Show simple item record

dc.contributor.advisorSuryobroto, Bambang
dc.contributor.advisorHamada, Yuzuru
dc.contributor.advisorHartana, Alex
dc.contributor.authorRohmatullayaly, Eneng Nunuz
dc.date.accessioned2018-01-08T06:07:50Z
dc.date.available2018-01-08T06:07:50Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88646
dc.description.abstractKajian strategi kehidupan dalam biologi menjelaskan bagaimana organisme mengalokasikan sumber daya untuk bertumbuh, melihara diri, reproduksi, pemeliharaan keturunan hingga mampu mandiri, dan menghindari kematian. Biaya yang dikeluarkan dalam strategi kehidupan direpresentasikan sebagai trade-off, yang memainkan peran penting dalam penghematan antara biaya yang harus dikeluarkan untuk bertahan hidup dan reproduksi di masa depan. Kehidupan merespons kendala lingkungan dan ketersediaan energi sehingga menghasilkan variasi lintasan pertumbuhan yang mencakup waktu kematangan seksual dan penuntasan pertumbuhan. Memahami pola pertumbuhan ukuran tubuh adalah salah satu cara terbaik untuk mengetahui variasi biologis dalam hal kelenturan fenotip, status kesehatan dan gizi, serta kualitas kehidupan. Lingkungan yang optimal dan gizi yang baik berkaitan dengan pertumbuhan yang cepat, badan yang tinggi, dan pubertas yang lebih muda. Selain itu, waktu kematangan seksual perempuan disesuaikan dengan lonjakan pertumbuhan massa tubuh dan tinggi badan di lingkungan optimal. Sebaliknya, kondisi kehidupan yang buruk mempengaruhi setiap tahap perkembangan sehingga memodulasi tingkat dan tahapan pertumbuhan yang menentukan ukuran dewasa dan usia menarke. Beberapa populasi skala kecil menunjukkan plastisitas fenotip, di mana lonjakan pertumbuhan tinggi badan terjadi jauh lebih awal dari pada usia menarke tetapi ini tidak diikuti oleh lonjakan berat badan di waktu awal pula. Di sisi lain, gizi yang tidak memadai juga berkontribusi pada fisik yang linier atau langsing. Sehingga, variasi bentuk tubuh pada individu dan populasi memantau perubahan fisik selama pertumbuhan manusia dan penuaan pada berbagai kondisi sosial budaya. Baduy adalah salah satu populasi tradisional yang menghuni kawasan yang terisolasi di hutan pegunungan di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Tradisi Baduy diajarkan melalui agama Sunda Wiwitan, yang menetapkan perilaku sosial budaya dan kewajiban yang dilakukan sehari-hari untuk melindungi keberlanjutan pertanian ladang berpindah di daerah yang miskin unsur hara dan beresiko erosi. Praktek pertanian mereka membatasi penggunaan alat mekanis hanya pada tongkat menggali, pisau potong, dan ani-ani. Sebagai pelengkap pelarangan teknologi pertanian modern, keyakinan agama juga menghalangi pengaruh eksternal dan melarang pendidikan formal. Isolasi sosiobudaya dan sistem pernikahan endogami membuat strategi kehidupan mereka unik, sehingga dengan mencatat pola pertumbuhan ukuran, bentuk, komposisi tubuh, dan kematangan seksual mereka, prinsip-prinsip alam yang mengatur adaptasi dalam mengalokasikan sumber daya dapat diungkap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan massa tubuh, yaitu proporsi lemak dan berat total, mengikuti cara dan tempo yang sama dan usia saat laju pertumbuhan mereka mencapai puncak bertepatan dengan usia menarke. Sebaliknya, usia saat laju pertumbuhan tinggi badan mencapai puncak terjadi empat tahun lebih awal dibandingkan menarke. Kurva laju pertumbuhan linear tubuh berlawanan arah dengan massa tubuh. Fenomena ini mengungkap prinsip alometrika ontogenetik dalam mensinkronisasikan percepatan dan perlambatan pertumbuhan di mana pertumbuhan tinggi badan berfungsi untuk mencapai target ukuran tubuh dan untuk menyediakan kerangka untuk perkembangan massa tubuh dalam memicu kematangan seksual. Biaya metabolisme pertumbuhan dibagi-bagi untuk menyelenggarakan pertumbuhan kerangka tubuh sebelum beralih ke pertumbuhan berat badan dan kematangan reproduksi. Hasil ini menunjukkan bahwa sasaran ukuran tubuh ditentukan oleh tinggi badan ketika laju pertumbuhannya berhenti pada usia 21,5 tahun, lebih awal dibandingkan dengan lemak dan berat total yang terus berkembang sebelum berhenti pada usia 23,5 tahun dan 25,5 tahun. Panjangnya waktu untuk menuntaskan pertumbuhan terjadi karena lambatnya laju pertumbuhan beserta rendahnya lonjakan pertumbuhan remaja. Hal ini menghasilkan ciri khas gadis Baduy yang bertubuh kecil dengan kematangan seksual dan penuntasan pertumbuhan yang lambat. Prinsip alometrika ontogenetik berlangsung pada perubahan fisik perempuan dan laki-laki. Pengukuran antropometri dari somatotipe menilai bentuk dan komposisi tubuh yang dijelaskan oleh tiga komponen, yaitu endomorfi, mesomorfi, dan ektomorfi, yang mencerminkan kegemukan relatif, kekuatan otot rangka, dan linieritas atau kelangsingan tubuh. Pada perempuan, kenaikan komponen endomorfi somatotipe sesuai dengan mulainya waktu menarke. Usia ketika sinkronisasi percepatan dan perlambatan antara komponen endomorfi dan ektomorfi menunjukkan trade-off antara investasi untuk pertumbuhan dan untuk kematangan seksual. Sebaliknya, perkembangan seksual sekunder pada laki-laki Baduy ditunjukkan dengan peningkatan komponen mesomorfi. Sehingga usia saat sinkronisasi percepatan dan perlambatan antara komponen mesomorfi dengan ektomorfi mendeskripsikan trade-off pada laki-laki. Kondisi tubuh dengan komponen muskuloskeletal yang lebih baik sangat menguntungkan bagi orang Baduy untuk melakukan aktivitas pertanian ladang berpindah, yang memerlukan aktivitas fisik yang tinggi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.subject.ddcBiological scienceid
dc.subject.ddcAnthropologyid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBaduy Bantenid
dc.titleStrategi Kehidupan Orang Baduyid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordalometrika ontogenetikid
dc.subject.keywordBaduyid
dc.subject.keywordkematangan seksualid
dc.subject.keywordukuran tubuhid
dc.subject.keywordstrategi kehidupanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record