dc.description.abstract | Kelapa (Cocos nucifera) adalah komoditas yang memiliki peran yang tinggi
dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Peran tersebut dapat dilihat dari luas
tanam dan nilai yang dihasilkan dari komoditas kelapa tersebut. Provinsi Riau
adalah salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan kelapa terbesar.
Kebutuhan akan komoditas kelapa ini tinggi, yang berasal dari industri pengolahan
kelapa, yang membutuhkan kelapa sebagai bahan baku. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kelayakan finansial dan ekonomi usahatani kelapa (Cocos
nucifera). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode analisis data yang
digunakan dalam analisis kelayakan finansial dan ekonomi ini adalah analisis
lembaga dan saluran pemasaran, marjin pemasaran, Net Present Value atau nilai
bersih saat ini, IRR atau tingkat pengembalian internal, rasio Net B/C atau rasio
manfaat terhadap biaya, payback period atau periode pengembalian , dan analisis
sensitivitas. Hasil analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria kelayakan usaha
(NPV, IRR, Net B/C dan payback period) menunjukkan bahwa usahatani kelapa
layak untuk dijalankan. Analisis aspek ekonomi menunjukkan bahwa usahatani
kelapa juga memberikan keuntungan bagi masyarakat disekitar perkebunan kelapa,
yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan usahatani kelapa tersebut. Pemasaran
usahatani kelapa terdiri dari dua saluran pemasaran, saluran pemasaran 1 dan
saluran pemasaran 2. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran 1
adalah petani, pedagang pengumpul, dan pabrik pengolahan kelapa, sedangkan
lembaga dalam saluran pemasaran 2 terdiri dari petani, pedagang pengumpul, dan
pedagang asing (trader). Hasil analisis marjin pemasaran pada saluran pemasaran
1 dan 2 menunjukkan bahwa marjin pemasaran pada saluran pemasaran 1 lebih
besar dibandingkan marjin saluran pemasaran 2. Persentase penerimaan petani pada
saluran pemasaran 1 hanya sebesar 29.3% dari harga akhir, sedangkan dalam
saluran pemasaran 2 persentase penerimaan petani lebih besar, yaitu sebesar 44.1%. | id |