Alokasi Pemanfaatan Ruang Masyarakat Di Kecamatan Long Pahangai
View/ Open
Date
2016Author
Renaldi, Dito Cahya
Jaya, I Nengah Surati
Rusdiana, Omo
Metadata
Show full item recordAbstract
Di Kalimantan Timur, masih ditemukan praktik pengelolaan hutan
berbasis masyarakat tradisional (adat). Salah satu masyarakat yang secara
tradisional melestarikan hutan adalah masyarakat Dayak karena mampu
melestarikan sumberdaya hutan melalui kehidupan sosial dan adat istiadatnya.
Masyarakat Dayak, umumnya hidup didalam hutan karena memiliki kearifan lokal
dalam memanfaatkan lahan hutan khususnya penataan ruang. Masyarakat
seringkali dihadapkan pada kondisi yang serba terbatas. Sehingga pemanfaatan
ruang dalam ruang lingkup mereka belum maksimal. Kondisi ini berpengaruh
pada pendapatan yang harus didapat pada ruang yang dimanfaatkan. Oleh karena
itu penelitian ini dilakukan atas dasar kebutuhan masyarakat akan suatu alokasi
yang dapat dimanfaatkan tetapi tidak melanggar ketentuan pemanfaatan yang
dibuat oleh adat istiadat. Alokasi ini dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan
lahan berdasarkan preferensi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pemanfataan ruang oleh masyarakat berdasarkan produktivitas
lahan serta preferensi masyarakat dengan memaksimalkan pendapatan sehingga
terbentuk tatanan fungsi ruang yang baik.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten
Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Oktober-Desember 2014
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer mencakup data spasial
dalam bentuk vektor (peta), data tabel (atribut). Seperti peta sistem lahan, peta
administrasi wilayah, peta RBI serta data sosial ekonomi masyarakat. Data
sekunder dikumpulkan dari instansi terkait dan studi literatur. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah prediksi erosi, analisis produktivitas,
analisis preferensi, analisis kemampuan lahan serta analisis optimasi dengan
program linier. Prediksi erosi yang dibangun menggunakan metode USLE.
Analisis produktivitas diperoleh dari nilai produktifitas per masing-masing
penggunaan lahan yang definisikan sebagai jumlah penerimaan dikurangi dengan
biaya tetap dan biaya operasional. Analisis preferensi didapat dari persepsi
masyarakat terhadap perubahan penggunaan lahan yang diinginkan. Analisis
kemampuan lahan diperoleh dari klasifikasi yang dibangun oleh Arsyad 2010
dengan menggunakan 8 (delapan) klasifikasi kelas lahan. Analisis optimasi
penggunaan lahan dengan linier programming yang dilakukan bertujuan untuk
memaksimumkan pendapatan masyarakat dari setiap tipe penggunaan lahan
dengan menggunakan software LINGO. Selain itu analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah analisis spasial dari tumpang susun (overlay) peta-peta yang
diperoleh dari analisis sebaran kemampuan lahan dari setiap penggunaan lahan
dan nilai optimasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju erosi yang masih dapat
ditoleransikan di daerah penelitian berkisar antara 16.05 hingga 39.06
ton/ha/tahun. Secara keseluruhan erosi (A) lebih besar atau masih diatas TSL
(Tolerable Soil Loss). Hanya hutan primer yang menunjukkan erosi lebih kecil
atau dibawah TSL. Di Kecamatan Long Pahangai tidak terdapat lahan yang
memiliki kelas kemampuan I-III. Luas kelas kemampuan terbesar terdapat pada
kelas kemampuan IV seluas 9 002 27 hektar atau sekitar 34.04%. Sedangkan 3
4661.9 hektar wilayah yang memiliki kelas kemampuan VIII . Produktifitas lahan
yang dihasilkan tergolong masih rendah, hal ini disebabkan karena faktor
pengelolaan lahan yang masih sangat terbatas.
Preferensi masyarakat menunjukan bahwa responden sebanyak 64% setuju
perubahan terjadi pada penggunaan lahan kebun menjadi pertanian lahan kering.
Biasanya responden yang menginginkan perubahan tersebut dikarenakan
penggunaan lahan kebun sudah tidak produktif. Biasanya terjadi pada kebun karet
yang saat ini dianggap tidak ada pasar. Hal yang menarik terjadi pada responden
yang mayoritas menginginkan adanya perubahan penggunaan lahan hutan
sekunder menjadi kebun sebanyak 90% dan hutan sekunder menajdi pertanian
lahan kering sebanyak 86%. Masyarakat menganggap bahwa jika hutan bisa di
jadikan kebun atau pertanian lahan kering dapat meningkatkan pendapatan.
Collections
- MT - Forestry [1419]