Kemandirian perempuan perdesaan pelaku industri rumahan emping melinjo melalui penguatan modal sosial di Provinsi Banten
View/ Open
Date
2017Author
Saleh, Khaerul
Sumardjo
Hubeis, Vitayala S Aida
Puspitawati, Herien
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi kemandirian perempuan
perdesaan pelaku industri rumahan emping melinjo (PIREM) melalui pendekatan
penguatan modal sosial. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah meliputi: (1)
menganalisis penguatan modal sosial mikro dan modal sosial meso perempuan
perdesaan pelaku industri rumahan emping melinjo serta faktor-faktor yang
memengaruhinya, (2) menganalisis tingkat kapasitas perempuan perdesaan
pelaku industri rumahan emping melinjo serta faktor-faktor yang
memengaruhinya, (3) menganalisis tingkat kemandirian perempuan perdesaan
pelaku industri rumahan emping melinjo dalam menjalankan aktivitas usaha dan
faktor-faktor yang memengaruhinya, dan (4) merumuskan strategi peningkatan
kapasitas dan kemandirian perempuan perdesaan pelaku usaha industri rumahan
emping melinjo.
Penelitian ini dirancang secara kuantitatif dan didukung oleh data
kualitatif dari hasil penelitian. Penelitian dilakukan di Provinsi Banten yang
dibagi dalam tiga zona yaitu zona industri, zona pertanian dan zona pariwisata.
Responden dipilih secara claster random sampling berdasarkan zona penelitian.
Pengolahan data, penulisan hingga pelaporan dilaksanakan dari bulan Juli 2015
sampai Juli 2017. Pelaku industri rumahan emping melinjo sebanyak 6.857 orang
(tersebar di tiga lokasi terpilih) dan ditetapkan sebagai populasi penelitian.
Sampel diambil secara claster random sampling sebanyak 453 orang (154 orang
di zona industri, 147 orang di zona pertanian, dan 152 orang di zona pariwisata).
Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara dengan kuisioner yang teruji,
FGD dengan panduan, indepth interview dan obersvasi. Data sekunder diperoleh
dari instansi terkait melalui studi literatur (desk study). Data-data yang terkumpul
kemudian ditabulasi dan dianalisis secara statistik (deskriptif, korelasional, uji
beda dan structure Equotion Model/SEM dengan alat bantu Lisrel 8.72).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur umur pelaku industri rumahan
emping melinjo 56.5 persen berada pada kelompok dewasa (36-50 tahun), dengan
tingkat pendidikan 80.8 persen tamatan Sekolah Dasar, pengalaman usaha 31.3
persen (7-11 tahun). Motivasi perempuan dalam berusaha, pada zona industri
memiliki motivasi lebih tinggi, dibanding dengan zona pertanian dan zona
pariwisata. Kegiatan industri rumahan emping melinjo umumnya dilakukan
menyatu dengan rumah tinggal baik di ruang dapur maupun di selasar rumah,
selain itu ada yang menjalankan kegiatan produksi di luar rumah dan tempat
khusus. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumahan emping melinjo
antara 3-6 orang, informasi terkait industri rumahan umumnya 49.0 persen berasal
dari teman, terutama terjadi pada zona pariwisata, dan zona industri, sedangkan
pada zona pertanian informasi lebih diperoleh dari kolega atau pelanggan.
Modal sosial mikro berada pada kategori sedang dan dipengaruhi terutama
oleh aspek kerjasama dalam keluarga, kewajiban, kepercayaan dan tindakan
proaktif. Sedangkan modal sosial meso lebih di dominasi oleh aspek
v
kepercayaan komunitas, tindakan proaktif dan norma sosial. Keberadaan modal
sosial mikro pada zona industri lebih tinggi dibanding dengan zona pertanian dan
zona pariwisata, sedangkan pada modal sosial meso zona pertanian
keberadaanya lebih tinggi dibanding dengan zona pariwisata dan industri, Modal
sosial mikro ditentukan oleh karakteristik individu (74.0%), modal sosial meso
(3.6%), dan karakteristik keluarga (8.4%), karakteristik keluarga berpengaruh
negatif terhadap penguatan modal sosial mikro, sedangkan modal sosial meso
dipengaruhi oleh kegiatan penyuluhan (3.0%) dan dukungan lingkungan (60.8%),
terutama aspek infrastruktuktur, lingkungan sosial ekonomi dan dukungan
lingkungan keluarga.
Kapasitas perempuan perdesaan pelaku industri rumahan emping melinjo di
tiga zona berada pada kategori sedang, aspek dominan yang menyusun kapasitas
adalah aspek pemecahan masalah, daya adaptasi, pemanfaatan sumber produksi
dan perencanaan usaha. Tingkat kapasitas perempuan perdesaan pelaku industri
rumahan ditentukan oleh keberadaan modal sosial mikro (16.0%) melalui aspek
kerjasama dalam keluarga, kewajiban, kepercayaan dalam keluarga, dan
tindakan proaktif, dan modal sosial meso (2.6%), melalui aspek kepercayaan
komunitas, tindakan proaktif, dan norma sosial.
Tingkat kemandirian perempuan perdesaan pelaku industri rumahan berada
pada kategori sedang, baik dilihat dari pengambil keputusan, kerjasama dengan
pihak luar, kedinamisan usaha, akses terhadap permodalan, dan sumber modal,
namun sebagian besar (80.8%) tergantung pada lingkungan dan kurang mampu
memanfaatkan kerjasama dengan pihak luar secara baik. Terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor karakteristik individu, faktor kegiatan penyuluhan, faktor
dukungan lingkungan, faktor modal sosial mikro, faktor modal sosial meso, dan
tingkat kapasitas dengan tingkat kemandirian perempuan perdesaan PIREM.
Faktor karakteristik responden (personal) dan karakteristik keluarga lebih
berkorelasi dengan penguatan modal sosial mikro, sedangkan faktor kegiatan
penyuluhan dan dukungan lingkungan lebih berkorelasi dengan modal sosial
meso di banding dengan modal sosial mikro.
Analisis SEM menghasilkan empat rumusan strategi peningkatan
kemandirian perempuan yaitu meningkatkan modal sosial meso melalui: (1)
pendekatan eksternal, dengan meningkatkan intensitas kegiatan penyuluhan dan
dukungan lingkungan keluarga dan pengembangan peran dan fungsi kelembagaan
ekonomi, (2) modal sosial mikro dapat ditingkatkan melalui pendekatan internal
yakni dengan meningkatkan partisipasi keluarga melalui perubahan perilaku
inward looking ke outward looking, dan penguatan modal sosial meso, (3)
peningkatan kapasitas perempuan perdesaan pelaku industri rumahan emping
melinjo melalui pemanfaatan secara optimal peluang usaha yang ada dengan
meningkatkan peran keluarga, dukungan lingkungan dan dukungan kelembagaan,
dan (4) kemandirian perempuan perdesaan, dapat ditingkatkan melalui penguatan
modal sosial meso, penguatan modal sosial mikro dan kapasitas personal
terutama perilaku inward looking ke outward looking, rendahnya kemandirian
perempuan perdesaan menimbulkan sikap ketidak percayaan (distrust) dan
berimplikasi pada saling curiga, dan saling menang.
Collections
- DT - Human Ecology [567]