dc.description.abstract | Beberapa jenis mikronutrien diduga penting sebagai kofaktor dalam jalur
metabolik glukosa, memperbaiki fungsi sel β pankreas dan mengalirkan sinyal
insulin. Salah satu mikronutrien yang banyak dibahas sejak tahun 1950 sampai
sekarang dan diduga mampu bermanfaat bagi penyandang diabetes namun belum
konklusif adalah kromium. Tujuan penelitian untuk mempelajari dan
membandingkan profil kadar kromium serum dan asupan kromium penyandang
diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan nondiabetes, dan menganalisis efek
pemberian suplemen kromium pikolinat (CrPic) terhadap kontrol glikemik dan
resistensi insulin penyandang DMT2.
Penelitian berlokasi di 6 puskesmas wilayah Kota Denpasar, yakni
Puskesmas III Denpasar Utara, Pusesmas I Denpasar Timur, Puskesmas I
Denpasar Barat, Puskesmas II Denpasar Timur, Puskesmas II Denpasar Barat dan
Puskesmas IV Denpasar Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
dengan desain Randomized Controlled Trial dengan pembanding plasebo secara
double blind. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015 hingga Juni 2016. Subjek
penelitian adalah penyandang DMT2 yang teregistrasi dalam data Prolanis di
puskesmas dan atau anggota paguyuban senam diabetes puskesmas, yang
memenuhi kriteria inklusi: laki-laki dan wanita yang berumur 50–70 tahun, masih
menjalani terapi diet dan obat hipoglikemik oral (OHO), mempunyai kadar
HbA1c 6.5–7.5% dan atau glukosa puasa 126–154 mg/dL, berdomisili di Kota
Denpasar, dan bersedia menjadi subjek dengan menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi yang digunakan adalah sedang mengalami komplikasi
berdasarkan hasil pemeriksaan dokter penyakit dalam, tidak menjalani proses
penelitian secara lengkap, dan tidak mengonsumsi suplemen selama 3 hari
berturut turut. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel darah
intravena dan suplemen. Suplemen disiapkan oleh Laboratorium Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali. Suplemen diberikan
dalam bentuk kapsul dengan berat dan warna yang sama yakni 165 mg berat
kapsul dan berwarna merah. Suplemen plasebo mengandung maltodekstrin.
Suplemen CrPic diberikan pada dosis 1000 μg/hr dengan 2 kali pemberian
masing-masing 500 μg.
Penelitian dilakukan melalui 3 tahap: 1) tahap skrining terhadap 165
subjek DMT2 dengan tujuan untuk menggambarkan profil kromium serum,
kontrol glikemik (kadar HbA1c dan GDP) dan menganalisis hubungan kromium
serum dengan kontrol glikemik; 2) tahap studi pendahuluan, yang dilakukan
terhadap 43 subjek (15 DMT2 kurang terkendali, 12 DMT2 terkendali, dan 16
nondiabetes), 3) tahap studi eksperimen, yang dilakukan terhadap 40 subjek
DMT2 yang dipilih dari subjek hasil skrining dan merupakan bagian subjek studi
pendahuluan. Data yang dikumpulkan adalah umur, jenis kelamin, jenis OHO, dan
lama terdiagnosis diabetes, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, status
kesehatan yakni tekanan darah, data kepatuhan subjek, asupan gizi makro
(macronutrient) dan kromium, kadar HbA1c, kadar glukosa darah puasa (GDP),
kromium serum, kadar insulin serum dan adiponektin serum serta indeks
Homeostatis Model Assessment 2 Insulin Resistance (HOMA2-IR). Data biokimia
darah dikumpulkan sebelum dan sesudah pemberian intervensi dalam keadaan
puasa sekitar 10 jam. Data diolah dan dianalisis dengan program Microsoft Office
Excel dan SPSS for windows. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
bentuk nilai rerata (mean), median, standar deviasi (SD) dan kisaran (minimum
dan maksimum). Apabila data berdistribusi normal, maka uji beda rerata antara
kelompok CrPic dengan plasebo diuji dengan t-two independent test, sedangkan
apabila data tidak berdistribusi normal maka uji beda kedua kelompok intervensi
diuji dengan Mann-Whitney U test. Data dianalisis pada tingkat kepercayaan 95%
dan taraf kemaknaan p < 0.05.
Hasil penelitian pada tahap skrining menunjukkan bahwa sebagian besar
(50.9%) subjek DMT2 di Kota Denpasar mempunyai kontrol glikemik yang
kurang terkendali (HbA1c > 7.0%) dan mempunyai kadar kromium yang lebih
rendah dibandingkan kelompok nondiabetes, meskipun subjek telah menjalani
terapi pengobatan diabetes. Penelitian pada tahap skrining juga menemukan
bahwa ada hubungan negatif yang bermakna antara kadar kromium serum dengan
glukosa darah puasa (GDP) (r = -0.813 p = 0.000), akan tetapi tidak bermakna
pada kadar HbA1c dengan kromium serum (p > 0.05).
Studi pendahuluan dilakukan dengan desain cross-sectional study. Hasil
studi mendapatkan bahwa kromium serum penyandang DMT2 semakin rendah
diikuti dengan kontrol glikemik yang kurang terkendali. Kadar kromium serum
masing-masing subjek adalah 93.5 μg/L (nondiabetes), 48.1 μg/L (DMT2
terkendali), dan 40.7 μg/L (DMT2 kurang terkendali). Berdasarkan hasil recall
diketahui bahwa subjek DMT2 cenderung mempunyai asupan kromium lebih
tinggi dibandingkan dengan nondiabetes, meskipun secara uji statistik tidak
berbeda bermakna. Studi ini juga menemukan bahwa subjek DMT2 dan
nondiabetes mempunyai rerata asupan kromium yang masih kurang dari angka
kecukupan gizi yang dianjurkan yakni < 79% kecukupan kromium.
Hasil penelitian tahap intervensi menunjukkan bahwa suplemen kromium
pikolinat (CrPic) 1000 μg/hr mampu meningkatkan kromium serum subjek DMT2
hampir 3 kali dari kromium serum sebelum intervensi dan juga melebihi kromium
serum kelompok nondiabetes di Kota Denpasar. Penelitian ini juga menemukan
ada kecenderungan suplemen CrPic 1000 μg/hr menurunkan kadar HbA1c dan
GDP penyandang DMT2 namun tidak berbeda bermakna dengan plasebo
(kontrol). Suplemen CrPic1000 μg/hr juga cenderung meningkatkan kadar insulin
dan adiponektin serum puasa subjek DMT2 akan tetapi secara statistik
peningkatkan tersebut tidak bermakna (p > 0.05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penyandang DMT2 di Kota
Denpasar memiliki kontrol glikemik yang kurang terkendali (HbA1c > 7.0% atau
GDP > 130 mg/dL) dan mempunyai kromium serum yang semakin rendah dengan
semakin buruknya kontrol glikemik. Suplementasi CrPic 1000 μg/hr selama 4
bulan pada penyandang DMT2 dengan karakteristik seperti kadar HbA1c 6.5–
7.5% dan atau kadar GDP 126–154 mg/dL tidak dapat secara bermakna
memperbaiki kontrol glikemik dan resistensi insulin penyandang DMT2. | id |