Analisis Manajemen Kolaboratif Dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (Tnkps).
View/Open
Date
2016Author
Prabowo, Eka Dana
Arief, Harnios
Sunarminto, Tutut
Metadata
Show full item recordAbstract
Seluruh kawasan TNKpS merupakan kawasan perairan meskipun di
dalamnya terdapat 110 daratan, namun hanya dua pulau yang dikelola oleh
TNKpS (Pulau Penjaliran Barat dan Timur). Lima (5) dari 108 daratan yang ada
di TNKpS merupakan pulau pemukiman dengan jumlah penduduk mencapai
14.061 jiwa. Banyaknya pihak yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan
sumberdaya di TNKpS dengan fungsi dan peran yang berbeda-beda juga ikut
menambah kompleksitas pengelolaan TNKpS. Kompleksitas pengelolaan TNKpS
tidak dapat diselesaikan oleh pihak TNKpS sendiri melainkan harus berkolaborasi
dengan pihak lain. Permasalahan yang muncul adalah terciptanya gap pengelolaan,
yang terjadi ketika tujuan yang ingin dicapai tidak mampu diimbangi dengan
sumberdaya yang dimiliki. Gap pengelolaan dapat diatasi dengan melakukan
kerjasama ataupun kolaborasi dengan pihak yang memiliki kelebihan untuk
menutupi kekurangan para pihak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tujuan pengelolaan dan
sumberdaya yang dimiliki para pihak, menganalisis dan memetakan gap
pengelolaan para pihak dengan TNKpS, serta merumuskan strategi pengelolaan
kolaboratif untuk mengatasi gap pengelolaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hampir keseluruhan kegiatan dalam RPTN juga dilakukan oleh pihak lain
yakni 11 dari 15 kegiatan. Namun hanya empat kegiatan yang terkoordinasikan
cukup baik. Pihak dengan tujuan ekologi seperti BTNKpS, LSM, dan Pemda
sedangkan pihak masyarakat, perguruan tinggi, dan swasta lebih pada peran netral
dalam tujuan lingkungan. Tujuan pengelolaan sosial di TNKpS lebih dilakukan
oleh pihak Pemda yang terlihat dari skor penilaian sebesar 6.15 (kategori sesuai),
juga oleh BTNKpS dan LSM. Sementara tujuan ekonomi lebih pada pihak swasta
yaitu dengan skor penilaian sebesar 5.97 (kategori sesuai), juga masyarakat sekitar
dengan skor penilaian sebesar 5.69 (kategori sesuai).
Aspek SDM lebih pada pihak TNKpS, Pemda, swasta, dan LSM yang
memiliki SDM dengan kualitas yang baik pada bidang masing-masing, namun
kurang dalam segi jumlah. Aspek SDP pihak swasta dan LSM cukup banyak dan
lebih adaptif, sedangkan lembaga lain dan masyarakat memiliki SDP sedikit dan
cenderung kurang. Aspek SDF pihak swasta dan Pemda cukup banyak, sedangkan
pihak lembaga lain dan masyarakat kurang memiliki SDF. Aspek SDIT yang
dimiliki masyarakat sangat banyak, namun informasi dan data tersebut belum
sistematis dan terstruktur.
Hasil analisis SWOT menunjukkan posisi pada kuadran 1, yang berarti
memaksimalkan semua peluang yang ada dengan kekuatan yang dimiliki. Strategi
yang dapat digunakan adalah menerapkan strategi “Tipe 5” Mandell dan Steelman
dengan penyesuaian yaitu intensive resources sharing, meminimalisir resiko
pengelolaan kolaboratif, dan memfokuskan peran para pihak. Strategi selanjutnya
adalah penerapan pengelolaan terstruktur yang diimbangi dengan faktor pemaksa,
pengikat dan pendorong.
Collections
- MT - Forestry [1445]