Analisis Bahaya Bencana Alam Berbasis Peta Ekoregion di Provinsi Banten.
Abstract
Peta ekoregion tergolong peta tematik baru di Indonesia dan telah
memetakan seluruh wilayah Indonesia. Melihat isi peta ekoregion yang tersusun
atas bentuklahan, ekosistem, dan komunitas vegetasi, maka peta ini seharusnya
dapat digunakan untuk menghasilkan informasi baru terkait isyu lingkungan,
seperti pemetaan daya dukung atau pemetaan kerawanan bencana alam. Penelitian
ini mengambil lokasi di Provinsi Banten dan memanfaatkan peta ekoregion untuk
tujuan melakukan penilaian geoindikator untuk kerawanan bencana (longsor,
banjir, dan tsunami) yang berbasis ekoregion, penilaian kerawanan bencana
(susceptibility) berdasarkan geoindikator terpilih, dan melakukan penilaian bahaya
bencana (hazard) berdasarkan hasil analisis kerawanan bencana. Pencapaian
tujuan ini dilakukan dengan menggunakan metode multi criteria evaluation
(MCE) dan peta ekoregion sebagai dasar pemetaan (unit analisis). Kriteria yang
dianalisis adalah karakter dari setiap satuan ekoregion yang meliputi variabel
bentuklahan, ekosistem, dan komunitas vegetasi. Setiap variabel tersebut
dianalisis dengan metode Analitycal Hierarchy Process atau AHP untuk
mendapatkan skor dan bobot dari setiap kriteria. Selanjutnya hasil analisis
kerawanan dinilai dengan menggunakan pendekatan parametrik untuk
memperoleh peta bahaya bencana alam. Hasil analisis kerawanan bencana
selanjutnya dinilai tingkat akurasinya dengan metode kappa baik secara
keseluruhan (overall accuracy) maupun pada setiap kelasnya. Nilai kappa ini
digunakan untuk menunjukkan tingkat keakuratan model.
Hasil analisis menunjukkan bahwa bentuklahan merupakan geoindikator
yang memiliki bobot paling tinggi untuk menilai kerawanan bencana longsor,
banjir dan tsunami, disebabkan oleh adanya informasi mengenai morfologi dan
morfogenesis atau proses pembentukan bentuklahan tersebut. Zona rawan longsor
pada tingkat sedang hingga sangat tinggi tersebar pada bentuklahan-bentuklahan
perbukitan dan pegunungan, sementara untuk zona rawan banjir dan tsunami
tersebar pada dataran fluvial dan fluvio-marin. Analisis dan pemetaan zona rawan
bencana ini mempunyai akurasi yang baik (>80%) sehingga peta ekoregion sangat
baik digunakan untuk pemetaan daerah rawan bencana. Sementara itu persebaran
zona bahaya (hazard) longsor, banjir, dan tsunami tampak sangat logis, meskipun
hasil uji akurasi zona bahaya longsor dan banjir menunjukkan nilai overall
accuracy yang agak rendah, berturut-turut 74% dan 80.9%. Hal ini bisa
disebabkan oleh kurang memadainya jumlah data lapangan untuk mengujinya.
Metode sederhana ini diharapkan sangat aplikatif sehingga dapat digunakan oleh
Pemda untuk pemerintah daerah dalam rangka memperkaya peta-peta
kebencanaan alam di wilayahnya, mengingat bahwa peta ekoregion sudah meliput
seluruh wialayah indonesia.
Collections
- MT - Agriculture [3859]