus.
View/Open
Date
2017Author
Yamin, Muhamad
Supriyono, Eddy
Harris, Enang
Nirmala, Kukuh
Junior, Muhammad Zairin
Metadata
Show full item recordAbstract
Nonilfenol (NP), BM 220.35 g mol-1 adalah zat yang dapat mengganggu
sistim endokrin (EDC) pada beberapa jenis ikan. Zat ini adalah produk utama dari
degradasi nonilfenol etoksilat (NPE), sebuah surfaktan non ionik yang tergolong
baru dan cukup banyak digunakan untuk detergen dan berbagai industri di dunia
termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh
nonilfenol pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan komet (Carassius
auratus) baik pada stadia perkembangan awal maupun dewasa untuk menentukan
level konsentrasi nonilfenol yang dampaknya tidak terlihat (NOEC), konsentrasi
terendah yang dampaknya masih terlihat (LOEC) dan konsentrasi maksimum dari
bahan beracun (kontaminan) yang masih dapat diterima tubuh (MATC). Evaluasi
pengaruh nonilfenol pada ikan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu uji mencari
nilai kisaran atau Range Finding Test (RFT), uji akut dan uji sub-kronis.
Perlakuan yang diberikan adalah beberapa konsentrasi nonilfenol yang didesain
dalam rancangan acak lengkap (RAL).
Pada tahap awal penelitian dilakukan uji RFT untuk semua jenis hewan uji
untuk mendapatkan batas atas dan bawah konsentrasi pada uji akut. Perlakuan
yang dilakukan pada RFT ini adalah tiga perlakuan nonilfenol dan satu kontrol
dengan masing-masing tiga ulangan. Konsentrasi nonilfenol diatur sesuai dengan
deret logaritmik yaitu 0.01, 0.10, dan 1.00 mg L-1. Konsentrasi yang menyebabkan
kematian larva ikan 100 persen kurang dari 24 jam setelah terpapar dianggap
sebagai ambang atas (LC100-24 jam) sedangkan konsentrasi yang tidak
menyebabkan adanya kematian setelah 24 jam (LC0-24 jam) dianggap sebagai
ambang bawah. Pada tahap ini didapatkan bahwa LC100-24 jam nonilfenol adalah
1.00 mg L-1 sementara LC0-24 jam adalah 0.10 mg L-1, kecuali untuk larva komet
yaitu 0.01 mg L-1.
Tahap kedua dilakukan uji akut yang bertujuan untuk menentukan nilai LC50
atau konsentrasi dimana 50% ikan uji mengalami kematian selama waktu paparan
96 jam (LC50–96 jam). Penelitian didesain dalam rancangan acak lengkap (RAL)
dengan tiga ulangan. Perlakuan konsentrasi nonilfenol yang digunakan pada larva
ikan nila yaitu: 0.00 (kontrol), 0.18, 0.25, 0.33, 0.45, dan 0.61 mg L-1; pada larva
ikan komet yaitu: 0.00 (kontrol) 0.05, 0.09, 0.16, 0.28, dan 0.50 mg L-1 dan pada
ikan komet dewasa adalah 0.00 (kontrol), 0.20, 0.30, 0.45, 0.67, 1.00 mg L-1.
Hasil analisis probit menujukkan nilai LC50 nonilfenol pada jam ke-96 pada larva
ikan nila dan ikan komet berturut-turut berada pada konsentrasi nonilfenol 0.33
dan 0.10 mg L-1, sedangkan ikan komet dewasa adalah 0.54 mg L-1.
Pada tahap ketiga dilakukan uji sub kronis pada larva ikan komet dan nila.
Pada tahap ini penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi sub
kronis nonilfenol pada stadia awal perkembangan ikan nila dan komet. Perlakuan
konsentrasi nonilfenol untuk larva nila adalah 0.00 (kontrol), 0.02, 0.07 0.12 dan
0.17 mg L-1 dan larva komet adalah 0.00, 0.01, 0.04 dan 0.07 mg L-1. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi nonilfenol 0.07 mg L-1 atau
v
lebih tinggi selama 14 hari paparan menyebabkan sintasan larva ikan nila lebih
rendah dan berbeda nyata dibanding kontrol (p<0.05). Sementara hasil
pengamatan pada ikan komet menunjukkan bahwa konsentrasi nonilfenol 0.04 mg
L-1 atau lebih tinggi menyebabkan penurunan jumlah embrio yang berkembang di
dalam telur, derajad penetasan, dan sintasan larva pada hari ke-2. Nonilfenol juga
menyebabkan peningkatan jumlah larva yang mengalami gangguan pada
perkembangan gelembung renang dan yang mengalami abnormalitas. Gangguan
yang dialami larva pasca terpapar nonilfenol dari telur diantaranya gangguan
perkembangan kepala, pericardial edema (pembengkakan rongga perikardial/
jantung), tubuh bengkok (notochord), edema kantung kuning telur, kerdil
(dwarfisme), dan cacat mata.
Pada tahap keempat dilakukan uji sub-kronis nonilfenol pada ikan komet
dewasa bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh nonilfenol pada parameter
pertumbuhan dan reproduksi ikan komet. Penelitian didesain dalam rancangan
acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan nonilfenol dan tiga ulangan yaitu
0.00 (kontrol), 0.03, 0.12, 0.21, dan 0.30 mg L-1. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa konsentrasi nonilfenol 0.12 mg L-1 menyebabkan perubahan kondisi semen
(warna, pH, dan motilitas sperma), penurunan jumlah sperma, dan penurunan
kemampuan membuahi ikan komet jantan. Selain itu, nonilfenol menyebabkan
penurunan produksi dan kualitas telur untuk dibuahi sperma pada ikan betina.
Merujuk pada Kriteria Toksisitas Bahan dari US-EPA 2012 dan Komisi
Pestisida, Departemen Pertanian, Indonesia, maka nilai LC50-96 jam nonilfenol
pada stadia perkembangan awal ikan nila dan komet serta stadia dewasa ikan
komet, yang berada di bawah 1.00 mg L-1 menunjukkan bahwa nonilfenol
tergolong dalam bahan berbahaya dengan daya racun yang sangat tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai MATC nonilfenol berada
pada konsentrasi 0.02 mg L-1. Nilai ini masih berada di atas konsentrasi
nonilfenol yang ditemukan di Sungai Cikamasan. Namun demikian diperkirakan
konsentrasi nonilfenol di Sungai Ciliwung (hilir Sungai Cikamasan) dan beberapa
sungai lain yang melewati kawasan pabrik garmen dan pemukiman padat
penduduk lebih tinggi dibanding di Sungai Cikamasan. Sehingga keberadaan
nonilfenol berpotensi mengancam kelangsungan usaha budidaya perikanan yang
memanfaatkan air dari sungai tersebut khususnya untuk budidaya ikan nila dan
ikan komet. Untuk menjaga keberlangsungan budidaya perikanan air tawar
khususnya ikan nila dan komet, maka keberadaan nonilfenol perlu menjadi salah
satu parameter dalam analisis kualitas air yang perlu mendapat perhatian.
Collections
- DT - Fisheries [733]