dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara produsen biji kakao terbesar ketiga dunia. Penerapan
kebijakan Bea Keluar (BK) pada biji kakao sejak April 2010 menyebabkan nilai
ekspor biji kakao Indonesia terus mengalami penurunan secara signifikan, namun
produk kakao olahan mengalami peningkatan secara signifikan terutama pada pasta
kakao dan lemak kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
posisi perdagangan kakao (biji kakao, pasta kakao, dan lemak kakao), menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor kakao Indonesia dan dayasaing
kakao Indonesia di negara tujuan ekspor utama periode 2006-2015. Metode Indeks
Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis posisi perdagangan
kakao Indonesia. Analisis Gravity Model digunakan untuk menganalisis faktorfaktor
yang memengaruhi permintaan ekspor kakao Indonesia. Metode Revealed
Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) digunakan
untuk menganalisis posisi dayasaing kakao Indonesia. Hasil dari metode ISP
menunjukkan bahwa Indonesia cenderung menjadi eksportir kakao. Faktor-faktor
yang secara signifikan memengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia ke
negara tujuan meliputi GDP riil per kapita negara tujuan, nilai tukar negara riil dan
jarak ekonomi. Pada pasta kakao, variabel yang berpengaruh, yaitu nilai tukar riil,
harga ekspor, dan kebijakan BK. Pada lemak kakao, variabel yang berpengaruh,
yaitu GDP riil per kapita negara tujuan, harga ekspor, dan kebijakan BK. Hasil dari
metode RCA menunjukkan dayasaing komoditas biji kakao Indonesia menurun di
semua negara tujuan ekspor setelah adanya kebijakan BK, namun dayasaing
komoditas pasta dan lemak kakao Indonesia mengalami peningkatan. Hasil metode
EPD menunjukkan posisi pasar kakao sebagian besar menurun posisinya dari
Rising Star menjadi Falling Star. | id |