dc.description.abstract | Pencapaian kesejahteraan masyarakat tani atau kelompok tani diperlukan upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat tani itu sendiri dan dari pihak luar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pemberdayaan bagi masyarakat tani, sebab dengan pemberdayaan, masyarakat tani atau kelompok tani dapat menjadi pelaku utama atau subyek pembangunan pertanian di masyarakat. Walaupun fakta menyatakan bahwa upaya pemberdayaan yang sering dilakukan terkadang sulit mencapai tujuan pemberdayaan itu sendiri yaitu keberdayaan kelompok tani.
Pencapaian keberdayaan kelompok tani melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan motivasi untuk melakukan perubahan sosial dan melakukan kontrol atas kehidupannya. Untuk mencapai keberdayaan kelompok tani salah satu usaha yang dapat dilakukan melalui proses komunikasi pembangunan partisipatif atas aktor komunikasi yang berperan sebagai pelaku utama dalam usahatani. Penerapan komunikasi pembangunan partisipatif pada pengelolaan usahatani padi dalam kelompok tani dapat meningkatkan keberdayaan kelompok tani dari sisi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.
Bidang pertanian terus berbenah diri dengan mengucurkan berbagai program pertanian. Tahun 2007 dikuncurkan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), targetnya kelompok tani. Program partisipatif artinya pelaku usahatani dapat berpartisipasi dengan tujuan masyarakat tani meningkat keberdayaan untuk kesejahteraan (Kementerian Pertanian, 2013). Sejalan konsep Rogers dan Kincaid (1981), proses komunikasi terjadi melalui sharing informasi antara individu selanjutnya interpretasi makna pesan yang akan melahirkan pemahaman bersama, konsensus dan tindakan bersama dalam realitas fisik dan sosial, sebagai tujuan komunikasi partisipatif. White et al. (2004), menegaskan secara konseptual dan fungsional partisipasi dimaknai pengambilan tindakan dan menentukan arah perubahan sosial masyarakat, berupa kekuasaan, pengendalian, dialog, penyadaran, berbagi pengetahuan, kelas tertindas, pemberdayaan, dan kesetaraan. unsur ini merupakan bagian integral dari tindakan partisipasi dan termasuk komunikasi partisipatif.
Menghadapi tuntutan daya saing di era globalisasi, perlu dirancang suatu model dan strategi komunikasi pembangunan pertanian yang mengedepankan masyarakat lokal dengan dimensi kulturalnya. Bessette (2004) menyatakan komunikasi pembangunan partisipatif adalah alat yang ampuh untuk memfasilitasi proses pembangunan di daerah perdesaan. Model komunikasi pembangunan partisipatif adalah masyarakat, pemerintah, pemangku kepentingan, toko masyarakat dan agen pembangunan terlibat dalam musyawarah tingkat lokal untuk merencanakan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi program pembangunan. Pelaksanaan komunikasi pembangunan partisipatif dapat berlangsung secara partisipatif dengan dukungan kelompok tani, informasi program pertanian, penyuluh pertanian, dukungan lingkungan, dan kemampuan
vi
kelompok tani memanfaatkan modal sosial sebagai energi pendorong pada proses komunikasi partisipatif.
Tujuan penelitian adalah: (1) menganalisis tingkat keberdayaan kelompok tani; (2) menganalisis pemanfaatan modal sosial dalam pelaksanaan komunikasi pembangunan partisipatif; (3) menganalisis pelaksanaan komunikasi pembangunan partisipatif untuk meningkatkan keberdayaan kelompok tani; (4) merumuskan model dan strategi komunikasi pembangunan partisipatif dalam meningkatkan keberdayaan kelompok tani.
Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik dengan menggunakan metode survey. Populasi penelitian adalah seluruh kelompok tani di Kabupaten Sleman dan Kulon Progo yang tergabung dalam program GP-PTT tahun 2015 yang berjumlah 268 kelompok tani. Menggunakan pendekatan rumus Slovin, maka diperoleh contoh sebesar 170 kelompok tani, selanjutnya contoh dipilih secara random. Pengambilan data penelitian dilakukan secara kuantitatif yaitu penyebaran kuesioner kepada sejumlah contoh yang telah ditentukan. Untuk melengkapi data kuantitatif dilakukan wawancara kepada informan yang dipilih yaitu anggota kelompok tani dan ketua, penyuluh pertanian, koordinator penyuluh pertanian. Analisis data dengan pendekatan deskriptif dan infrensial. Analisis deskriptif untuk menggambarkan sebaran contoh pada setiap peubah penelitian. Analisis infrensial digunakan untuk melakukan estimasi atau pendugaan terhadap populasi untuk melihat sejauh mana peubah bebas memengaruhi peubah terikat dan menganalisis model penelitian yang dirancang dengan model penelitian sesungguhnya, analisis inferensial menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) tingkat keberdayaan kelompok tani rendah dan tingkat partisipasi kelompok tani dalam pelaksanaan komunikasi pembangunan partisipatif rendah serta pemanfaatan modal sosial dalam proses komunikasi pembangunan partisipatif berkategori tinggi; (b) tingkat pelaksanaan komunikasi pembangunan partisipatif dipengaruhi oleh karakteristik kelompok tani dengan penguatan budaya kelompok dari sisi ukuran, kohesi dan kepemimpinan, mutu informasi program, peran penyuluh pertanian, dukungan lingkungan dan pemanfaatan modal sosial dengan penguatan dari sisi trust, norma dan jaringan; (c) tingkat keberdayaan kelompok tani dipengaruhi oleh pelaksanaan komunikasi pembangunan partisipatif; (d) Model komunikasi pembangunan partisipatif dalam meningkatkan keberdayaan kelompok tani ditentukan oleh pengaruh: karakteristik kelompok tani dengan penguatan budaya kelompok dari sisi ukuran kelompok, kohesi dan kepemimpinan, mutu informasi program, peran penyuluh pertanian, dukungan lingkungan, dan penguatan pemanfaatan modal sosial dari sisi trust, norma dan jaringan sosial; e) strategi komunikasi pembangunan partisipatif dengan cara: penguatan kualitas karakteristik kelompok tani, perbaikan kualitas informasi program, penguatan peran penyuluh pertanian, penguatan dukungan lingkungan, dan penguatan dalam pemanfaat modal sosial. | id |