Show simple item record

dc.contributor.advisorDamar, Ario
dc.contributor.advisorAdrianto, Luky
dc.contributor.advisorSoedharma, Dedi
dc.contributor.authorAdi, I Nyoman Darma
dc.date.accessioned2018-02-22T01:59:03Z
dc.date.available2018-02-22T01:59:03Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90905
dc.description.abstractEkosistem terumbu karang di kepulauan Seribu mengalami berbagai tekanan baik yang berasal dari kegiatan di pulau Seribu sendiri maupun tekanan dari kegiatan di luar pulau. Sejumlah 13 sungai dari pulau Jawa berpotensi mengangkut berbagai polutan ke kepulauan Seribu. Demikian pula sumber pencemar lain dari beberapa sungai di Lampung dan aktifitas transportasi kapalkapal yang melewati kawasan tersebut. Ekosistem terumbu karang di kepulauan Seribu terus mengalami tekanan dan hasil pemantauan yang dilakukan berbagai pihak kondisi tutupan terumbu karang berfluktuasi dengan kecenderungan menurun. Hasil terkini pemetaan terumbu karang di kepulauan Seribu adalah sebagai berikut:  Wilayah Selatan, rerata tutupan terumbu karang sebesar 29,4%;  Wilayah Tengah, rerata tutupan terumbu karang sebesar 47,66 %  Wilayah Utara, rerata tutupan terumbu karang sebesar 44,51% Hasil penelitian Pemda DKI rerata tutupan terumbu karang untuk seluruh kepulauan Seribu pada tahun 2013 sebesar 28,14%. Hasil analisis keberhasilan dalam transplantasi terumbu karang yang didasarkan atas penghitungan survival rate di kepulauan Seribu dari wilayah Selatan sampai Utara berkisar antara 17- 90%. Keberhasilan dalam pengelolaan terumbu karang tidak lepas dari faktor manajemen dan strategi yang diterapkan dalam pengelolaan. Untuk mengetahui strategi yang paling tepat dalam pengelolaan maka sudah dilakukan analisis berbagai pihak (stakeholders) yang pengaruhnya sangat kuat sebagai pengendali kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan berbagai pihak yang pengaruhnya sangat menentukan adalah: 1) Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu 2) Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu 3) Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dirjen Pengembangan Pulau-pulau Kecil 4) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (ASDEP Pengendalian Pencemaran Laut dan Pesisir) Berdasarkan hasil analisis AWOT, maka berikut adalah strategi prioritas yang harus diterapkan di masing-masing wilayah: 1) Wilayah Selatan, strategi prioritas yang harus diterapkan adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan skor 45,1% 2) Untuk wilayah Tengah strategi prioritas terpilih adalah pemberdayaan kelompok pelaksana menjadi kelompok pengawas dalam pengelolaan terumbu karang dengan skor sebesar 42,7%. 3) Wilayah Utara strategi prioritas mengalami permasalahan yang berbeda dengan wilayah Selatan, yang terpilih adalah membentuk co-management bekerjasama dengan pihak swasta dengan skor sebesar 57,7% Berdasarkan hasil pemodelan dinamik menggunakan perangkat lunak Vensim yang dijalankan selama 100 tahun, maka hasil prediksi kondisi terumbu karang adalah sebagai berikut: 1) Wilayah Selatan, tanpa dilakukan strategi, maka tutupan terumbu karang akan terus menurun sampai mencapai 80% dari kondisi sekarang, sedangkan dengan menerapkan strategi prioritas terpilih, tutupan terumbu karang akan terus meningkat sampai mencapai 90%. Strategi lainnya dapat meningkatkan tutupan terumbu karang pada kisaran 10-20%. 2) Wilayah Tengah, tanpa dilakukan strategi, maka tutupan terumbu karang akan terus menurun sampai mencapai 80% dari kondisi sekarang, sedangkan dengan menerapkan strategi prioritas terpilih, tutupan terumbu karang akan terus meningkat sampai mencapai 90% dari kondisi saat ini. Strategi lainnya dapat meningkatkan tutupan terumbu karang pada kisaran 30-60%. 3) Wilayah Utara, tanpa dilakukan strategi, maka tutupan terumbu karang akan terus menurun sampai mencapai 5% dari kondisi sekarang, sedangkan dengan menerapkan strategi prioritas terpilih, tutupan terumbu karang akan terus meningkat sampai mencapai 40%. Strategi lainnya dapat meningkatkan tutupan terumbu karang pada kisaran 6-15%. 4) Tanpa melakukan strategi baru, tutupan terumbu karang wilayah Tengah paling cepat mengalami penurunan, sedangkan dengan menerapkan strategi baru yang terpilih berdasarkan analisis AWOT, maka wilayah Tengah paling cepat mengalami perbaikan. Dengan demikian wilayah Tengah harus dijadikan prioritas dalam melakukan pemulihan dan mempertahankan keberlanjutan ekosistem terumbu karang.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcEnvironmental Sciencesid
dc.subject.ddcSustainable Developmentid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcKepulauan Seribu, Jakartaid
dc.titleModel Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Secara Berkelanjutan di Kepulauan Seribuid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordterumbu karangid
dc.subject.keywordpengelolaan terumbu karangid
dc.subject.keywordberkelanjutanid
dc.subject.keywordKepulauan Seribuid
dc.subject.keywordpemodelanid
dc.subject.keywordVensimid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record